Pria Idaman

4.6K 553 6
                                    

Terkadang ada hal yang harus disembunyikan. Untuk menjaga perasaan dan menghindari kecewa yang berlebihan.

Rangga Ini Anya
@Sarifatulhusna09

.
.
.

Rangga memberitahu akan balik jam setengah sembilan malam. Usai sholat dan sambil menunggu, ia pilih untuk membaca mushaf Al-Quran. Mengelar sajadah di atas lantai kamarnya, Anya duduk melantunkan indahnya ayat suci Al-Quran.

Kita sudah tahu pasti bawah Al-Quran itu pedoman hidup. Kita akan terarah dengan kita suci ini. Namun tak jarang walau sudah mengaji, masih adanya kebimbangan dalam kehidupan. Tidak ada yang salah. Hanya saha kita yang terlalu sebatas membaca bacaan Al-Quran tanpa berniat membaca arti dan memahami maksudnya. Padahal dari arti itulah itulah kita paham dan mendapat pelajaran.

Anya mengakui, dia pun masih jarang membaca arti ayat suci Al-quran. Buku islami pun juga jarang. Lebih sering hanya membaca al-Quran tapi ia tidak memahami apa yang ia baca. Salah memang, untuk itulah saat ini, sambil menunggu Rangga ia kembali paksa diri membaca arti dari ayat yang dibacanya.

Larut di kamar, Anya tak menyadari Rangga sudah pulang. Pintu kamar terbuka, Anya sontak menoleh. Kedua sabit di bibirnya terbit melihat Rangga yang masuk dan meletakkan tas kerjanya di atas Kasur.

“Kak Rangga?”

Anya menyudahi bacaannya. Hendak berdiri, tapi Rangga memberinya isyarat untuk tetap di posisinya. Menurut, Anya memperhatikan Rangga yang kini melonggarkan dasinya. Anya tak mengerjap. Berdamage sekali hanya melihat kegiatan Rangga.

Anya kan nggak kuat.

“Anya udah masak, Kak Rangga udah makan? Atau kak Rangga mau mandi dulu?” Pertanyaannya tidak dijawab. Rangga kemudian duduk di sampingnya dan merebahkan kepala di atas pahanya.

“Anya?”

“Iya?”

Ia menunduk, jelas terlihat raut lelah di wajah itu walau senyum Rangga terpatri manis untuknya. Rangga mengelus lembut pipinya. “Begini sebentar. Nanti makanya, nanti aja mandinya.”

Anya mengangguk. Rangga memejamkan mata.

“… Kalau dia capek atau ada masalah dia akan tidur di paha kamu. Usap rambutnya, akan bikin dia lebih tenang.”

Ah Anya benci kenapa ia harus tahu ini dari Audsty. Harusnya seniornya itu tidak memberitahunya. Walau hatinya agak jengkel teringat lagi masa lalu Rangga itu, Anya tetap lakukan, ia mengusap lembut rambut Rangga.

Kak Rangga pasti capek

Cukup lama. Rangga bangun setengah jam kemudian. Sedang Anya ikutan terlelap. Tidak mau menganggu tidur istrinya, Rangga mengangkat tubuh itu ke atas Kasur tanpa membuka mukena. Ia tak mau Anya terbangun.

Setelah memberikan kecupan singkat, Rangga segera membersihkan diri lalu ke dapur. Saat memanaskan makan malam. Bunyi dari dapur membuat Anya sontak terbangun. Melihat hanya dirinya di dalam kamar, Anya segera melepas mukena dan beranjak menyusul.

“Kak Rangga?”

Rangga tengah membawa sepiring nasi dan lauk ke depan televisi. Pria itu mendongak dengan senyum lebar. Memberi isyarat mendekat setelah meletakkan di atas meja. “Nyenyak tidurnya?”

Ia mengangguk. “Kok nggak bangunkan Anya? Kak Rangga kan masih capek.”

“Nggak apa-apa. Sini duduk samping Kak Rangga.”

Tidak membantah. Anya menurut saja. Rangga menghidupkan televisi. Seketika ruangan itu jadi lebih hidup. “Udah makan belum?”

“Anya udah dikit.”

Rangga Ini Anya✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang