Nandra jarang bermimpi buruk, tapi ada sebuah mimpi yang mampu membuat Nandra tersedu-sedu di tengah malam. Mimpi yang paling buruk yang tak akan pernah mampu Nandra terima jika beralih menjadi kenyataan, mimpinya memberikan Nandra simulasi saat kehilangan Hanum, tentu saja, ketakutan Nandra tidak jauh-jauh dari cinta tersayangnya itu.
Malam itu Nandra ketakutan setengah mati, ia langsung menelepon Hanum, tidak diangkat oleh gadis itu karena waktu itu sudah jam dua pagi. Maka jam itu juga Nandra keluar rumah dan melesat ke rumah Hanum. Sampai disana, Nandra mengetuk pintu dengan brutal, Hanum berdiri dengan rambut acak-acakan, Nandra memeluknya erat, juga dengan hujan yang tiba-tiba turun deras dari kedua mata laki-laki itu.
Siapa sangka? laki-laki yang dikenal jagoan itu bisa menangis tersedu-sedu hanya karena sebuah mimpi? Laki-laki yang bisa menumbangkan lima orang dengan badan dua kali lebih besar dari badannya itu bisa secengeng itu jika memperkarakan Hanum. Nyatanya si jagoan itu cuma seorang pengecut, pengecut yang terlalu takut kehilangan. Tapi, itu umum deh ya? siapa coba yang tidak takut kehilangan?
Sialnya, mimpi Nandra menjadi kenyataan di kemudian hari. Mimpi buruknya kini mengisi hari, tanpa bisa terbangun lagi. Cintanya benar-benar hilang, tanpa belum sempat berpamitan, tangisnya tak akan mampu menghentikan bumi memeluk erat kekasihnya.
Pusara dengan nama lengkap Hanum membuat Nandra tersedu kesekian kalinya, bahkan lebih hebat dari beberapa jam yang lalu. Hujan turun, seolah memberkati Nandra dengan kesedihannya, seakaan ikut menangis atau malah justru menertawakan ketulusan Nandra yang terlampau besar.
Nandra berteriak, meneriaki semesta yang mengajaknya bercanda dengan sangat kejam, meneriaki takdir yang hanya bisa mempertemukan tanpa menyatukan. Huh, laki-laki itu lupa apa yang ia katakan kemarin, "hidup kan emang lagi ngantri mati, Han."
Kemarin seakan dia bilang bahwa tak ada masalah mengenai kematian, sekarang ia menangis sampai kesulitan bernafas karena kematian seseorang. Bukan hanya sekedar seseorang yang biasa, tapi seseorang yang paling berharga, berharga melebihi dirinya sendiri.
Kesedihannya tak akan hilang hanya karena ada beberapa orang yang memintanya untuk baik-baik saja. Laki-laki itu masih tersedu, tersedu dengan pilu, ketakutan terbesarnya menjadi nyata. Apa yang lebih mengerikan dari pada mimpi buruk yang ternyata bukan mimpi lagi, tidak ada tempat untuk kabur, atau sekedar melarikan diri.
Matanya berkunang, tidak ada yang terlihat baik, tidak dengan kondisi tubuhnya, tidak juga dengan hatinya. Ia sebenarnya lelah menangis, tapi selain menangis dengan apalagi dia akan memberitahu orang-orang bahwa ia terluka dengan sangat?
"AAAAAAAAAAA!"
Bersamaan dengan teriakannya sendiri, Nandra membuka mata, cahaya terang memasuki paksa kedua mata Nandra, membuat laki-laki itu memegang kepalanya yang pening, tempat bernuansa putih langsung menyapanya dengan lembut, juga raut wajah khawatir Aleta yang berdiri dengan memegang pundaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melukis Paras
Novela JuvenilAku tidak sedang melukis kanvas, melainkan paras, untuk dicintai kamu, dan untuk mencintai kamu. Judul awal: Butterf(lie)