Kisah si aneh, unik, dan enerjik Soonyoung yang jatuh cinta secara tiba-tiba pada si kakak tingkat yang dingin namun mampu menghangatkan hatinya yang kesepian.
SOONWOO
WONWOO
SOONYOUNG
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
.
Lino. Nama lengkapnya Lino Sadewa, putra bungsu dari keluarga yang sejujurnya bukan orang sembarangan? Kedua orang tuanya punya pekerjaan mentereng, pengusaha dan dokter. Lalu kakaknya? Namanya Rosa Sadewi, gadis cantik idaman semua orang sejak masih kecil karena terkenal pandai dan cekatan. Bahkan kakaknya pernah jadi model majalah kala sekolah menengah atas. Lantas, Lino? Ia si manis dengan mulut terkenal cerewet, matanya bulat lucu, dan tawanya renyah, hobinya mengikuti kemana langkah kak Rosa ataupun kak Wonwoo pergi, dulu ada kak Jun juga, tapi rasa-rasanya kak Jun menjauh? Jadi ia putuskan untuk mengekori saja dua kakaknya.
"Lino, ini lo kok beda dari orangtua lo? Sama kakak lo juga beda, lo anak angkat?"
"Eh?"
"Lino, lo kalau di rumah suka minder nggak sih? Orangtua lo sama kakak lo sama-sama jadi orang, lo doang kayaknya yang gagal?"
"Hehe" Lino sunggingkan senyumannya begitu sempurna, sebab mulut begitu kelu dan tak sanggup untuk membela diri. Sepasang tangan ia gunakan untuk saling bertaut, coba menguatkan diri sendiri.
"Lino, beli somay, es krim, cemilan juga sana!"
"Aku sendirian?" Unjuknya pada diri sendiri.
"Ya iya. Masa kami? Kami kan udah sumbang otak buat tugas kelompok ini, Lo kan nggak mampu, jadi konsumsi aja lah, sama!"
"Oooh. Okay!" Ia berteriak nyaring lalu tinggalkan teman-teman untuk membeli makanan, teman-temannya tertawa meski terdengar mengejek harusnya tak masalah kan? Yang penting ia tidak dibenci.
Ia tak punya kawan. Sekolah di tempat elit dengan anak-anak yang berambisi tinggi lalu disandingkan dengan ya yang bahkan kesulitan menghafal rumus? Lino begitu kecil diantara orang-orang lain. Sepanjang hari disekolah setelah tersenyum lebar di pintu gerbang pada orang yang mengantarnya ke sekolah, ia akan tarik kurva senyumannya menjadi datar, tak jarang ia juga menunduk menatap indahnya rentetan semut di paving sekolah.
Saat istirahat, ia akan pilih habiskan waktu di perpustakaan, atau bahkan tetap di kelas. Lantas saat bel masuk hampir berbunyi ia akan lari ke kantin dan membeli makanan. Ia bukan tak suka bergaul, orang-orang yang tak suka dengan keberadaannya.
Lino, ia akui kesulitan dalam banyak hal. Ia kesulitan untuk terlihat normal, ia kesulitan untuk tertawa dengan mata ikut berbinar.
Lalu, dihari-hari sulit ia akan habiskan waktu di toilet, sunyi, sepi, dan sendirian. Lino terbiasa akan hal itu sebelum akhirnya ia bertemu dengan Soonyoung atau bahkan Chris. Ia menjadi tak masalah begitu kesulitan di area sekolah namun begitu bahagia ketika berjumpa dengan orang-orang yang menyukai hadirnya.
"Lino?" Matanya terpejam erat, namun tangisan Chris begitu nyaring terdengar. Ia heran, mengapa matanya tak sanggup terbuka? Mengapa pelupuk matanya begitu erat memaksanya terpejam? Tangisan Chris mengganggunya, mengapa Chris menangis tergugu? Hendak ia curi dengar, namun Indra pendengaran pun ikut tuli, berdengung dan hilang fungsi tinggalkan Lino dalam gelap, sunyi, basah, sendu dan sendirian.