BONUS CHAPTER : The Dance of Fire and Moth

5K 296 28
                                    

Papa memeluk Ose dan melihat ke sekeliling. "Udah rapi, nih. Udah enak buat kamu tinggalin."

Mendengar itu, Ose mencubit pinggang papanya. "Kan nyewa rumahnya emang udah lengkap sama perabotannya."

"Sprei di kamar sudah kamu ganti, Se?" tanya Mama sambil membawa sepiring pisang goreng lalu meletakkannya di meja ruang tamu.

"Udah, barusan."

"Kamar mandi juga udah bersih," ucap Rigel seraya keluar dari kamar mandi. Wajahnya sedikit merah karena berkeringat. Titik-titik air mengumpul di garis batas rambutnya. Sebulir keringat lalu memasuki matanya, membuat Rigel otomatis mengedip berkali-kali.

"Ya ampun, kan gue udah bilang, nggak perlu sekarang bersihin kamar mandinya. Nanti aja gue yang bersihin. Lagi pula nggak terlalu kotor, cuma karena udah lama nggak dipakai jadi kesannya kusam." Ose memberikan selembar tisu yang langsung dipakai Rigel untuk menyeka keringatnya. "Lagian lo tuh ya, punya hobi kok ngebersihin kamar mandi. Lucu banget," sambung Ose.

"Soalnya gue udah terbiasa melakukannya dari kecil. Gue selalu takut Ibu kepeleset, jadi nomer satu yang gue jaga kebersihannya, adalah kamar mandi," jelas Rigel.

Ibu keluar dari dapur. Sambil lewat, wanita paruh baya itu lalu mengacak rambut puteranya dari belakang dengan sayang.

"Aku sebenarnya agak khawatir Ose tinggal sendirian di sini," kata Rigel kemudian.

Mendengar kekhawatiran Rigel, Mama Ose menimpali, "Nggak usah khawatir, Ose sendiri yang pingin nyewa rumah di lokasi sini. Untung ketemu rumah ini, cuma beda dua blok aja sama rumah kamu. Kalau jalan juga palingan cuma butuh waktu sepuluh atau lima belas menit."

"Dulu Ose yang nggak mau ditinggal Rigel, sekarang jadi Rigel yang nggak mau ditinggal Ose," seloroh Ibu, lalu menoleh ke arah Ose. "Ibu jadi agak cemburu, karena sekarang bukan cuma Ibu yang ada dalam pikiran Rigel. Ibu harus berbagi."

Ose terdiam salah tingkah dan melirik ke arah Rigel, meminta pertolongan harus bagaimana merespon Ibu.

"Bu ...," protes Rigel.

Ibu kemudian tertawa. "Ibu bercanda, masa Ibu cemburu sama anak perempuan Ibu sendiri."

Papa Mama hanya bertatapan dan saling melempar senyum.

Untuk mencairkan suasana, Ibu kemudian berkata pada Rigel, "Kamu keringetan gitu, Gel. Kenapa tadi ngebersihin kamar mandi nggak sekalian sama mandi? Biar seger."

"Aku nggak bawa baju," jawab Rigel.

Ose langsung menyahut, "Eh, kan baju lo ada di gue sa ... tu ...." Suaranya kemudian semakin pelan begitu ia menyadari semua mata terpusat padanya.

"Anu, itu ... waktu kemarin di Singapura, aku pernah pinjam kaos Kak Rigel, makanya ... ada di aku ....," lanjut Ose terbata-bata.

Papa, Mama, dan Ibu berpandangan, tapi tak ada yang membahasnya lebih lanjut.

"Ooh, kaos yang waktu itu lo pinjem masih ada di elo ya? Kalau gitu sekarang gue minta lagi buat baju ganti gue mandi. Sebenernya baju gue masih bersih. Cuma karena sekarang kena keringat, jadi nggak enak aja dipakainya." Rigel berusaha merespon Ose dengan nada biasa saja supaya wanita itu tak terlalu malu.

Ose kemudian mengangguk. "Sebentar, gue ambil dulu di kamar." Secepat kilat ia kemudian pergi ke kamar dan kembali dengan membawa handuk bersih dan kaos milik Rigel yang dulu dipakainya sewaktu mereka sedang berada di Singapura.

Rigel menerima barang-barang itu lalu beranjak ke kamar mandi.

Selang beberapa menit kemudian, Rigel keluar dari kamar mandi dan memandang ke sekeliling. Ruang tamu tampak sepi. Tak ada sosok Ibu, Papa dan Mama di sana.

Catch The Devil [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang