25

475 57 11
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

Mentari bersinar, meski hujan badai semalam memporak porandakan bumi ia tetap selalu kembali, ia tetap menyinari meski kadang dicaci, ia selalu kembali mencitai bumi meski terus tersakiti. Ia terus datang pada pagi hari dengan kehangatan yang akan selalu memeluk manusia di bumi.



Berkas sinarnya masuk melewati ventilasi, manusia dibalik selimut tebal coba semakin sembunyikan tubuhnya dari kejamnya hari yang kian memakan kewarasanya. Soonyoung, semalam suntuk ia tak bisa tidur, takut ia kembali membuka mata lalu temui diri masih berada di padang ilalang bersama tawa menyeramkan, bersama penghianatan, bersama kesakitan, bersama darah, dan bersama lukanya.


Rasa sakit menyeruak dari perutnya, kedua tangan menggengam hingga meremasnya begitu kuat "Akh!" Ia memekik kian erat meremas perutnya yang terasa tercabik-cabik. Tak tahan ia sibak selimutnya, hendak ia berdiri sebelum tetaan noda kemerahan tertinggal di antara kaki yang hanay menggenakan celana piama pendek. Matanya lekas memicing menatap ranjang yang dipeuhi bercak kemerahan. Ia panik dengan segala skenario yang secara tiba-tiba ada dalam otaknya 'Apa mereka menyakitiku lagi?' Pikirnya. Ia tahu bebrapa pemikiranya hanya ilusi yang baru saja ia ciptakan, namun ketakutanya bak mengalahkan logikanya atas luka bekas kejadian kemarin yang merembas diantara baju dan ranjangnya.




"K..kak Seungcheol?" Cicitinya pelan, coba memangil sosok yang semalam mendekapya. Ia tertatih coba keluar dari kamar, diantara celah pintu dapat ia temukan papa dan kak Seungcheol saling beradu pandang, beradu argumen, pun menyebut namanya.

"Dia memang pembawa sial Seungcheol! Pembunuh! Lihat mamamu meninggal karena siapa? Hema meninggal karena siapa? Kamu kehilangan beasiswa di Prancis karena siapa? Papa harus kehilangan satu cabang karena siapa? Dia Seungcheol! Cuma dia dan hanya dia! Itu fakta dan masalahnya!" Kedua tangan papa berkacak pinggang, beliau lekas berdiri menatap si putra sulung yang tengah membereskan dua koper besar.


"Pah!" Seungcheol menyela, ia ikut berdiri "Yang papa bilang pembawa sial dan pembunuh itu anakmu sediri, darah dan daging yang ada di dunia ini ya karena papa!" Kedua tangan Seungcheol saling terkepal coba halau rasa emosinya, biar bagaimanapun sosok di depannya ini adalah ayah kandung yang ia sendiri pun sayang dan hormati.

"Aku sama Soonyoung cuma pergi dari rumah. Aku cuma bantu hilangkan rasa benci papa setiap lihat adiku, kami cuma pergi pah dan papa nggak sama sekali dirugikan secara materi. Papa cuma kehilanganku dan Soonyoung diantara banyaknya pilihan yang papa punya, dan tentu papa nggak merugi" Kedua alisnya menukik tajam, coba kokohkan perlawanannya.

"Dia cuci otakmu!"


"Lalu apa pah? Dengan seluruh harta, waktu, dan apapun di muka bumi ini juga nggak akan bisa mengembalikan mama dan Hema pa! Nggak akan pernah bisa kemarahan dan kebencian papa sanggup membuat Soonyoung meminta sama Tuhan untuk mengembalikan mama dan Hema. Tapi— Tangan Seungcheol reflek terangkat tunjuk wajah papanya— Kalau papa terus begini, papa akan menerima kehilangan-kehilangan lainya setelah ini!"

Macarons_ Svt✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang