Kita Belum Selesai

5.3K 596 4
                                    

Sebelum next, pastikan kamu sudah pencet tanda bintang di bawah sampai Oren ya.

Happy Reading 💙

***

Sejak saat itu Anya memang tidak pernah membandingkan dirinya dan terlihat biasa di depan Rangga, satu bulan pernikahan mereka semuanya begitu sempurna. Dua pasangan muda yang telah menikah itu juga semakin romantis setiap harinya. Tapi tidak dengan Anya yang terus melanjutkan minum kapsulnya diam-diam. Sejauh ini. Rangga tak pernah tahu.

Satu bulan tapi tak seperti yang dia harapkan, kulitnya masih sama, belum ada perubahan. Anya mencoba berpikir positif, oh kan butuh waktu. Setidaknya Anya harus sabar sebelum yang ia inginkan didapatkan. Pagi ini, sebelum berangkat kuliah, usai membereskan sarapan mereka, Anya pamit sebentar ke kamar sebelum Rangga mengantarnya ke kampus.

"Bentar Kak Rangga."

"Ada yang ketinggalan?" Rangga menatap heran tas Anya yang sudah ada di samping kursi meja makan, semalam Anya sudah memasukkan semua yang dibutuhkannya untuk kuliah. Begitu kebiasannya Anya.

Anya hanya mengulas senyum, berlari kecil ke kamar yang langsung mendapat peringatan.

"Anya nggak usah lari."

Anya memastikan pintu terkunci dulu sebelum beralih mengambil kapsulnya di bawah Kasur. Diteguknya satu kapsul Bersama air minum yang selalu ia taruh di kamar. Selesai dan menyimpannya kembali, Anya tersenyum menatap pantulan dirinya di cermin.

"Udah Kak Rangga." Ia kembali dengan senyum lebar. Rangga bukan tipikal suami cuek hingga tidak menyadari kebiasaan Anya sebulan terakhir yang selalu lari ke kamar usai makan. Tapi Rangga tidak akan bertanya selagi Anya tidak akan menceritakannya, apa yang dilakukan istrinya itu.

"RUP Anya gimana?"

Rangga menarik pinggang Anya mendekat, merangkul mesra istrinya itu hingga keluar rumah. Pemilik pipi tembem itu mengerucutkan bibirnya kesal. "Anya masih mau pra riset sebelum ajukan judul. Data latar belakangnya susah kak Rangga. Anya nggak nemu di internet."

"Kemarin katanya mau ajukan pra riset. Udah jadi belum?"

"Insya Allah hari ini Anya ajukan. Semoga aja nanti atau besok surat permohonan ke perusahannya keluar."

Rangga mengambil helm di atas spion motornya, memasangkan dengan lembut ke kepala Anya.

"Kak Rangga doakan Anya ya?"

"Iya Anya sayang, pasti, namamu pasti selalu ada dalam doa suamimu." Rangga mengedipkan sebelah matanya. Anya bersemu.

"Hari ini Kak Rangga pulang jam berapa?"

Rangga memasang helm dan jaketnya, naik dulu ke atas motor dan membantu Anya naik. "Kak Rangga lembur, ada banyak kerjaan yang mau dikerjakan."

Anya mengangguk, memposisikan dirinya di atas motor senyaman mungkin.

"Kabarin Anya."

Rangga mengusap lembut pipi Anya sebelum motor itu melaju pergi meninggalkan rumah sederhana di salah satu Kawasan perumahan minimalis itu. Sesampainya di kampus dan menyalami tangan Rangga, Anya melewati lorong kampus dengan senyum lebar.

Tersenyum ramah, Anya juga bantu memungut satu botol mineral yang jatuh dan membuangnya ke tempat sampah. Ia kemudian mengambil duduk di bagian depan seiring Lea yang juga baru datang. Menarik kursi di sebelahnya.

"Cie yang dianter Kak Rangga."

"Apa sih Lea, iri ya jomblo."

"Dih yang udah nikah sombong amat."

Rangga Ini Anya✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang