Menikmati makan siangnya. Rangga menatap dingin sosok Audsty yang kini tersenyum dan menarik kursi di hadapannya. Sejak gadis itu magang di sini, tidak hentinya ia direcoki.
"Kamu nggak malu mendatangi laki-laki yang sudah punya istri?"
Audsty berusaha abai dengan perkataan menusuk itu. Ia tahan perasaanya yang nyeri. Dengan tenang dinikmati makan siangnya, mengabaikan tatapan tajam Rangga padanya. Siang ini perempuan itu tampak lebih pucat.
"Cuman makan, Ngga."
Rangga mendengus, mengangkat nampan makannya, berniat pergi. Secepat itu pula Audsty menahan lengannya penuh mengiba. "Kamu nggak perlu pergi."
"Kita nggak ada urusan lagi."
"Belum, masih banyak yang belum selesai. Sampai kamu mau mendengarkanku Ngga. Kalau kamu tahu alasan aku sebenarnya, aku yakin kamu nggak bakal seperti ini dan nggak akan nikah cepat dengan Anya."
Rangga tersenyum miring. "Sayangnya aku nggak punya waktu untuk dengar alasan itu."
"Segitu bencinya kamu samaku, Ngga? Kamu bukan Rangga yang kukenal."
"Karena Rangga yang kamu kenal udah hilang karena sikapmu sendiri."
Audsty tersenyum pahit, ia mengatupkan bibirnya dan memilih menikmati makan di depannya yang mendadak terasa hambar.
"Aku nggak akan merusak rumah tanggamu, aku ... hanya perlu waktu."
"Waktu untuk menghancurkan maksudnya?"
"Ngga, kamu kenapa sih?"
"Melihat kamu, ada didekat kamu cuman membuat hatiku lebih hancur Au."
Perkataan Rangga membuat air mata Wanita itu menetes. Rangga membuang wajah, walau tidak tega ia akan coba tidak peduli.
"Kalimat kamu buat aku sakit, Ngga. Kamu beda."
"Kalau gitu enyah dari hadapanku."
"Aku hanya berniat baik, kenapa sih kamu harus gini?"
"Lalu kenapa kamu harus kembali ke hidupku setelah hilang sekian lama Audsty?" Suara Rangga meninggi. Tatapannya begitu menusuk. Tatapan itu meredup seiring luka yang masih ia redam. Keberadaan Audsty hanya mengingatkannya pada rasa sakit yang ia coba kubur dalam-dalam.
"Aku hanya ... hanya-"
"Hanya apa? Hanya mempermainkanku? Kamu yang berkhianat, nggak usah merasa kamu yang paling tersakiti." Rangga menjatuhkan sendoknya dengan keras ke atas meja. Audsty tersentak kaget. Air matanya kian deras.
Pria yang baru menghabiskan setengah makan siangnya itu tidak peduli, kursi berdecit kecil dan Rangga memilih pergi.
***
"Rangga."
Atensi pria yang tengah berkutat pada laptop itu beralih begitu tepukan kecil mendarat di bahu kirinya. Alta, salah satu pegawai tetap yang seumuran dengannya menatapnya dengan senyum masam, terlihat seakan ingin menyampaikan kabar tidak mengenakkan.
"Kenapa wajah lo gitu?" Rangga menarik tangannya dari atas keyboard.
"Pak Randa manggil lo ke ruangannya."
Nama kepala bagiannya yang disebut itu membuat benang-benang di otaknya mendadak kusut. Rangga menghela nafas kecil. Melihat dari wajah Alta sepertinya ia akan mendapatkan kemarahan lagi kali ini.
"Beliau marah?" Rangga membereskan berkas-berkas di mejanya. Mengumpulkan jadi satu ke dalam map. Sekaligus mempersiapkan diri.
"Dari wajahnya sih yes." Alta menatap tidak tega, menarik kursi yang tepat di belakang Rangga, meja kerjanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rangga Ini Anya✓
RomanceIni tentang Anya yang suka Rangga tapi selalu insecure dengan fisiknya. Ini tentang Anya yang mengurus tabungan demi beli kapsul pemutih biar bersaing dengan masa lalu Rangga. Tentang mereka yang akhirnya berjodoh namun perasaan Anya hanya sepihak I...