"Ini apa Qanya Saufi?"
Suara tegas Rangga menariknya untuk melihat apa yang dimaksud. Tubuhnya seketika menegang melihat botol kapsul pemutihnya yang kini ditaruh Rangga di atas meja. Retinanya membulat. Jantungnya berpacu. Panik. Anya gelagapan.
"Jawab!"
"Anya ..." Bibirnya gemetar. Wajahnya memucat. Anya menunduk takut melihat kemarahan Rangga kali ini. Ia menggeleng kecil.
"Tatap mata kak Rangga!"
Kornea yang berair itu mendongak, menatap lagi tatapan Rangga. Air matanya menetes begitu Rangga kini membuka tutup botol itu dan membalikkannya hingga semua kapsul itu berjatuhan ke lantai.
"Jangan Kak Rangga." Anya menangis, berniat berjongkok memungut pil pemutihnya. Namun tangan Rangga mencengkram kuat kedua bahunya.
"Kenapa Anya? Kenapa?"
"Anya-"
"Kenapa Anya harus seperti ini?!"
Ia terisak. "Anya hanya ingin sempurna untuk kak Rangga."
Rangga tertawa hambar. "Sempurna?"
"Kak Rangga semua ini, Anya-"
"Kamu sudah janji akan menghargai diri, tapi apa ini semua?"
"Kak Rangga jangan marah dulu. Anya-"
"Gimana kak Rangga nggak marah? Apa Anya segitu menganggap diri Anya hina karena warna kulit?"
Anya menunduk takut. Melepaskan cengkraman Rangga dan mengumpulkan pilnya kembali ke dalam kapsul. "Kata orang Anya nggak pantas buat kak Rangga. Kak Rangga nggak cocok buat Anya. Kulit Anya gelap ... Anya-"
"Anya! Kak Rangga nggak kasih izin Anya mengumpulkan pil itu!" Rangga menarik paksa botolnya dan membuangnya ke asal arah. Anya meringkuk, mengumpulkan kembali satu-satu.
Ia tersedu, mata yang memerah itu menatap penuh mengiba. "Anya udah keluar uang banyak untuk ini, Anya mohon Kak Rangga ..."
"Berapa? Berapa Anya beli?!"
Anya memejamkan mata, mempersiapkan kemungkinan buruk akan respon Rangga jika tahu. Ia memeluk erat botol kapsulnya, terisak dalam tangis. Rangga membuang nafasnya kasar, Merengkuh kedua bahu Anya, lebih lembut dari tadi.
Mereka saling menatap, tatapan Rangga sendu. Namun menuntut penjelasan. "Anya mau kakak lebih marah daripada ini?" tanyanya lirih.
Anya menggeleng.
"Kalau gitu dijawab."
"Harganya ... satu juta."
Rengkuhan Rangga terlepas. Pria itu menatap penuh kecewa. Mengambil lagi botol kapsul di tangan Anya. "Hanya karena obat seperti ini Anya buang uang sebanyak itu?"
"Anya cuman-"
"Kak Rangga nggak suka Anya seperti ini!"
Ia terisak.
"Kenapa nggak izin? Kenapa nggak bilang kak Rangga? Kak Rangga udah bilang kan terima kamu apa adanya. Anya meragukan kakak? Apa semua ini nggak berarti bagi Anya?" Rangga tersenyum kecut, menjauhkan diri. "Kakak kecewa sama kamu Anya. Jangan ajak kak Rangga bicara."
Anya menelungkup tangannya di wajah dengan isakan. Tangisnya tidak menghentikan langkah Rangga yang kini pergi keluar rumah membawa kunci motor.
================================
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh?
Hai ... comeback lagi bersamaku dengan cerita baru. Rangga Ini Anya! Ceritanya Insya Allah enggak berat. Ringan.
Cocok banget buat yang suka halu dilamar cowok Keren seperti Rangga.
Kamu gak nih salah satunya?Silakan masukkan library dulu yah biar next selalu dpt notifikasi.
Ngomong-ngomong nemu cerita ini dari mana? Ada yang sudah pantau Spoiler yang Udah sering ku publish di Instagram dan Tik tok @Sarifatulhusna_ ?😂
Biar nggak kepanjangan cuap-cuap.
Aku mau mengucapkan terima kasih banyak buat teman-teman yang sudah mampir.=================================
Dapatkan informasi tentangku di sini:
WATTPADTIK TOK
PLATFORM KBM
KAMU SEDANG MEMBACA
Rangga Ini Anya✓
RomanceIni tentang Anya yang suka Rangga tapi selalu insecure dengan fisiknya. Ini tentang Anya yang mengurus tabungan demi beli kapsul pemutih biar bersaing dengan masa lalu Rangga. Tentang mereka yang akhirnya berjodoh namun perasaan Anya hanya sepihak I...