12. Connection

34 6 3
                                    

Nandra seharusnya sekarang sedang bermain, entah mengadu laju motor sembarangan di jalan raya, atau sekedar berjoget ria dibawah temaram lampu disko

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nandra seharusnya sekarang sedang bermain, entah mengadu laju motor sembarangan di jalan raya, atau sekedar berjoget ria dibawah temaram lampu disko. Harusnya sih begitu, tapi karena nyonya besar yang mengomel didepannya dua jam tanpa henti, kecuali berhenti hanya untuk meneguk segelas air putih, Nandra mengalah.

Bukan karena telinganya yang memanas mendengar ribuan kata yang meluncur dari mulut ibunya, bukan karena itu. Bahkan jika ditanya ocehan apa saja yang berlangsung selama dua jam itu, Nandra tidak tahu. Karena dia memblokir suara yang masuk ke telinganya dan tidak peduli ibunya mau berkata apa. Tapi karena sebuah pesan dari Aleta yang memintanya menemani dan menuruti apa kata ibunya, yang Nandra tidak yakin apa itu, akhirnya Nandra menurut.

Dan akibatnya adalah, Nandra sekarang sedang duduk di atas sofa, sibuk melihat ibunya yang modar-mandir dan berputar dengan gaun yang berbeda-beda. Selama tiga jam Nandra hanya duduk dan menarik lalu menghembuskan nafas berat. Dalam hatinya sibuk memaki Aleta berulang kali.

Sekarang giliran Nandra yang memilih tuxedo yang harus ia pakai. Ketika memakai tuxedo pertama yang dipilihkan mamanya, Nandra langsung mengangguk. Enggan membuang waktu lagi.

Tepat jam tujuh malam, Nandra keluar dari mobil Fortuner VRZ hitam berbarengan dengan ibunya. Tepat setelah turun dari mobil, sepatunya disapa karpet merah yang memanjang sampai ke depan pintu mewah dengan tinggi lebih dari dua meter. Beberapa flash kamera terang mulai beradu, mengambil potret dari sana-sini.

Nandra terlihat serasi dengan tuxedo hitam dilengkapi dasi dan jam tangan mewah. Sedangkan Ibu Bagaskara dengan anggunnya memakai dress satin sutra sepanjang lutut berwarna silver dipadukan dengan tas dengan warna yang sama di pergelangannya. Ketika sepasang anak dan ibu itu akan melangkah, mobil dengan tipe yang sama dengan yang Nandra naiki tadi, berhenti di belakang mereka.

Aleta dan Ayahnya keluar. Lalu dengan begitu saja ibunya melangkah riang ke belakang, memeluk lengan suaminya erat dan memanggilnya mesra.

"Sayang, kirain kamu udah di dalam tadi," begitu yang ibunya bilang, tak lupa dengan raut wajah paling bahagia dan suara yang terdengar ceria. Membuat Nandra tanpa sadar berdecih pelan.

Lalu sebuah tangan memeluk lengannya erat, dengan senyuman memuakkan yang kadang bisa jadi hal yang Nandra rindukan. Dia Aleta, terlihat cantik dengan dress tanpa lengan, panjang dibawah lutuh berwarna ungu hampir hitam dengan beberapa kelap-kelip di hampir seluruh bagian bajunya.

"Ngapain sih minta temenin?" Protes Nandra, tidak memperdulikan media dan orang-orang yang sibuk mengadu flash dan mengambil potret mereka.

"Biar ada temen gabut, gue yakin ini acara pasti super duper boring."

Mama dan papa mereka berjalan dua langkah di depan, terlihat serasi dengan genggaman tangan yang tak lepas. Benar-benar terlihat seperti keluarga paling bahagia.

"Mereka ngga cape pura-pura melulu?" Celetuk Nandra tiba-tiba, membuat Aleta mencubit pelan perut sang adik.

"Shht, nanti kalau ada yang denger gimana?"

Melukis ParasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang