❐ : O1 UNTRULY CLASS

1.1K 157 36
                                    

Seninㅡpagiㅡini, bukanlah seperti hari-hari biasa. Sebelum kokok ayam bersahutan, sebelum mentari muncul di cakrawala, bahkan sebelum para penjual mengedarkan dagangannya, para murid sudah harus stand by di sekolah. Itulah peraturanㅡkhususnyaㅡminggu ini yang merupakan ujian bagi kelas akhir untuk mengetahui pencapaian mereka.

Benar-benar hari yang menegangkan. Orang-orang fokus membuka buku bacaan, ada pula yang merapalkan doa, dan ada yang hanya termenung seperti tidak peduli. Mereka cukup disibukkan oleh kegiatan masing-masing hingga tak menyadari bahwa sesosok pengawas ujian tiba-tiba masuk melalui satu-satunya pintu di ruangan kelas tersebut.

Seorang ketua kelas yang pertama kali sadar akan hal itu lantas berdiriㅡmemimpin salamㅡkepada si pengawas diikuti keduapuluh empat murid lainnya. Buku-buku pun diletakkan kembali ke dalam tas. Toh, siapa yang ingin berbuat curang di ruangan yang tiap sisi dihinggapi kamera yang senantiasa menyorot tiap pergerakan mereka?

Guru pengawas itu mengembuskan napasnya sebelum akhirnya berbicara, "tolong persiapkan semuanya baik-baik. Saya tidak mau berbohong tentang ini, kalian harus tahu bahwa kementrian pendidikan baru saja menetapkan kebijakan baru." Ia memandang belasan pasang mata yang menatap serius ke arahnya. "Nilai kalian harus A atau B, di bawah itu kalian tidak akan lulus."

Seseorang dengan segera mengangkat tangannya. "Pak, bagaimana kalau hanya satu mata pelajaran yang mendapat nilai jelek?"

"Tidak ada toleransi. Dengan tegas kami tetap tak akan meluluskan siswa tersebut. Jadi, tolong kerjasamanya, ya. Ini semua demi kebaikan masa depan kalian."

Para murid tercengang. Melempar tatapan satu sama lain. Seolah berpikir, bagaimana mereka bisa bersaing dengan satu kelas, belum lagi kelas lain, atau bahkan sekolah lain?!

"Tidak usah terlalu tegang. Saya percaya pada kalian, buktinya saja nilai tugas harian kalian bagus-bagus. Saya yakin di dalam kelas ini semuanya lulus." Guru itu tersenyum penuh arti.

Perkataan guru itu terasa seperti ujung mata pisau yang menusuk hatiㅡsarkas. Entah mengapa, guru itu terlihat sengaja menyindir mereka. Ditambah senyuman yang tak henti-henti memancar dari kedua sudut bibirnya memperkuat kemungkinan bahwa guru tersebut memang berniat menyindir.

Sang guru beralih menatap arlojinya. "Sudah mulai. Saya akan bagikan soalnya," ujarnya sembari berjalan mengitari seisi kelas.

Kemudian terakhir, guru itu berhenti tepat di dekat meja Sunwoo. Ia pun tersenyum hangat. "Nak, di manapun kamu berada. Semoga pertolongan lekas menyertaimu." Setelahnya pria paruh baya itu duduk kembali di tempatnya.

Pelajaran pertama adalah bahasa, seharusnya itu mudah, tapi dilihat dari gerak-gerikㅡsepertinyaㅡmereka lumayan kesulitan dan berkeringat dingin walaupun memang tidak semua siswa. Namun, beberapa dari mereka sangat kentara.

"Waktunya seratus duapuluh menit dari sekarang!"

Tidak ada yang merespon. Bagi mereka, yang terpenting sekarang adalah memikirkan jawaban agar soal-soal ini cepat tuntas.

Tiba-tiba Shuhua berdiri bersamaan dengan satu tangan terangkat. "Pak, saya izin ke toilet!"

Guru itu mengangguk mempersilahkan. Ketika itu juga Shuhua sudah melengos pergi dari bangkunya. Lagi-lagi suasana hening. Hanya terdengar bunyi hentakan alas kaki yang diciptakan Shuhua di koridorㅡitu pun samar-samar.





tak!








"Siapa lagi barusan? Ya! Park Jihoon, sedang apa kamu?" tukas sang guru begitu melihat Jihoon tak sengaja menjatuhkan bolpoin dari atas meja.

Dari kejauhan, murid itu sontak membungkuk meminta maaf lalu melanjutkan kembali aktivitasnya. Sang guru terlihat cuek. Ia kembali tertunduk sembari menulis sesuatuㅡentah apa itu.

"Psst, Jisung-ah!" panggil Jihoon seraya menusuk-nusuk punggung Jisung menggunakan penggaris.

Jisung langsung menegakkan badannya kemudian menoleh ke belakang. "Gue gak mau ya, kena tegur guru cuma gara-gara ngeladenin manusia modelan lo," ucapnya lalu kembali fokus mengerjakan soal ulangan.

"Jisung, loㅡaish!"

Siswa meja depan bernama Han Jisung itu tak menggubris. Membiarkan Jihoon yang bergerutu tak jelas di belakangnya.

"Ada apa lagi, Jihoon?" tegur sang guru untuk kedua kalinya. Bahkan menghampiri meja Jihoon dengan sorot mata mengintimidasi.

"A-anu Pak, kertas ulangan saya sobek," adu Jihoon. Menyerahkan selembar kertas dengan sedikit robekan di bagian ujung hingga ke tengah.

Guru itu menatap Jihoon agak lama, barulah ia mengambil kertas tersebut untuk ditukar dengan yang baru. "Kamu ini ada-ada saja!"

Sang guru pun melenggang ke luar ruangan. Dikarenakan jumlah kertas yang terbatas, dengan berat hati guru itu membawa tungkainya menuju ruang Tata Usaha atau biasa disingkat TU. Barangkali masih ada stok pengganti kertas ulangan Park Jihoon yang sobek.

Seusai eksistensi guru pengawas lenyap ditelan pintu, murid-murid mulai menoleh sana-sini seolah lupa masih ada yang memperhatikan mereka meski bukan dalam wujud manusia. Apalagi Park Jihoon, si biang kerok yang mulai menjalankan aksinya untuk melirik kertas ulangan teman-temannya.

"Jihoon, lo lupa di sini ada CCTV?"

Suara itu menginterupsi tindakan tercela Jihoon, tapi dia tetap tidak berhenti.

"Gue denger beberapa sambungan CCTV di sekolah ini diputus, kecuali ruang guru, ruang organisasi, laboratorium, sama ruang kepala sekolah. Yang kalian liat di langit-langit itu cuma sekedar pajangan," ungkap Jihoon membuat yang lain turut menyimak.

"Ah iya, gue juga denger soal itu!" sahut Hyunjin di meja seberang, "tapi kenapa ya?"

"Keuangan sekolah kita lagi down. Kasus hilangnya Sunwoo berkaitan sama hal ini, itu karena pihak sekolah berkali-kali membayar detektif untuk nemuin Sunwoo. Lo pada tau 'kan bayaran detektif itu nggak murah?" jelas Jihoon membuat para pendengarnya manggut-manggut.

"Jadi ...." Perkataan Eric membuat atensi seluruh murid tertuju padanya. "Kita bisa kerjasama dong?"

"Why not?" kekeh Jihoon.














Tap ... tap ... tap ....

































"Guys liat ini!" seru Shuhua yang baru saja tiba dari toilet. "Gue udah searching seluruh jawaban dari internet," ujarnya sambil memamerkan selembar kertas full tulisan ceker ayam akibat mengejar waktu.

"Nice job, Shuhua-ya!"



























































As I said before,
this class is untruly.

:
:
:
:
:

Next / Flop?

⌕ Missing ːː 00LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang