36. CRUSH HOUR

8.3K 1.3K 78
                                    

"Kenapa mama dan papa ke sini? Masuk kamar aku dan Odessa nggak sopan pula."

Meski sebenarnya menahan malu, Seda juga geram karena orangtuanya seperti orang tak berbudaya saja masuk kamar seseorang sembarangan. Terlebih lagi, orang yang sudah menikah. Apa tidak ada kemungkinan dalam kepala mereka bahwa bisa saja ada morning sex yang dilakukan pasangan menikah itu? Jika itu terjadi, Seda yakin dirinya tidak akan menahan diri untuk marah dan meneriaki siapa saja yang mengganggu sesi intimnya dengan Odessa. Bukan malu lagi, melainkan marah besar.

"Bukan papa yang bikin rencana begini. Mama kamu yang punya pikiran negatif soal hubungan kalian, Da." Sandi membalas lebih dulu sebelum dirinya semakin disalahkan.

"Pikiran negatif soal kami? Apa yang mami kira terjadi dengan aku dan Odessa memangnya?" Pertanyaan itu langsung melayang pada Arnis yang tidak enak hati sudah masuk ke kamar tanpa izin.

Odessa sendiri memilih untuk membuat sarapan sendiri. Bisa Arnis tangkap menantunya itu canggung makanya menghindari sesi pembicaraan ini.

"Tiga tahun kalian nggak ada kabar soal kehamilan, mama curiga kalian itu nikah kontrak."

Seda otomatis menyemburkan smoothies yang istrinya bawa tadi karena ucapan sang ibu.

"Pelan-pelan minumnya, Mas." Tiba-tiba saja Odessa sudah di sampingnya dan mengusap bibir pria itu dengan tisu. "Ngapain, sih, sampe nyembur begini?" tanya Odessa yang tak mendengar ucapan mertuanya.

"Gara-gara mama, Des!"

Odessa langsung menatap mertuanya. "Mama kenapa?"

"Mama ngira kalo kita nikah kontrak," jawab Seda.

Tentu saja Odessa melebarkan kedua matanya. Sejak pertama dijodohkan dengan Seda, tidak ada pemikiran menjalani pernikahan kontrak sama sekali. Itu konyol, sebab Seda bukan tipe pria yang bisa berbuat demikian. Seda tidak kunjung menikah dan akhirnya dijodohkan bukan karena tak ingin menikah, tapi karena memang tidak bisa berinteraksi dengan perempuan secara benar.

"Nikah kontrak? Kok, mama bisa kepikiran gitu?" tanya Odessa.

"Karena kamu nggak hamil-hamil," jawab Arnis cepat.

"Odessa udah hamil, Ma."

Celetukan Seda yang terhitung tak disangka-sangka membuat Sandi dan Arnis kompak berkata, "Apa?!"

Seda menarik pelan tangan istrinya untuk duduk. Tak mau membuat Odessa lama berdiri. "Jangan kelamaan berdiri."

Odessa mengangguk dengan senyuman samar, sengaja Odessa sembunyikan karena ini terhitung kali pertama Seda peka dengan kondisinya.

"Serius??? Kamu hamil, Odessa?" Arnis memajukan tubuhnya hingga Seda hampir menumpahkan gelas smoothies miliknya.

Dengan kernyitan malas, Seda memperingatkan mamanya. "Ma, jangan drama. Odessa, istriku, sedang hamil. Mama mau dengar berapa kali lagi?"

Arnis langsung berkaca-kaca. "Jadi ... kalian nggak sengaja selama ini?"

"Nggak, Ma. Kami memang belum dipercaya selama tiga tahun untuk punya anak. Kemarin aku dan mas Seda baru tahu kalo aku hamil."

Seda mengangguki tanpa menambahkan lagi informasi yang tidak perlu mereka bagikan kepada Arnis dan Sandi. Bisa pingsan jika orangtua Seda tahu mengenai Odessa yang sempat akan menjadi talent kopi darat bersama pria lain.

"Akhirnya! Ya Tuhan, akhirnya ... cucuku akan lahir!" Arnis dengan kebiasaannya yang suka berlebihan tidak asing lagi bagi Seda dan Sandi.

"Selamat, Son."

"Son? Aku Seda, Pa. Bukan Sonia."

"Iya, memang bukan Sonia. Itu papa mau bilang Sonya."

Odessa malah lebih tak mengerti dengan gaya Seda dan Sandi.

"Kalian ngelawak, ya?" tanya Odessa bingung.

"Siapa?" tanya Seda.

"Kamu sama papa."

"Nggak."

Sandi tertawa melihat wajah Odessa yang berubah kesal. "Santai, Esse. Itu emang cara papa kalo Seda balesnya kaku."

"Namanya Odessa, Essa, Pa. Bukan Esse, itu rokok."

Sandi langsung tertawa karena Seda memang sekaku itu. "Kamu mirip kakekmu, Da. Kaku luar biasa."

"Nggak lucu, Pa."

Odessa hanya menggelengkan kepala. Terkadang memang Odessa bisa merasa sifat Arnis mendominasi Seda, terkadang celetukannya mirip Sandi, dan terkadang bingung dari mana Seda mewarisi sifat kaku dan datarnya. Sekarang sudah terjawab bahwa Seda juga mewarisi sifat kakeknya.

"Sekarang serius. Papa pengen lihat cucu papa di perut Odessa."

Seda langsung terpantik emosi. "Apa-apaan, Pa?"

"Mas? Kok, nge-gas sama papa?" tanya Odessa heran dengan suaminya.

"Ya, omongan papa itu nggak pantes. Ngapain mau lihat anak kita di perut kamu? Cuma aku yang boleh liat—"

Ucapan Seda langsung terputus karena Odessa membekapnya cepat. Arnis yang semula bingung langsung bertatapan dengan suaminya, menyampaikan kode yang bisa mereka pahami.

"Ngapain kamu pake acara curiga? Anakmu itu isi otaknya kebanyakan mesum," ungkap Sandi yang membuat Odessa meringis.

"Lepas, Des! Aku nggak bisa ngomong."

"Ya, kamunya jangan sembarangan kalo ngomong, Mas. Papa itu mau lihat maksudnya kita periksa, USG, nanti dapet fotonya. Bukan lihat ... astaga, Mas!"

Barulah Seda menatap orangtuanya yang malah tertawa senang melihat reaksi Seda.

"Efek semalem belum hilang, Da? Masih kepikiran jenguk bayi, hm?" Sandi menaik-turunkan alisnya.

Lalu, tatapan Seda beralih pada istrinya. "Maaf, Des. Aku nggak fokus."

"Tauk, ah!"

CRUSH HOUR /TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang