Jangan Senyum Kak Rangga!

5.3K 653 27
                                    

Kemarin Wattpad ku agak bermasalah. Jadi nggak bisa update. Udah aku infokan ya di SG dan Wall Wattpad.

Sesuai yang kubilang kemarin juga. Hari ini aku ganti langsung Double Update. Happy Reading

***

Lima belas menit akhirnya mereka sampai. Rangga memilih Kota Tua. Sejak keluar dari parkiran, tangan mereka bergandengan, engan melepaskan. Pagi ini di sana masih lenggang.

“Kak Rangga main sepeda juga ya?”

Anya menunjuk semangat sepeda yang berbaris tidak jauh dari mereka. Naik sepeda berdua dengan Rangga adalah halusinasi yang pernah dibayanginya, bahkan ketika ia pernah joging sama Lea, ia sempat bilang.

“Suatu saat nanti gue main sepeda ini bareng kak Rangga, berdua,” ucapnya mesem-mesem sambil membayangkan. Walau jawaban Lea bikin kesal. “Bangun Anya …. Halu terus lo.”

Anya tersenyum lebar membayangkan ini akan terwujud. Makanya ucapan itu adaah doa, nggak masalah kok berharap dan bermimpi, selagi Allah ridho ya kan? Mungkin juga waktu itu malaikat mengaminkan.

Ah sepertinya nanti Anya akan pamer pada sahabatnya itu.

“Mau naik sepeda?”

“Mau mau.”

Rangga terkekeh. Membawa Anya mendekat ke arah sana. Sesuai keinginan Anya berdua, Rangga di depan dan Anya di belakang. Dengan semangat, keduanya mengayuh sepeda.

Anya memejamkan matanya senang. Rasa sejuk udara pagi membuatnya mengambil nafas dalam dan membuangnya perlahan. Rasanya lapang. Dadanya benar-benar lapang. Alhamdulillah Allah sudah mengangkat rasa sedihnya dengan mengganti dengan kebahagiaan yang sudah membuatnya sangat bersyukur.

Membuka mata, Anya tersenyum menatap punggung lebar Rangga. Anya merentangkan tangan, menikmati udara segar yang menghantam tubuhnya.

“Waah …”

Rangga menoleh sekilas dengan senyum mengambang. Sesaat kemudian Anya kesal karena tatapan perempuan pada Rangga yang terang-terangan menunjukkan kekaguman. Tak berkedip. Parahnya ada yang melambaikan tangan dan mengedipkan mata.

Anya mengerucutkan bibirnya di belakang.
Enak aja, Rangga punya Anya.

“Kak Rangga …”

“Iya sayang?”

“Jangan senyum.”

“Loh?"

“Iih dilihatin.”

Rangga tertawa. Ooh cemburu. Rangga sudah tahu sejak tadi kaum hawa memperhatikannya. Dari dulu juga sudah begitu. Wajar sih, ketampanannya seperti opa korea. Bikin meleyot.

Cukup lama naik sepeda, mereka memilih berhenti dan istirahat sejenak. Tadi di pertengahan tanpa Anya minta, Rangga mengajak foto berdua. Bahkan juga minta tolong ke orang lain.

Di saat istirahat seperti ini Anya langsung Upload dan menjadikan Poto profil, sekalian kirim ke Lea buat pamer. Sedang Rangga cowok itu kini menselonjorkan kakinya. Kini mereka tengah lesehan.

Selesai, Anya menyimpan ponselnya dan menatap Rangga dengan senyum mengambang.

Rangga menoleh, memainkan hidung Anya dengan senyum geli. “Apa lihat-lihat sayang?”

Anya sontak mengalihkan pandang. Malu ketahuan. Rangga tersenyum, mengusap lembut keringat yang membasahi dahi Anya. Kelakuan Rangga membuat tatapan iri sekitarnya. Tapi mereka tidak peduli, Anya menatap lekat tatapan teduh Rangga.
Bolehkan Anya bilang ia merasa menjadi manusia beruntung kali ini?

Rangga Ini Anya✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang