26. CRUSH HOUR

7.9K 1K 52
                                    

Sepasang kekasih yang mencinta adalah tatanan dunia yang paling sempurna. Siapa bilang cinta bukan hanya tentang kebahagiaan? Justru cinta itu membahagiakan bagi pasangan yang tak mengenali rasa cinta diantara mereka. Jika mengerti bahwa saling mencintai, maka di sanalah letak tak selalu bahagia yang didapat dari saling mencintai. Untuk Odessa dan Seda yang bodoh dengan perasaan mereka, tak pernah ada masalah mengenai cinta yang membina mereka sejauh ini, bagi keduanya cinta itu tak ada. Jadi lebih mudah untuk menghadapi permasalahan dalam rumah tangga mereka.

Sejauh ini, yang Odessa sadari, dia dan sang suami memang suka untuk saling bersentuhan. Namun, ia tak pernah merasa bahwa cinta ada di dalamnya. Entahlah, menurut keduanya menjalani pernikahan tak pernah membutuhkan cinta, melainkan pengertian dan rasa nyaman.

Bahkan sekarang, ketika dengan murahnya Odessa melingkarkan tangannya pada leher sang suami setelah hanya merasakan usapan di pinggulnya, dia kalah dan menjadi begitu membutuhkan Seda. Pria yang ia sebut mesum karena memang hanya itu sebagian besar dari pemikiran Seda. Pria itu menyukai kontak fisik yang sangat intim hingga sekarang Odessa merasa sudah terkontaminasi begitu lekat oleh sifat mesum suaminya itu.

Tanpa aba-aba apa pun, Odessa naik ke atas pangkuan suaminya dan mengacak bibir pria itu. Ke kanan dan kiri ia  mengajak Seda untuk meronta bersama, mengeluarkan desahan yang bisa dikatakan mendrama. Jika ada yang melihat adegan dewasa mereka ini, maka sudah pasti ingin muntah. Begitu berlebihan hingga hanya Odessa dan Seda yang bisa menikmatinya.

"Calm down, Des. Bibirku bisa habis kamu lahap kalo semangatmu menggebu begini."

Seda memang seringnya merusak suasana dengan ucapannya. Namun, untuk kali ini Odessa tak peduli dengan hal itu. Dia menyukai bagaimana Seda mengucapkan kalimat itu.

"Aku belum makan," balas Odessa sembari mengendus rahang Seda menuju leher dan bahu suaminya.

"Apa hubungannya?"

"Karena aku belum makan, makanya aku lahap ke kamu."

Seda menyentuh ujung pakaian istrinya dan secara perlahan menaikkan baju perempuannya meski aktivitas Odessa terganggu karena baju itu harus melewati kepalanya lebih dulu.

"Aku bukan makanan yang bisa kamu konsumsi, Des. Jangan berfantasi yang aneh-aneh."

Odessa yang tidak memilih pusing dengan ucapan itu lebih memilih menggigit gemas bahu pria itu hingga Seda berteriak.

Odessa menatap dengan ekspresi datar yang seringnya digunakan oleh sang suami.

"Apa-apaan, sih, Des!?" protes Seda.

"Gemes," jawab Odessa meniru apa yang seringnya Seda berikan.

"Apa!? Gemes? Kamu itu bukan anak kecil, Des!"

"Aku mau jadi anak kecil sekarang."

Seda tak percaya dengan apa yang istrinya ucapkan. Entah apa maksudnya, tapi Seda yang menatap perempuan itu tak paham memilih untuk membalas sikap Odessa. Dibantingnya sang istri ke atas ranjang, tak arogan tentu saja. Berusaha membuka kaitan bra di belakang tubuh istrinya dan menggigit gemas permukaan kulit dada perempuan itu.

"Kamu bales aku, Mas!?"

"Iya. Aku gemes," balas Seda begitu saja.

"Masa kamu beraninya bales anak kecil?"

"Apa?"

Odessa membusungkan dada, sengaja membuat pucuknya bersentuhan dengan dagu sang suami yang bekas cukurannya masih terasa kasar.

"Aku, kan, tadi udah bilang. Aku jadi anak kecil sekarang. Jadi, kamu nggak boleh bales anak kecil!"

Seda memutar bole matanya dengan malas. "Ngapain juga kamu harus akting jadi anak kecil?" tanya pria itu.

"Karena aku mau bisa ngambek dan kamu bujuk terus. Aku nggak mau ngertiin kamu terus, aku pengen kamu ngertiin aku sekarang."

"Gimana aku bisa ngerti kalo kamu nggak ngomong apa pun?"

Odessa tidak menjawab pertanyaan pria itu dan memilih untuk memutar posisi tubuhnya dan merunduk dengan posisi bokong yang naik. Tentu saja Seda sangat terkejut dengan tindakan istrinya yang tiba-tiba itu. Sekarang, wajah Seda bisa melihat jelas belahan yang mirip dengan buah peach milik istrinya beserta sesuatu yang terhimpit di bawahnya lagi. Apalagi ketika Odessa melebarkan kakinya dengan tangan yang mencoba menyentuh dirinya sendiri dari depan. Itu adalah serangan dua langkah untuk mematikan bagi Seda.

"Kamu ngapain?" tanya Seda dengan menelan ludahnya berulang kali.

"Aku anak kecil, Mas. Kamu harus tahu kemauan anak kecil tanpa harus bertanya dan mendapatkan jawaban."

Dengan kata lain, ini adalah permainan yang mereka lakukan dengan modal saling menerka dan Odessa akan merajuk selayaknya anak kecil bila keinginannya tak terpenuhi dengan baik oleh Seda.

"Aku harus pegang?"

"Aku nggak akan jawab, Mas."

Dan, ya ... Seda harus menerkanya. Langkah pertama pria itu mencoba menyentuh bokong istrinya dan menggerakkan jemarinya. Namun, Odessa merengek yang langsung membuat Seda terkejut.

"Aku harus ngapain, Des???!" ucap pria itu setengah frustrasi.

Odessa tidak menjawabnya lagi dan sibuk merengek, hingga pria itu akhirnya menggunakan mulutnya untuk memuaskan Odessa yang langsung melenguh menikmatinya.

Mungkin dengan begini Seda bisa belajar secara perlahan untuk lebih peka. Ya, semoga saja pria itu bisa semakin peka.


[Nih, aku kasih bab ++ duluan yaaakkk.]

CRUSH HOUR /TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang