Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Menurut Nandra, ketakutan adalah hal paling mengerikan untuk di rasakan. Karena tidak ada satupun orang yang bisa menyembuhkan ketakutan, kecuali orang itu sendiri. Banyaknya orang yang menetap di rumah sakit jiwa sudah menunjukan bahwa cukup banyak orang yang kalah melawan ketakutan mereka sendiri.
Seorang Nandra yang sudah lupa kapan terakhir kali mengkhawatirkan orang lain (kecuali orang terdekat tentu saja) sekarang sedang mengkhawatirkan gadis menyebalkan yang membuat harinya tidak tentram. Ternyata gadis keras kepala itu punya sisi yang tidak keras juga.
Ada banyak spekulasi di kepala Nandra tentang apa yang Alicia takutkan. Mungkin kegelapan, karena di sekolah tadi benar-benar gelap, tanpa satupun cahaya, mungkin juga kesunyian atau phobia ruangan sempit, menurutnya opsi terakhir tidak terlalu mungkin.
Sekarang Nandra berada di depan kemudi mobil Alicia, sedangkan sang pemilik sebenarnya tertidur cukup pulas di kursi sebelah. Mesin mobil masih menyala, Nandra menghentikan laju mobil di samping pohon besar di pinggir jalan, di bawah temaram lampu jalan. Alasannya sederhana, karena Nandra tidak tahu di mana rumah Alicia, dan terlalu segan untuk membangunkan gadis itu.
Ada sebersit rasa percuma di hati Nandra saat menyadari tindakannya sendiri. Laki-laki itu merasa sia-sia sudah menolong gadis yang masih memakai seragam sekolah di sampingnya.
Ponsel pintar di sakunya berdering, bahkan Nandra meninggalkan motornya sendirian di parkiran, hanya untuk gadis ini. Kembali ke panggilan, nama Hanum dengan emoji hati tertera di layar. Membuat Nandra cepat-cepat menggeser bubble berwarna hijau.
"Halo, Nana," adalah sapaan pertama dari seberang.
"Iya, kamu udah selesai ya? Sebentar ya, sebentar lagi aku ke sana. Kamu ngga papa kan tunggu sebentar?" Laki-laki itu panik sendiri.
"Kamu di mana?"
"Aku? Aku lagi di....," Nandra menggantungkan kalimatnya, bingung bagaimana menjawab pertanyaan Hanum.
"Lanjutin aja kamu lagi ngapain, aku pulang sendiri ya?"
"Ngga, sebentar, aku langsung ke sana."
"Ngga, ngga perlu. Kamu ngga usah jemput aku, aku udah naik bus."
"Beneran? Ngga papa? Beneran udah naik?"
"Ngga papa, udah ya, aku mau turun."
"Iya, maaf ya."
"Ngga papa, Nana."
Setelah itu panggilan di matikan, Nandra sempat memijit pelipisnya pelan, hatinya mengatakan bahwa Hanum belum dalam perjalanan pulang, jadi Nandra akan memastikannya sekarang.
"Temenin gue."
Dalam tidurnya Alicia bersuara, lalu kedua matanya terbuka dan menatap Nandra penuh harap. Nandra baru sadar, dari tadi Alicia tidak tertidur, dia hanya berpura-pura.