22. Jealousy 1. 1

3.5K 333 24
                                    

Seakan ada yang mengusiknya, Ose langsung terjaga dari tidur. Jam berapa ini? Tangannya meraih ponselnya yang ia letakkan di atas nakas, dan segera meletakkan benda itu kembali begitu melihat angka 04.55 yang terpampang di layar.

Masih subuh. Ia masih punya waktu untuk mempersiapkan diri karena registrasi dimulai dari jam delapan hingga jam sembilan. Dengan tangkas, tubuhnya bangun dari kasur hotel yang empuk, lalu beranjak ke kamar mandi.

Selama beberapa saat Ose menghabiskan waktu hanya untuk mengagumi desain bathtub di kamar mandi yang terlihat fotogenik. Dari pengharum ruangan, sampo, shower gel hingga body lotion yang tersedia berderet di meja wastafel, semua mempunyai aroma yang sama, aroma white tea and rose.

 Dari pengharum ruangan, sampo, shower gel hingga body lotion yang tersedia berderet di meja wastafel, semua mempunyai aroma yang sama, aroma white tea and rose

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ose membuka botol sabun dan mengendusnya pelan. Wangi yang sangat lembut dan elegan. Ia cukup menyukainya. Namun hari ini ia lebih memilih untuk menggunakan sabun dan lotion beraroma laut miliknya yang sudah menjadi ciri khasnya.

Satu setengah jam kemudian, ia sudah selesai berdandan. Berbeda dengan penampilannya di kantor sehari-hari yang biasanya memakai warna-warna cerah, untuk seminar ini ia sengaja memilih gaya berpakaian yang lebih formal.

Rambut sebahunya telah tertata. Riasan di wajahnya juga sudah beres. Tepat ketika ia memulas bibirnya dengan lipstik berwarna oranye kecokelatan, pintu kamarnya diketuk.

***

Rigel menatap bibir berwarna oranye kecokelatan itu. Beberapa detik, sebelum kemudian menelan ludah, berusaha mengembalikan kesadarannya yang sempat menguap.

"Rigel? Gel?"

Rigel mengerjap saat menyadari ternyata Ose sudah memanggilnya lebih dari satu kali.

"Lo udah siap?" tanya Rigel saat kesadarannya sudah kembali.

"Udah. Kita turun sekarang?" tanya Ose sambil menatap Rigel dengan mata bulatnya.

Terdapat jeda yang luput dari perhatian Ose sebelum Rigel menjawab, "Iya. Sarapan dulu."

"Tunggu sebentar, gue mau ambil tas," pinta Ose sebelum berbalik meninggalkan Rigel di pintu.

Sambil menunggu Ose yang kembali ke dalam kamarnya untuk mengambil tas kerjanya, Rigel mengecek sisa waktu bebas mereka. Jam tangan bergaya American Classic yang melingkari pergelangan tangan kanannya menunjukkan pukul tujuh. Seharusnya ada lebih dari cukup waktu untuk sarapan sebelum melakukan registrasi.

***

Rigel menghirup aroma dan menyeruput kopi paginya. Dari cita rasanya yang lembut, eksotis, pahit dan sedikit asam, ia bisa tahu bahwa kopi yang ia minum terbuat dari biji kopi Arabika berkualitas baik.

"Nggak ngopi?" tanyanya pada Ose yang hanya memesan teh untuk minuman paginya.

Ose tak langsung menjawab. Matanya sedikit terpicing mengawasi tangannya yang sedang memindahkan satu sendok madu ke dalam tehnya. "Gue nggak suka minum kopi pagi-pagi. Di gue bikin mual. Perut gue lebih suka teh madu hangat begini," jawabnya sambil mengaduk tehnya untuk memastikan madunya tercampur dengan baik.

Catch The Devil [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang