1. A Familiar Name

8.4K 692 51
                                    

Siang ini hari berlangsung seperti biasa. Sinar matahari menerobos dari jendela-jendela besar yang mengakibatkan efek pendingin ruangan seperti tak bekerja maksimal meskipun sudah disetel di angka 16 derajat Celcius. Riuh rendah suara manusia yang terdengar seperti dengungan segerombolan tawon bercampur dengan ketukan sol sepatu-sepatu di lantai, menggambarkan kesibukan di gedung perkantoran Buwana Tower.

Sepertinya kafetaria di gedung berlantai 16 itu menjual lebih banyak cangkir kopi dibandingkan hari-hari yang lain, karena para karyawannya tak henti-hentinya meladeni pelanggan yang datang. Kafein memang dibutuhkan untuk menekan emosi yang menurut survei selalu lebih cepat naik di hari seperti ini.

Sebenarnya hal itu bukanlah sesuatu yang mengherankan. Siapa juga yang tak membenci Senin?

Sesuatu yang tak biasa hari ini hanyalah pemandangan yang menunjukkan adanya sebuah kerumunan kecil yang mengumpul di divisi HR perusahaan Buwana Group, salah satu divisi penghuni lantai 13.

"Da, lo udah denger gosip anak baru yang lagi heboh itu belum?"

Warda yang tadinya tak teralihkan dari pekerjaannya, menyeret matanya dari layar desktop lalu memandang rekannya yang barusan bicara. "Anak baru di divisi mana?" tanyanya.

"Bukan di bagian pusat, tapi anak baru di Harpeer Bazaar Magazine."

Warda mengerutkan alisnya. Harpeer Bazaar Magazine adalah nama majalah mode dan gaya hidup berbasis di Amerika, yang lisensinya dipegang oleh salah satu anak perusahaan Buwana Group.

"Belum. Gue nggak denger berita apa-apa. Ada kejadian apa, kok beritanya sampai ke sini?" tanya Warda.

"Kemarin waktu perekrutan, dia bikin heboh karena CV-nya."

"Kenapa dengan CV-nya?"

"CV-nya benar-benar at the different level, Da," timpal rekannya yang lain. "Lulusan Raffles Design Institute Singapore dan pernah magang di Harpeer Bazaar Amerika selama dua tahun. Gila nggak, tuh?"

"Harpeer Bazaar Amerika?" Kedua alis Warda serempak naik. "Widih. Keren juga. Cewek apa cowok sih dia?"

"Cewek," jawab rekannya yang pertama membawa kabar berita. Wajahnya terlihat begitu bersemangat, membuat Warda jadi makin penasaran.

"Kalau baru lulus magang berarti masih termasuk fresh graduate dong?"

"Iya. Kalau nggak salah umurnya masih di bawah dua lima."

"Nggak gampang bisa lolos diterima magang di perusahaan majalah sebesar itu kalau kemampuannya nggak memadai. Nggak mungkin Harpeer Bazaar Amerika menerima sembarangan orang. Pastinya mereka punya standar yang ketat. Lo udah pernah lihat yang mana orangnya?"

"Belum, gue baru denger namanya aja."

Kini Warda menaik turunkan alisnya. "Cantik nggak ya, kira-kira?"

Salah satu rekan wanita Warda mencibir. "Dasar lakik! Yang lo tanyain pertama pasti cantik nggaknya. Kan ini kita lagi ngomongin CV-nya, bukan fisiknya!"

Warda terkekeh. Sambil mengelus-elus dagu ia kembali berbicara, "CV kayak gitu sih, pastinya gampang diterima di mana aja. Ngelamar jadi karyawan tetap di Harpeer Bazaar Amerika juga kemungkinan besar bakal keterima. Kenapa dia malah milih kerja di Harpeer Bazaar Indonesia?"

"Ya, kan? Makanya semua pada ngomongin. Agak kurang masuk akal kan, kalau dia milih kerja di sini? Kalau gue jadi dia, ogah gue balik ke Indo. Mendingan gue kerja di Amerika aja, duitnya udah jelas lebih banyak. Dan lebih bergengsi juga."

"Siapa tahu terjadi sesuatu di sana makanya orang itu memutuskan kembali ke Indonesia? Bermasalah di tempat kerja? Atau dipecat, mungkin?"

"Kayaknya bukan itu deh, alasannya. Ada lampiran surat rekomendasi dari Harpeer Bazaar Amerika kok di CV-nya. Logikanya, nggak mungkin Harpeer Bazaar Amerika mau ngasih surat rekomendasi kalau tuh orang bikin masalah di sana sebelumnya."

Catch The Devil [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang