Kisah si aneh, unik, dan enerjik Soonyoung yang jatuh cinta secara tiba-tiba pada si kakak tingkat yang dingin namun mampu menghangatkan hatinya yang kesepian.
SOONWOO
WONWOO
SOONYOUNG
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bantu koreksi typo ya 💕
.
Langit gagah, ia begitu biru membentang ditemani para awan yang bergulung-gulung. Mentari begitu cerah bak tengah membiarkan par burung keluar dari sarang dan beterbangan Kesana kemari menjadi pernik langit.
Seorang pria dewasa, berbalut kemeja yang tergulung hingga siku, kancing atas yang telah tandas terbuka sambil memangku gitar, ia terduduk diatas rumah pohon dan biarkan kakinya jatuh menjuntai bergoyang bersama angin.
Melodi lagu bertajuk Dear God begitu apik dalam petikan gitar putih penuh selotip karena retak. Bibirnya terasa kelu tak sanggup bergumam takut membuat sebuah luka, namun dadanya berseru seru bak merindu pada oase yang telah lama hilang. Lambat lain tak hanya jemarinya yang menikmati, bibirnya pun ikut terbuka menyenandungkan lagu lawas yang begitu ia gemari.
Suaranya menggema bersama alam yang memeluk, bersama dedaunan yang meranggas, bersama serangga yang hilir mudik mengumpulkan makanan, ia menikmati perasaan masa lalu yang sejatinya adalah ia yang seutuhnya, ia mencintai musik, ia mencintai bagaimana jiwanya terbakar kala melantunkan sebuah lagu, ia mencintai musik dan segala legenda dan masa depan yang dulu ia harapkan akan menetap disana, bukan di rung sepetak dan berkas-berkas perusahaan.
Prok... Prok... Prok...
Lamunannya lenyap seketika, khayalannya pada masa lalu secara tiba-tiba lebur, bersama suara yang awalnya sempat membuat ia terkejut takut, namun siapa sangka sosok dibawah sana adalah sisi ketakutannya, kesedihan, dan penyesalannya.
"SEUNGCHEOL!" Nyaring suara itu terdengar, coba mencari perhatian pada ia yang masih tak berniat mentap "Elah, turun Lo! Gue nggak bisa naik nih" Suara kekehan kecil terdengar setelahnya, suara yang lama tak terdengar dan itu juga karena dirinya.
"Turun, kaki gue cacat nggak bisa naik pohon lagi!" Seungcheol memekik, hatinya tercubit keras hingga akhirnya ia menoleh menatap eksistensi Jeonghan dibawah pohon berdiri disangga tongkat sambil melambaikan tangan padanya dengan senyuman pada bibir, seperti Soonyoung... Apapun yang terjadi senyuman tak pernah lirih dari bibir.
Seungcheol tatap paras milik Jeonghan, kawan lamanya, seseorang yang selalu menjadi tameng terdepan kala badai melanda. Namanya Jeonghan, anak dari panti asuhan Kasih Bunda di batas kota, mereka bertemu kala memasuki Sekolah Menengah Pertama.
Jeonghan, lelaki yang kali pertama membuatnya mau keluar dari lingkaran yang dibuat Papa. Seungcheol si pengecut, penakut, dipaksa terobsesi pada dunia papa, dipaksa menjadi dewasa secara tiba-tiba oleh keadaan, dipaksa berada di situasi antara papa dan Soonyoung, takut melakukan ini dan itu, lalu secara tiba-tiba sosok Jeonghan datang mengulurkan tangan dan mengajaknya menikmati masa remaja, mencari jati diri, dan menemukan musik adalah rumah baginya berkeluh kesah.