Epilog

5.7K 306 28
                                    

"Ssssttt ... Pelan-pelan nutupnya, ini udah jam tiga pagi, takut ganggu Ibu tidur." Ose memperingatkan Rigel untuk lebih berhati-hati.

Rigel mengangguk dan menutup pintu rumah sepelan mungkin.

Ose berjalan berjingkat, berkonsentrasi untuk tak membuat suara sekecil apa pun. Ia kemudian berbalik ke arah Rigel. Sambil berjalan mundur ia berbisik, "Gue mau langsung ke kam—AH!"

Karena kegelapan yang menyelimuti mereka, Ose tak menyadari ada sedikit lipatan karpet di belakang tumitnya yang menyebabkan ia terpeleset dan tubuhnya jatuh telentang ke sofa.

Rigel membelalak melihat Ose terjatuh. Refleks diulurkannya tangannya dengan maksud ingin menahan wanita itu.

Tapi terlambat, karena gerakan tubuhnya yang condong tiba-tiba, ia pun jadi ikut jatuh ke atas sofa, tepat di atas Ose.

Rigel menatap Ose yang berada di bawah tubuhnya.

Ose juga menatap Rigel yang berada di atasnya.

Tubuh mereka berdua mendadak kaku karena posisi yang canggung itu.

Mereka terus terdiam bertatapan beberapa menit, sampai kemudian gumaman kecil dari Ose membuyarkan kekakuan suasana di antara mereka.

"Ngg ..., Gel ...."

"Apa?" sahut Rigel.

"Gue mau bangun ...."

"Iya ...."

Tapi tak ada tanda-tanda Rigel akan mengangkat tubuhnya.

"Se ...." Ganti Rigel yang memanggil Ose.

"Apa?"

"Maaf ...."

"Kenapa lo minta maaf—hmff—" Ose tak bisa meneruskan bicaranya karena bibirnya dicium oleh Rigel.

Sesaat Ose kehilangan akal, pikirannya serasa di awang-awang, tapi ketika merasakan lidah Rigel yang menelusup dan membelai lembut lidahnya, ia serasa kembali berpijak ke bumi.

Ose menyelipkan lengannya ke belakang kepala Rigel dan membelai tengkuk pria itu.

Entah sudah berapa lama mereka melakukan adegan yang wajib ada di film-film romantis itu, sampai kemudian tiba-tiba lampu di ruangan menyala.

Rigel terkejut dan mengangkat tubuhnya secepat ia bisa. Akibatnya, ia jadi kehilangan keseimbangan lalu terguling ke bawah dan menubruk meja yang berada di depan sofa.

BRUK!

Ose menjerit kecil melihat kepala Rigel membentur pinggiran meja. Ia langsung bangun dan jongkok di sebelah Rigel, sambil meraba bagian samping kepala pria itu yang kini jadi sedikit benjol.

"Sakit ya?" tanyanya khawatir.

Rigel meringis. Bohong kalau ia mengatakan ia baik-baik saja sementara benjolan di kepalanya terasa berdenyut nyeri. "Sakit juga sih," keluhnya.

"Rigel? Ose?"

Lampu menyala. Dan bersamaan dengan itu, terdengar sebuah suara memanggil nama mereka.

Rigel dan Ose serempak mendongak.

Terlihat Ibu memandang mereka berdua dengan wajah keheranan, tangannya masih menempel pada tombol saklar lampu.

Untuk beberapa detik, tak ada yang mampu berbicara maupun bergerak.

Sampai akhirnya tangan Ibu bergerak mematikan lampu kembali.

"Ibu tadi kebangun, karena mendengar suara-suara dari sini. Ternyata kalian udah pulang. Ya udah, terusin aja yang tadi sedang kalian kerjakan, Ibu mau tidur lagi." Ibu lalu berbalik, berjalan menuju ke kamarnya.

Rigel dan Ose saling melirik.

Setelah Ibu masuk kamar dan menutup pintu, Ose mengoceh panik.

"Gimana nih? Kira-kira Ibu tadi lihat kita nggak? Lo sih, cium cium segala. Ini kan di rumah. Gue jadi malu sama Ibuuuu ...."

Masih meringis dan belum pulih dari keterkejutannya, Rigel tak mampu menjawab apa-apa, ia hanya meraba bagian kepalanya yang tadi terbentur dengan hati-hati.

Tiba-tiba lampu menyala lagi. Ibu kembali menatap mereka berdua yang masih berada di posisi yang sama, terduduk di lantai.

"Gel," panggil Ibu.

"I-iya, Bu." Rigel bergegas berdiri diikuti Ose. Tak dihiraukannya lagi rasa nyeri di kepalanya.

Ia sudah mempersiapkan diri menerima omelan Ibu, tapi ternyata Ibu berjalan mendekat hanya untuk meraih tangan kanannya. Dengan lembut, Ibu membuka telapak tangannya, lalu meletakkan dua buah kotak kecil di situ.

Sambil menutup kembali telapak tangan Rigel, Ibu berkata, "Ini Ibu temukan di kantong celanamu waktu Ibu cuci baju. Lupa mau Ibu kembalikan. Cuma satu pesan Ibu buat kamu. Rigel, hati-hati ya, Nak." Setelah selesai bicara, Ibu kemudian berbalik dan masuk ke kamar lagi.

Sepeninggal Ibu, Rigel membuka kepalan tangannya. Ia dan Ose menatap benda yang tadi diberikan Ibu bersama-sama.

Ternyata benda itu adalah dua kotak kondom.

Benda yang dulu dibeli Ose di minimarket atas suruhan Rigel. Yang kemudian Ose masukkan ke kantong celana pria itu waktu itu.

Tentu saja Ose dan Rigel masih mengingatnya.

Mereka berdua bertukar pandang. Sama-sama menelan ludah, lalu memalingkan wajah dari satu sama lain.

Astaga.

Harus bagaimana besok menghadapi Ibu?

***

HUAAAAAAA akhirnya cerita ini selesai jugaa 😆

Terima kasih para penumpang yang sudah mengikuti perjalanan kapal ini yang dari awalnya mogok sampai akhirnya berlayar juga.

Tanpa kalian, mungkin Rigel dan Ose akan tetap main kejar-kejaran tiada akhir.

Habis ini kita ke Leon dan pasangannya dulu, baru ke JinJen 2 yah? Deal?

Eeh jangan keburu pergi, nantikan bonus chapternya duluuu 🥰

Catch The Devil [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang