14. CRUSH HOUR

8.8K 1.1K 25
                                    

Seindah cinta yang baru bersemi. Mungkin itu kalimat yang tepat dengan berseminya gaya bercinta mereka. Lebih bervariasi, panas, dan menarik denyut-denyut sel di tubuh masing-masing mereka. Gelayut manja Odessa juga tampak bersemi, indah dan mekar seperti bunga, begitu pula kewanitaan Odessa yang mekar dan berseri indah di mata Seda.  Mereka memang baru saja melepaskan satu ledakan besar tadi, tapi Seda sudah menempatkan kembali kepalanya diantara kaki sang istri. Kepala Seda tertumpu paha kiri perempuannya, sibuk menatap dan mengusik bibir bawah Odessa dengan jemarinya.

Mereka tidak memiliki atensi untuk kembali bercinta dalam waktu dekat. Seda hanya ingin melakukannya saja. Odessa masih lelah dengan sesi mereka sebelumnya. Kaki Odessa juga hanya menjulur lurus dan sengaja Seda lebarkan untuk celah tubuh pria itu diantaranya. Odessa anggap bahwa yang dilakukan Seda adalah iseng. Jemari pria itu bergerak pelan saja, terkadang mengusap, kadang menekan, mencubit, membelah pintu bibir kanan kirinya, dan bahkan menelusup masuk hingga ada bunyi aneh yang terdengar ditengah keheningan mereka.

Wajah pria itu? Ya, tentu saja fokus dan nyaman sekali menghadap kewanitaan Odessa. Entah apa yang menarik, tapi Seda membuat malu perempuan itu ketika sadar.

"Mas ngapain, sih?" tanya Odessa mengusap wajahnya sekilas saat menyadari suaminya memasang wajah biasa saja ketika memainkan kewanitaan Odessa. Tidak ada indikasi wajah mesum meski Seda mulai menambah jumlah jarinya guna masuk mengocok pelan di dalam tubuh Odessa dan menekan sekaligus memberi gerakan memutar pada sesuatu di permukaan bibir bawah Odessa dengan ibu jarinya.

"Belajar," jawab Seda.

"Hah? Belajar apaan yang masukin jari gitu-gitu di—aahhh—va ... mmmhh ... gi—naaaaahhhh!"

"Kamu harus belajar ngomong yang bener, tuh, Des. Kalo aku lagi belajar mencari titik kenikmatan untuk istriku. Selama tiga tahun berhubungan intim, aku baru tahu kalo film porno cukup membantuku untuk sadar, perempuan harus dirangsang yang bener lebih dulu baru bisa dapet panasnya."

Wajah Odessa merona mendengar kata-kata suaminya yang malah terdengar kotor.

Menormalkan suaranya setelah melenguh, Odessa mencoba membangun pembicaraan meski merasa ini adalah situasi siksaan.

"Kok, baru tahu? Kamu bukannya nonton dari sebelum nikah?"

"Nonton, tapi nggak dapet rasa apa-apa. Main sendiri juga nggak ada yang aku bayangin. Setelah punya kamu baru horny terus. Tapi aku pikirin lagi, ternyata kamu nggak pernah pasang reaksi atau ekspresi puas atau bahkan pipis. Sorry, ya, tiga tahun ini aku cuma sibuk ngeluarin, tapi kamu nggak dapet apa-apa."

Odessa tak percaya dengan apa yang didengarnya kini. Seorang Seda Dactari meminta maaf? Ya ampun, untung saja mereka tadi tidak nekat bermain di mobil. Untung saja Seda masih cerdas mencari hotel di sekitar mal dan bukan abal-abal juga. Meski semula memang Seda melumat bibir Odessa di mobil hingga tak sanggup mengambil napas. Paling tidak di hotel ini, mereka tidak perlu sulit melakukan posisi yang diinginkan. Untung juga mereka di hotel, karena bisa telanjang sambil berbincang.

"Mas," panggil Odessa.

"Hm?"

Seda sedikit terkejut saat wajahnya dirangkum dan ditarik oleh istrinya itu. Perempuan itu semakin suka mengalungkan tangannya atau sengaja menarik leher suaminya dengan cepat untuk mencium bibir Seda. Kembali sesi panas mereka dibuka, siapa pemenangnya?

*

Mandi Odessa lebih lama dibandingkan biasanya karena dikalkulasi dengan sesi percintaan dan orgasme yang terjadi berulang kali. Perempuan itu juga melarang Seda yang tadinya berniat mandi bersama, sebab tahu ke mana arah akhirnya jika terus melakukan aktivitas berdua. Sudah lelah juga menjadi alasan mengapa Odessa enggan mengikuti usulan mandi bersama.

Saat sedang membilas tubuh dan rambutnya, Odessa mendengar teriakan suaminya.

"Des, ibu telepon, nih! Kamu mandinya cepetan."

Odessa membalas dengan cepat, "Iya! Bentar lagi, tinggal bilasan."

Memang Odessa paling tak suka mandi cepat. Pokoknya dia akan mengingat apa saja kegiatan yang dia lakukan dan mengakumulasi jatah mandinya untuk merasa bersih kembali.

Membuka pintu kamar mandi, Seda sudah memakai kaus putih dengan celana selutut. Baru kali ini Odessa bisa melihat bentuk tubuh suaminya yang tidak kurus. Kalau telanjang, pria itu memang tidak memiliki otot vulgar yang dimiliki oleh binaragawan atau orang yang hobi membentuk masa otot. Seda jelas berisi tapi tidak gemuk, bagaimana menjelaskannya? Intinya secara samar-samar otot pria itu ada. Jika hanya dilihat, memang tak nampak, tapi ketika diraba jelas terasa.

"Kamu kenapa pake kaos putih?" tanya Odessa yang langsung membuat pria itu menghentikan gigitan pada sandwich di tangan dan berhenti mencoba melirik ke arah ponselnya yang menunjukkan seseorang di sana.

"Pengen aja. Kan belinya ada warna putih," jawab Seda. "Kamu cepetan ganti baju. Ibu mau ngomong."

Odessa mendekat dan mengucapkan salam pada ibunya. "Bu, bentar, ya. Aku ngomong dulu sama Mas Seda. Nanti aku telepon balik."

Video call itu terputus dan Seda keheranan karena istrinya tiba-tiba langsung menarik paksa kaus putih yang Seda pakai.

Apa ini? Apa Seda akan menjadi submissive?

[Bisa lihat cover nya, ya, mengapa ada adegan dan ada gambar badan laki-laki yang kaus putihnya ditarik dan wajahnya ketutup bajunya.]

CRUSH HOUR /TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang