Kisah si aneh, unik, dan enerjik Soonyoung yang jatuh cinta secara tiba-tiba pada si kakak tingkat yang dingin namun mampu menghangatkan hatinya yang kesepian.
SOONWOO
WONWOO
SOONYOUNG
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bagian tak berjudul. Diantara rentetan halaman yang terbalik secara paksa dan hampir robek, Rosa secara tiba-tiba menemukan alasan mengapa ia merasa dirundung pilu meski ia hidup bak ratu dan dipuja-puja. Tanganya gemetar menggenggam surat dalam genggaman sedang si pemberi surat telah lari tunggang-langgang dengan wajah penuh pilu.
Seharusnya, bukankah ia merasa senang kala apa yang halangi langkahnya menjemput cinta telah sukarela pergi menjauh? Lantas mengapa hatinya berkata berlawanan?
'Kakak, kalau kak Wonwoo bisa buat kakak ketawa selama kalian sama-sama, artinya dia juga mencintai kakak. Tapi kalau hati kak Rosa sakit saat sama dia, itu artinya cuma kakak yang iya dan kak Wonwoo enggak. Jadi, apa jatuh cinta sendirian itu bisa buat kakak bahagia? Kalian itu kakakku, dan aku nggak mau kakak sedih dan sakit karena kakak jatuh cinta sama hati yang nggak siap menerima kakak jatuh' Gumamanya dengan Lino beberapa waktu lalu menari-nari dalam otaknya.
Sejujurnya, dari semua cinta yang punya untuk Wonwoo, semuanya...! Jika Wonwoo memang bersedia dengannya bukankah itu sudah dari dulu? Ia selalu merasa tak percaya pada kenyataannya bahwa Wonwoo hanya menerimanya sebgai sahabat yang saling memiliki dari kecil, tak lebih, tak pula punya alasan. Bukan Wonwoo ataupun Soonyoung yang salah kan? Bukan pula dirinya. Hanya cintanya saja yang jatuh pada hati yang tak tepat, kini Rosa cukup menyadari itu.
Tangan kanannya menyibak surat yang sejujurnya bukan untuknya?
'Kak Wonwoo, kakak percaya aku kan? Mana mungkin aku melakukan hal yang akan mengecewakan papa yang membenciku, kakak yang mencintaiku, dan kak Wonu yang aku cintai?— Belum sempat satu paragraf ia selesaikan, lengan laki-laki yang tadinya melambaikan tangan sambil tersenyum sumringah padanya lekas ia cekal lengan besarnya "Cari Soonyoung! Ikutin dia, perasaan gue nggak enak. Biar gue cari Wonwoo!" Perintahnya, buat lelaki didepannya sunggingkan senyuman tipis sebelum akhirnya ia pergi mencari keberadaan Soonyoung.
Rosa bawa kakinya melangkah pergi sambil terus baca rentetan tulisan tangan yang bercampur dengan tetesan darah "Lino, gue ketempat Wonwoo!" Ujarnya pada suara bocah diujung line telfon.
'Kak Je, aku sakit... Aku nggak tau apa-apa, aku marah sama diriku sendiri, sama mereka, sama Seungkwan. Aku nunggu kakak didekat halte sebelum mereka dateng, mereka banyak, mereka memperlakukanku seperti binatang. Kakak, maaf aku nggak berhasil bikin kakak percaya kalau manusia itu layak dipercaya, maaf kak, aku lelah, maaf kakak, semoga hidup kakak jauh lebih baik setelah aku hilang seperti mau kakak maaf'
Namun sayang... Wonwoo itu batu, bahkan jauh lebih keras daripada batu! Wonwoo itu tuli, lebih tuli daripada tak punya telinga, dia buta bahkan pada apa yang halanginya menemukan Soonyoung. Seungkwan... Ia lebih dari tau bagaimana Seungkwan terkisah dalam surat Soonyoung, namun mengapa Wonwoo malah begitu dekat dengan bocah itu?