12. Hero doesn't Wear Cape

3K 338 13
                                    

Update-an pertama di tahun baru nih!

Selamat berlayar bersama #RiSean, dan jangan lupakan tombol VOTE yaa!

***

"Warda!" panggil Rigel sembari berjalan menuju meja asistennya. Ia langsung membentak begitu melihat meja itu kosong. "Di mana Warda?"

"Sepertinya cuma ke toilet atau ke pantry, Pak ...," jawab salah seorang anak buahnya ragu-ragu. Mungkin takut salah bicara karena raut wajah Rigel yang terlihat marah.

"Cari Warda sekarang juga!"

"Ya, Bos?"

Baru saja Rigel memberi perintah untuk mencari Warda, kemudian terdengar olehnya sahutan dari asistennya itu.

Rigel yang tadinya berdiri membelakangi Warda, langsung berbalik. "Da, kasih gue profil Pemred Majalah Autocar!"

Warda yang baru saja kembali dari toilet menatap ke arah Rigel, kaget karena mendengar perintah itu. "Pemred Majalah Autocar? Tapi kenapa tiba-tiba, Bos?"

"Nggak usah banyak tanya. Cari profilnya, dan kasih ke gue." Melihat Warda yang masih tertegun karena perintahnya yang tiba-tiba itu, Rigel membentak, "Sekarang!"

"Siap, Bos!" Warda tersentak mendengar nada suara Rigel yang garang. Tanpa bertanya lebih lanjut, ia lalu mengetikkan jemarinya di keyboard.

"Ini, Bos." Dengan cepat, Warda menarik selembar kertas dari printer machine dan menyerahkannya kepada Rigel.

Semua rekan kerjanya menatap Warda dengan pandangan penuh tanya, tapi Warda hanya mengedikkan bahu, lalu memberi isyarat dengan matanya agar mereka semua melanjutkan pekerjaan lagi.

Sementara itu, Rigel duduk di kursinya dan menopang dagunya dengan sebelah tangan. Matanya terpicing membaca selembar kertas yang berada di tangannya.

Saat ponsel di mejanya berbunyi dan layarnya menunjukkan notifikasi pesan yang masuk, Rigel segera menyambar benda itu kemudian berjalan menuju lift, diiringi tatapan semua mata anak buahnya dalam diam.

***

Pintu lift terbuka di lantai 14 dan Rigel bergegas menuju meja di mana Leon berada. "Yon!" panggilnya. "Udah dapat semua yang gue minta?"

"Gampang. Nih," jawab Leon sambil menyerahkan beberapa lembar kertas kepada Rigel.

"Thanks. Gue tahu gue selalu bisa mengandalkan lo." Rigel menerima kertas itu sembari mengangguk.

"Selesaikan ini, lalu jangan lupa bicara dengan Ose. Gue nggak tahu lo udah ngomong apa aja ke dia, tapi dari sifat lo yang kalau ngomong suka nggak ada filternya itu, gue bisa narik kesimpulan, pasti lo udah bikin dia sakit hati."

Tak ada bantahan yang keluar dari Rigel. Tetapi jika dilihat dari perubahan ekspresi di wajah Rigel, Leon bisa memastikan bahwa sahabatnya itu terusik karena kata-katanya.

"Lo tuh sebenernya orangnya care," sambung Leon, "tapi lo nggak mau nunjukin itu. Kalau gue dan Jena sih, udah hafal dengan sifat lo jadi bisa maklum. Tapi jangan samakan kami dengan orang lain. Lo sadar nggak sih? Sikap lo yang begitu itu yang suka bikin orang takut duluan kalau mau ngomong sama lo. Banyakin senyum, makanya. Se-nyuum." Leon mengulurkan kedua tangannya lalu mencubit pipi Rigel dengan ibu jari dan telunjuknya sampai sudut-sudut bibir sahabat prianya itu tertarik ke atas.

Rigel menepis kedua tangan Leon sambil mendengus. "Sok tahu," gerutunya.

Leon tersenyum menanggapi reaksi ketus Rigel. Kebanyakan orang mungkin menganggap Rigel orang yang tidak acuh, namun kenyataannya, Rigel sebenarnya adalah orang yang paling perhatian dari semua orang yang pernah ia kenal.

Catch The Devil [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang