Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Di hari selasa, alih-alih berada di sekolah bertemankan materi dan buku tebal, Nana justru sedang berada di tempat kerja sang pacar.
"Udah sana pulang, sekolah kan?" Usir Hanum.
"Libur, pak wali kelasnya lagi nikah."
"Ngga percaya," Hanum memicingkan matanya.
"Beneran, ya udah kalo ngga percaya."
Hanum memilih ke belakang, membiarkan Nandra dengan pilihannya, ia sudah cukup menegur.
Kalau waktu itu Nandra tidak bolos sekolah dan tidak melihat Hanum. Sedang apa dia sekarang?
Laki-laki itu termenung, memperhatikan banyaknya kendaraan yang telihat dari balik jendela kaca besar. Ia bosan di sekolah, bosan dengan nasehat yang itu-itu saja, dan diberikan oleh orang-orang itu saja.
Saat Nandra sibuk dengan isi kepalanya, gadis berseragam abu-abu yang dikeluarkan memasuki cafe, rambut yang diikat tinggi bergerak seirama dengan langkah yang gadis itu ambil. Lalu saat berdiri tepat di depan meja Nandra, gadis itu meletakan kotak berdiameter sekitar lima belas centi.
"Susah banget sih mau ketemu sama lo, berasa nyari presiden."
Alicia, ya siapa lagi kalau bukan gadis itu? Dia meletakkan kotak handphone baru di depan Nandra. Tapi laki-laki itu justru acuh dan tidak berniat menilik sang tamu.
"Udah nih? Ngga ada makasih udah dibeliin hp sama gue?"
Nandra melihat Alicia dengan tatapan tidak sukanya.
"Emangnya gue minta?"
"Iya deh iya, anak orang kaya."
Alicia duduk, lalu menyeruput habis minuman yang berada di depan Nandra.
"Udah kan? Pulang sana."
Alicia memperhatikan sekitar, tidak memperdulikan kalimat Nandra.
"Cafenya norak nggak sih? Interiornya ngga nyambung sama pajangan-pajangan lain."
"Pulang, Lis."
"Tapi syukur deh, minumannya ngga terlalu ngecewain."
"Alicia."
Alicia berhenti memperhatikan sekitar, gadis itu tersenyum lebar menghadap Nandra sambil melipat kedua tangannya di atas meja.
"Iya, Pak Ali."
"Pak?"
Alicia menunjuk Nandra dengan jarinya, "Pak Ali," lalu menunjuk dirinya sendiri, "Bu Ali."
"Cocok kan? Keluarga Ali, Alicia sama Alinandra. Nanti kalo anaknya cewe dinamain Alira, kalo cowok Alicandra? Atau Candra Ali? Ya pokoknya gitu. Like a happy family right?"
Nandra memijit pelipisnya pelan, lalu berdiri, mencoba mengusir Alicia dari sini. Keberadaan dan suara gadis itu ditolak oleh telinganya. Apalagi kicauan super absurd yang keluar dari mulut gadis itu.