Nampaknya memang sukar untuk membawa hubungan yang lebih jauh pada pernikahan Odessa dan Seda. Selain karena tabiat keduanya yang masih belum mau terbuka satu sama lain, tingkat kepercayaan mereka bahkan tak jelas kemana arahnya. Dibilang saling percaya, sepertinya tidak ada intrik mereka saling mencurigai sebagai pasangan yang pastri naik turun tingkat rasa percayanya. Dibilang tak memberi kepercayaan, buktinya mereka masih bisa menjalankan kinerja masing-masing tanpa saling mengekang.Ah, entah sebenarnya hubungan semacam apa yang mereka miliki. Bahkan sekadar rasa percaya saja tidak masuk dalam unsur pernikahan mereka.
"Pak, pengganti saya sudah datang. Siap bekerja, dan rencananya hari ini--"
"Suruh masuk aja. Kamu duduk, diam. Saya mau mulai kerja dengan asisten baru saya."
Jahat sekali menyela dan menyuruh Mayang untuk diam. Untung saja Mayang sudah terbiasa. Jika tidak, mungkin akan Mayang racuni gelas kopi bos-nya itu supaya menjadi kasus yang heboh lagi untuk mengalihkan isu politik para dewan negara dalam dunia berita.
"Baik, Pak."
Mood Seda sendiri sedang tak baik. Sejak pembicaraannya dengan sang istri kemarin, tidak ada jalan tengah yang terlihat dilakukan oleh Odessa. Perempuan itu belum mau menggunakan diri Seda sebagai suami. Tidak ada sikap manja yang Essa berikan, dan itu membuat Seda kesal.
"Permisi, Pak."
Seda yang sejak tadi menunduk dan fokus pada tumpukan berkas sontak langsung mematung. Kepalanya mendongak dan mendapati pria.
"Kamu siapa???" tanya Seda dengan penuh selidik tak suka.
"Saya Deprima, Pak. Asisten baru bapak." Jelas pria itu.
Seda menyerukan nama Mayang, yang tentu saja langsung datang.
Dengan wajah yang meringis, Mayang menjelaskan. "Pak, ini asisten baru yang mulai bekerja untuk bapak."
"Sejak kapan kamu bilang kalo yang gantiin itu laki-laki??"
Mayang melirik Deprima yang mulai aktif bekerja hari ini untuk Seda itu.
"Pak, saya memang belum memberitahu mengenai jenis kelamin asisten yang menggantikan. Tapi bapak memang nggak memberi instruksi khusus supaya asisten bapak harus perempuan."
Seda menghela napas keras. Dia tak mau memperpanjang drama asisten baru.
"Yaudah, yaudah. Suruh dia langsung kerja!"
Jelas sekali jika Deprima akan mengalami hari buruknya dengan menjadi asisten Seda. Bahkan dihari pertama saja sudah dipertanyakan, yang sebenarnya memang tak diharapkan untuk menjadi asisten pria itu.
*
"Masih sibuk nunggu balesan si temen Madam Rose lo itu?" tebak Yasmin yang membawakan teh botol S*sro kesukaan mereka.
Jam makan siang memang selalu diisi dengan minuman teh tersebut oleh keduanya. Untung saja mereka memiliki banyak kesamaan, ya, walaupun karakter mereka cukup berbeda.
"Kayaknya orangnya udah nggak aktif, deh, Yas. Beberapa hari ini aku nggak dapet balesan." Odessa menjawab dengan nada lemas dan kecewa.
Yasmin menghela napasnya. Malas sekali dengan drama yang dilakukan temannya itu. "Itu berarti tandanya lo harus berhenti buat main aplikasi begituan. Udah nggak ada bakat, deh, lo main di sana. Lagian, aplikasi sejenis Madam Rose itu menyesatkan buat kaum-kaum terikat kayak lo! Udah, stop! Jangan diterusin."
Odessa mengernyit dalam. Dia menatap Yasmin penuh selidik. "Kok, kamu tau aplikasi sejenis Madam Rose ini menyesatkan buat aku?" tanya Odessa.
"Ya, pasti tahulah! Lagian siapa yang nggak paham aplikasi Madam Rose, coba?"
Pas sekali dengan jawaban Yasmin, ibu kantin di kantor mereka datang membawa nasi soto dan rawon ke meja Odessa dan Yasmin.
"Bu. Ibu tahu aplikasi Madam Rose, nggak?" Tiba-tiba Odessa bertanya pada si ibu kantin.
"Hah? Apaan itu, Neng? Aplikasi apa? Saya mah nggak ngerti. Anak saya yang paham hape-hape mah." Jawaban ibu kantin membuat Odessa puas.
"Oh, yaudah makasih, Bu."
Sepeninggalnya ibu kantin, Odessa menyambung. "Tuh! Ibu kantin aja nggak tahu soal aplikasi itu. Kamu bilang siapa yang nggak tahu? Banyak, Yas. Yang tahu aplikasi Madam Rose, jelas yang suka pake dan tahu betul risikonya. Kamu pasti diem-diem pake aplikasi ini juga, kan? Apalagi kamu belum nikah."
Karena semakin tersudut, Yasmin menyalak. "Ya, gue, kan belum nikah! Apa salahnya? Lo itu yang salah, Odessa! Udah nikah malah macem-macem."
"Aku nggak macem-macem, ya. Aku cuma butuh hiburan. Dengan chat sama temen online-ku ini, aku ngerasa bahagia. Aku ngerasa lebih bisa didenger dan dimengerti."
Yasmin menggelengkan kepala. Tak paham dan tak percaya dengan keras kepalanya sang sahabat yang sudah mengarah bodoh.
"Kalo suatu saat dia ngajak lo ketemuan... lo akan gimana? Kalo suatu saat dia maunya nggak sekadar chatting dan pengen ketemu tatap muka langsung, lo jawab apa?" tanya Yasmin langsung pada kemungkinan besarnya.
Odessa terlihat bingung. "Mana mungkin begitu... aku sama dia cuma temen--"
"Itu sangat mungkin! Bahkan gue bisa kenal banyak laki-laki dan ketemuan langsung juga dari saling tukar pesan begitu!" Yasmin menyela. "Coba jawab, lo bakalan bersedia kencan buta sama orang itu atau nggak kalo nanti dia ngajakin?"
Odessa harus menjawab apa? Dia tidak tahu. Karena dia punya Seda yang pastinya akan marah jika sampai tahu istrinya melakukan kencan buta.

KAMU SEDANG MEMBACA
CRUSH HOUR /TAMAT
Fiksi UmumMATCHMAKER SERIES KAROS PUBLISHER Seda Dactari adalah pria kaku yang hidup bersama perempuan yang dijodohkan orangtuanya bernama Odessa Fica. Nama mereka mungkin mirip, tapi tidak secara ketertarikan. Dalam rumah tangga yang tidak menarik itu, merek...