Odessa rindu suaminya.
Tentu saja dia rindu. Seda pergi ke luar kota karena urusan kerja. Pria itu memiliki rancangan perusahaan yang tidak Odessa mengerti. Katanya akan ada acara baru yang nantinya akan dijadwalkan tayang secara serempak di stasiun televisi yang dimiliki Seda. Namun, anehnya pria itu malah membuka usaha baru yang tidak berhubungan dengan penyiaran. Ya, setidaknya itu pendapat Odessa.
"Des, ini untuk kepentingan siaran juga. Kalo aku buka coffee shop di sini, aku bisa pakai untuk syuting tanpa harus ada izin merekam atau bayar ini itu."
Dalam video call mereka yang menemani kebosanan Odessa, pria itu memberikan jawaban yang berulang kali diulang pun tidak akan pernah Odessa pahami.
"Emangnya buat siaran apa? Syuting apa?" tanya Odessa kembali.
"Dalam waktu dekat ada program kencan buta semacam itu. Coffee shop ini bisa dibuat tempat syuting."
Odessa berpikir mengenai sesuatu. Berhubungan dengan kata kencan yang pria itu sebutkan.
"Mas, inget waktu kencan kita dua minggu lalu?" Pertanyaan Odessa membuat suaminya itu langsung tertegun.
"Di mal? Apa hotel? Tapi yang aku anggap kencan waktu kita di hotel, sih, Des."
Wajah Odessa merona kembali karena ucapan suaminya. Membayangkan reka ulang apa saja yang mereka lakukan di hotel.
"Masa yang begitu kamu bilang kencan? Isi kepala kamu itu apa, Mas? Aneh banget."
"Bukan aneh, tapi mesum. Gitu aja malu? Lagian kamu juga nggak kalah mesum, Des. Sebelum aku tinggal, kamu yang maksa celanaku sampe turun dan kamu isap—"
"Stop, stop, stop!" seru Odessa menghentikan ucapan Seda. "Kalo ngomongnya ngaco aku tutup, ya!"
"Kamu bisanya ngancem, Des. Kalo nggak dipuasin, sekarang kamu juga jago main ancaman. Nanti aku ancam balik nangis."
Sontak saja Odessa tertawa. "Kamu ikutan trend, ya? 'Nanti dibales nangeeessss!' iya, kan?"
Sudut bibir Seda naik, meski sedikit tetap bisa Odessa lihat. "Ih, kamu senyum, Mas?"
Dari seberang Seda mendengkus. "Emangnya aku singa yang nggak bisa senyum?"
"Loh? Kamu nggak tahu kalo kamu singa, Mas? Kan, hobi kamu mengaum terus." Balasan Odessa yang diiringi dengan tawa perempuan itu membuat Seda gemas.
"Oh, aku tahunya kalo aku ini sejenis serigala, Des."
"Hm? Kok, serigala?"
"Iya. Aku, kan, sukanya menerkam kamu di manapun kita berdua."
Odessa yang wajahnya memanas langsung mengambil bantal dan menutup keseluruhannya. Salah tingkah karena ucapan itu sejenis dengan gombalan di telinga Odessa. Bodohnya, Odessa salah tingkah sendiri karena wajah Seda masih sedatar biasanya.
"Kamu kenapa, Des? Alergi? Muka kamu merah banget?"
"Kalo kamu di sini, aku bales kamu, Mas."
"Kenapa? Dari tadi aku ngapain kamu? Kita jauh-jauhan begini, kenapa kamu pengen bales aku? Salah apa emangnya aku ini, Des?"
Odessa berakhir menggeram menahan rasa kesalnya yang bukan kesal berat karena kecewa atau apa. Dia hanya kesal seperti biasanya sang suami membuatnya kesal.
"Aku tutup, bye!"
"Kalo kangen jangan salahin aku, Des. Aku tahu kamu lebih kangen aku sekarang."
"Ih, ngeselin!"
"Kapan kamu bilang 'ih, ngangenin' gitu ke aku, Des? Pengen denger kamu manja yang sampe bilang begitu."
Malu. Seda selalu berhasil membuat Odessa malu bukan main. Namun, pria itu memang tak salah menebak. Nyatanya Odessa memang rindu bukan main terhadap Seda saat ini.
"Harus, ya? Aku bilang begitu?" Odessa hanya sedang menyiapkan diri untuk mengatakannya.
"Nggak. Suka-suka kamu aja. Jadi istri aku nggak ada aturan harus atau nggak, Des. Sadar diri aja."
Sekali lagi Odessa belajar untuk terbiasa dengan suaminya yang pandai sekali menjungkir balikkan suasana dengan ucapannya.
"Mama Arnis ngidam apa waktu hamil kamu, sih, Mas?"
"Nggak tahu. Aku, kan, yang di dalam perut mama. Kalo aku yang buat, baru aku tahu."
"Maassssss!"
"Iya, Des?"
Odessa menenggelamkan wajah kembali ke bantal. Dia sebal dengan ketidakpekaan Seda.
"Kamu emang aneh, Mas!"
"Kamu lebih aneh karena nikah sama orang aneh, Des."
Nah, kan! Ucapannya dikembalikan dengan sangat mudahnya. Pria itu memang tidak bisa ditebak. Bahasanya yang aneh, tetapi seringnya tepat sasaran. Wajah datar, tetapi membuat salah tingkah. Ah, sudahlah. Odessa tak tahu apa yang dimakan pria itu sewaktu di kandungan ibunya.
"Mas," panggil Odessa setelah ada jeda diantara mereka karena saling serang label aneh itu.
"Apa?"
"Aku kangen banget sama kamu. Ngg tahu kenapa, tapi aneh aja kamu tinggal ke luar kota. Padahal tiga tahun nikah, aku nggak ada gimana-gimana kalo kamu dinas. Sekarang ... kangen."
Odessa mencoba menilik reaksi seperti apa yang akan suaminya berikan. Namun, dalam beberapa waktu Seda tidak mengucapkan kata apa pun.
"Mas? Sinyalnya yang jelek atau kamu yang nge-bug, sih?"
Seda menggeleng, membuat Odessa bingung. "Maksudnya kamu geleng kepala apaan, Mas?"
"Nggak maksud apa-apa. Cuma pengen minta kamu bersedia buka celana, Des."
"Hah!?"
"Buka baju sekalian aja, Des. Aku juga buka, nih. Kangen."
Seda dan pikirannya yang kacau!
KAMU SEDANG MEMBACA
CRUSH HOUR /TAMAT
General FictionMATCHMAKER SERIES KAROS PUBLISHER Seda Dactari adalah pria kaku yang hidup bersama perempuan yang dijodohkan orangtuanya bernama Odessa Fica. Nama mereka mungkin mirip, tapi tidak secara ketertarikan. Dalam rumah tangga yang tidak menarik itu, merek...