Akhir dari semua

19.1K 1.4K 874
                                    

Kadang hidup tidak memberi kita pilihan dan kesempatan. Terkadang beberapa hal memang menyakitkan. Namun mau tidak mau harus dilewatkan.

Rangga Ini Anya
@Sarifatulhusna09

.
.
.

Pagi ini tidak secerah biasa, langit gelap, gerimis turun tipis-tipis. Jalanan perlahan basah dan sedikit padat. Di salah satu angkot berwarna hijau, paling ujung, Anya duduk dengan pandangan yang menatap ke luar.

Memperhatikan rintik hujan yang turun dengan engan. Rintik-rintik yang menyiratkan kesakitan baginya. Anya memejamkan matanya sejenak, lalu menunduk menatap cincinnya yang tersemat.

Bagaimana senyum tatapan dan senyum itu dulu Ketika melamarnya?
Ia tersenyum kecut. Lucu. Hari itu ia merasa menjadi paling Bahagia dan akan bahagian bersama Rangga, tapi ternyata kenyataan memberi kejutan. Ujian Rumah Tangga, bagai badai yang ingin merobohkan pertahannya.
Antara bersabar atau pergi.

Semua terasa menyakitkan. Anya tidak tahu harus apa selain ... menunggu.

"Kiri, Bang."

Suara di sebelah, menariknya pada kenyataan. Anya mengangkat kepala, mobil merapat ke gerbang kampusnya. Beberapa Mahasiswa tampak buru-buru, sadar, ia segera turun dari mobil. Kuliah seperti biasa.

"Anyaaa ..."

Baru melangkah, panggilan Lea membuatnya menoleh. Gadis itu berhenti dengan motornya, melambai dan menepuk-nepuk jok.

"Ayo Nya ... telaat ..."

Pandangannya mengabur. Anya masih bergeming di tempatnya, menatap senyum manis sang sahabat.

Lea ... gue nggak kuat. Ternyata nikah nggak mudah, rasanya ... sakit.

***

"Udah? Ini aja?"

Anya mengangguk. Ditemani Lea, ia ke toko membeli jam tangan untuk Rangga. Pemberian pertamanya, walaupun tidak mahal, tapi Anya cukup puas. Selain itu, ia juga mencetak fotonya dan Rangga dan langsung pakai figura.

Entah apa yang Anya lakukan, ia hanya ingin Rangga kembali menatapnya.

"Emang kak Rangga ulang tahun?"

Ia menggeleng. Bukan. Anya hanya ingin memberi hadiah. Beberapa saat kemudian, motor Lea menepi di depan rumahnya.

"Gue iri deh." Lea menghela nafas.

"Jangan iri Ya."

"Kenapa?"

"Nggak semua yang terlihat itu enak. "

Lea mengernyit.

Anya hanya tersenyum tipis. "Lo baik-baik ya sama gue, nanti kita nggak bisa bicara lagi."

"Maksudnya?"

"Makasih ya, Ya. Lo sahabat terbaik gue."

***
Duduk di tepi Kasur, Anya menatap hadiah yang sudah dibungkusnya dengan tidak sabar. Diliriknya sejenak jam yang sudah menunjukkan pukul setengah enam sore. Rangga sebentar lagi pasti pulang.

Bunyi deru motor membuat Anya melangkah keluar dengan semangat. Dua sudut bibirnya tersenyum menyambut Rangga depan pintu. Rangga terlihat Lelah. Ia segera mengambil alis tas Rangga yang tersenyum kecil menatapnya, tanpa bicara.

"Kak Rangga mandi dulu. Anya udah siapkan makan malam."

Anya membuntuti Rangga hingga ke kamar. Juga menyiapkan pakaian ganti. Ia menatap Rangga yang kini membuka dasi. Lalu melirik hadiahnya yang di atas Kasur, tidak sabar jika Rangga melihat hadiah itu.

Rangga Ini Anya✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang