Kisah si aneh, unik, dan enerjik Soonyoung yang jatuh cinta secara tiba-tiba pada si kakak tingkat yang dingin namun mampu menghangatkan hatinya yang kesepian.
SOONWOO
WONWOO
SOONYOUNG
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
. .
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
.
Matahari tersenyum begitu hangat. Para manusia dibawah sinarnya berbondong-bondong memulai kehidupan pagi. Sebuah lengan memeluk pundak Wonwoo begitu erat, takut jatuh kala sepeda yang ia kendarai melaju kencang.
"Semua manusia sibuk dengan dunia" Komentar Soonyoung, entah pada objek apa ia berkomentar "Kalau harus memilih antara hidup kakak atau dunia kakak, mana yang kakak pilih?" Tanyanya, ia tepuk pundak Wonwoo, berharap mendapatkan jawabannya.
"Kalau bisa mati lebih cepat, gue milih itu" Lampu merah kembali menyala, Wonwoo belokkan sepedanya melewati gang perumahan untuk memangkas waktu.
"Kenapa?" Tanya Soonyoung. Ia penasaran. Bukankah banyak orang berbondong-bondong kerumah sakit, puskesmas atau apapun itu hanya untuk mendapatkan kesembuhan? Banyak Tangi tercipta kala manusia meninggalkan bumi, Bukankah itu berarti nyawa cukup berharga untuk seseorang?
"Gue maunya gitu"
"Jangan" Komentar yang lebih muda, genggamnya makin erat pada pundak Wonwoo "Kakak harus hidup, walau dunia emang udah gila, kakak harus hidup"
"Hmm" Gumam Wonwoo, persoalan hidup dan matinya memang terlalu bercanda. Ia tak pernah punya minat hidup untuk apapun itu. Ia tak punya kesan untuk dunia menahannya hidup, dan ia tak tertarik "Kenapa?" Gumam Wonwoo.
"Kakak masih bernafas hari ini, berarti kasih banyak kebahagiaan yang harus kakak dapatkan"
"Kalau mati bikin gue bahagia?"
"Gimana kakak bisa tau? Sedangkan mati artinya nggak bisa merasakan apapun?"
Tak ada jawaban, tak ada bantahan pun pertanyaan. Hanya sedikit perasaan tersentil kala pertanyaan tersebut dilayangkan untuknya. Selama ini ia selalu merasa mati rasa, ingin segera mati dan apapun itu asal lepas dan pergi jauh dari lara. Namun apakah kematian menyelesaikan sebuah kasus?
"Kakak, boleh aku peluk pundaknya? Aku takut jatuh?" Tanya Soonyoung, padahal dengan kurang ajarnya tangan itu sudah lebih dulu singgah di pundak Wonwoo.