Jangan Bahas Anya

7.2K 736 190
                                    

Tuhan ...
Aku ingin pergi
Untuk melupakan rasa sakit dan kepedihan

Aku ingin terbang jauh
Lalu jatuh dan tenggelam
Aku ingin hilang dan tidak ditemukan.

Boleh ya Tuhan?

Rangga Ini Anya
@Sarifatulhusna09

.
.
.

Perempuan itu tidak bisa ditebak. Sulit sekali kalau tidak ditanya. Rangga sampai frustasi melihat istrinya yang mendiamkan dan hanya bicara singkat, senyum manis untuknya kini bahkan tidak ada.

Pagi ini Anya tetap menjalankan tugasnya, menyiapkan keperluan Rangga. Ia juga bersiap. Padahal masuk jam sepuluh, sengaja Anya ingin menghindari Rangga juga.

Sarapan kali ini, ia terlihat seperti biasa, tersenyum pada Rangga dengan dalih tidak mau kedua orang tuanya tahu.

Anya juga tidak mau diantar Rangga, ia bilang udah janji sama Lea. Nggak enak. Sebelum berangkat dan tetap mencium tangan Rangga, Rangga menahannya dan menatap dalam maniknya.

Anya membuang wajah.

“Kalau udah pulang, kita nanti sore balik ke rumah. Malam kamu nggak boleh lagi hindarin Kak Rangga,” ucap Rangga tegas.

Anya tidak menjawab, berlalu setelahnya begitu Lea sampai.

“Anya ….”

Anya buru-buru berlari ke arah Lea. Gadis itu menyapa hangat Rangga, Rangga mengangguk dan menghela nafas seperginya mereka. Diginikan sama Anya tidak membuatnya tahan. Harinya kurang bersemangat tanpa senyuman, perhatian dan nada ceria gadis itu.

“Kok nggak sama Kak Rangga, Nya?” Lea melirik Anya dari spion.

“Kak  Rangga buru-buru,” kilahnya.

Buru-buru ke tempat Audsty maksudnya.

“Hoo ya udah.”

“Lea?”

“Hah? Apa tu?” Karena berada di atas motor, keduanya sedikit berteriak agar terdengar. Anya memajukan sedikit badannya. Menyandarkan kepalanya di bahu kanan Lea.

“Lo pagi ini ada kelas?”

“Adaa …. Kenapa Nya?"

Anya menggeleng. Pagi ia ia berencana ke perusahaan, mengambil data yang kurang. Rencananya Minggu depan Anya ingin mengajukan RUP agar dia bisa melanjutkan proposalnya.

Mungkin sendiri aja. Ia juga tidak mau melibatkan Rangga. Katakan ia kekanakan seperti yang semalam Rangga bilang, tapi dia Anya, saat ini sulit untuknya

***

Gedung tinggi menjulang yang sudah berapa kali didatangi kini sudah berada di hadapannya. Setelah membayar ongkos gojek. Anya melangkahkan kakinya yang kini dibalut sepatu spansus abu-abu menuju lobi.

Netranya yang menangkap sosok Rangga bersandar di badan mobil berwarna merah membuat Anya segera bersembunyi dibalik dinding. Anya melirik sejenak jam di tangannya. Setengah Sembilan pagi.

Rasa penasaran mendorongnya untuk berdiri di sana, memperhatikan Rangga. Anya tahu, Rangga bekerja di sini. Tapi sebentar saja, lima menit terlewati, Anya melihat Audsty yang baru keluar lobi dengan senyum cerah menghampiri Rangga.

Anya tersenyum kecut. Rangga di sana, membalas senyum Audsty seraya membukakan pintu. Sederhana namun melukai perasaanya. Keduanya memang cocok, yang satu tampan, yang satu begitu cantik dengan kulit putih bening.

Rangga Ini Anya✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang