III. Lord of The Ashes

863 164 36
                                    

Malam pertama di asrama SM Academy, Mark tak mengalami kesulitan tidur sama sekali. Pemuda tersebut tidur dengan nyenyak bahkan dengkuran halusnya terdengar cukup jelas. Mark yang sudah pulas mendadak merasakan dingin, ia bisa merasakan kakinya yang tiba-tiba terasa dingin sekali. Mark merapatkan selimutnya, harapannya hawa dingin yang ia rasakan ini akan berkurang. Namun, angin dingin malah berembus kencang ketika jendela kamarnya tiba-tiba saja terbuka.

Mark yang masih sangat mengantuk mau tidak mau terbangun. Dengan langkah gontainya, pemuda tersebut menutup kembali jendela kamarnya yang entah bagaimana bisa terbuka sendiri. Saat Mark berbalik hendak kembali ke ranjangnya, ia malah melihat ke arah pintu kamarnya. Awalnya Mark berpikir jika ia hanya berhalusinasi, tetapi jelas sekali jika pintu kamarnya malah berubah menjadi dinding yang seperti ia lihat tadi siang di lantai tiga.

Mark yang tadinya mengantuk langsung kehilangan semua rasa kantuknya. Hawa dingin yang pernah ia rasakan terjadi lagi, bahkan ada angin pelan yang berembus dari dalam dinding tersebut. Tak mau mengalah dengan rasa takutnya, Mark menghidupkan lampu kamarnya, saat itulah pintu kamarnya kembali lagi layaknya pintu dan dinding berlubang itu tak lagi terlihat.

"Lepaskan aku," bisik sebuah suara tepat di telinga Mark.

Mark langsung menoleh, lalu matanya membola saat dinding dibelakangnya malah muncul seperti sebuah pintu yang sangat gelap. Persis benar dengan apa yang ia lihat siang tadi, saat Mark hendak pergi dari sana malah sekarang ia sudah berada di lorong yang sangat panjang.

"Lepaskan aku."

Suara lirih tersebut kembali terdengar. Membuat semua bulu kuduk Mark berdiri dibuatnya, hal yang bisa dilakukan Mark sekarang hanyalah berlari sampai ia menemukan jalan keluar dari lorong nan panjang ini. Namun, berapakalipun Mark mencoba menemukan jalan keluar ia masih terus berlarian di lorong dengan dinding berlubang di belakangnya yang seolah ikut mengejarnya.

Mark terus berlari sampai napasnya tersengal-sengal. Peluh membanjiri wajahnya, tetapi ia tak kunjung bisa keluar dari lorong ini. Saat Mark menoleh, lagi-lagi yang ia lihat hanyalah dinding berlubang gelap tadi.

"Lepaskan aku."

"Siapa kau?!" Teriak Mark kesal. "Berhenti menggangguku!" Mark berteriak lagi.

"Datanglah padaku, dan lepaskan aku."

"Aku bukan siapa-siapa! Aku tidak mungkin bisa melepaskanmu!"

"Kau akan tahu jika kau masuk ke dalam sini."

Mark memandangi tempat gelap di depannya. Jelas sekali suara seram itu keluar dari sana, tetapi ia juga masih sangat takut untuk masuk ke dalam sana. Mark sudah hampir melangkah ke arah dinding tersebut sampai sebuah tangan menepuk pundaknya dan seketika itu juga Mark seperti ditarik kembali.

"Mark! Hei Mark! Kau kenapa?!" Baekhyun menggoyangkan tubuh Mark.

"Su-sunbae?" Mark kaget ketika ia sudah berada di ruang tamu asramanya, di dekat perapian.

"Bagaimana kau bisa sampai kemari? Kau tidur sambil berjalan?" Baekhyun menatap khawatir pada juniornya itu.

"Aku, aku juga tidak tahu," jawab Mark masih bingung.

"Kau terus berteriak jangan ganggu aku, sampai-sampai aku terbangun. Kau yakin tidak terjadi apa-apa? Mau aku panggilkan Master Kim?" Baekhyun bisa melihat wajah kebingungan Mark.

"Aku sungguh baik-baik saja. Maaf sudah mengganggu tidurmu sunbae. Aku ke kamar dulu." Mark bangkit kemudian meninggalkan Baekhyun yang masih menerka-nerka apa yang sebenarnya telah terjadi.

Mark merasa lega akhirnya ia bisa keluar dari mimpi buruk tersebut. Walaupun sebenarnya ia juga masih belum tahu apa yang terjadi padanya barusan adalah mimpi atau sungguhan. Satu hal yang pasti, setelah malam itu Mark tak pernah lagi menemukan kedamaian dalam tidurnya.

L E G A C YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang