❏ :O6 SUNWOO'S HOUSE

490 114 22
                                    

18.00

Jarum panjang bergeser tepat ke angka dua belas, teman-teman Soobin memutuskan untuk pamit pulang ke rumah masing-masing. Mereka telah singgah di sini sejak pukul 3 sore, diberi makan malam gratis pula. Kebetulan saja orangtua Soobin merupakan pemilik catering yang masakannya dikenal lezat. Pelayanan catering ini sudah memiliki 16 cabang yang menyebar di berbagai kota dengan lebih dari 300 karyawan bekerja.

Keluarga Soobin dulunya memang bukan serba berkecukupan. Namun, bisnis inilah yang membuat pendapatan mereka melejit drastis. Mula-mula dari resep masakan ibunya yang super tasty. Hal itu menjadikan awal inspirasi mereka untuk menemukan usaha baru. Setelah melewati tahun demi tahun, kesuksesan akhirnya mendekap perjuangan mereka.

Bayaran yang dikatakan Chanhee tadi hanya bercanda rupanya. Mereka tak perlu mengeluarkan uang sepeserpun karena Chanhee benar-benar tulus membagi ilmunya. Justru ia senang jika dapat membantu seseorang memperbaiki nilai akademiknya.

Sekarang hanya tersisa Jisu dan Heejin yang duduk berdiam di teras rumah, sibuk memainkan ponsel seraya menunggu untuk dijemput. Sementara yang lain telah pulang dengan kendaraan pribadi masing-masing. ada yang memesan transportasi online, ada pula yang sudah dijemput.

"Kalian pulang pake apa?"

Suara itu sontak membuat mereka segera menyimpan kembali ponselnya. Mereka berdiri lalu membungkuk hormat pada seseorangㅡwanita nyaris berkepala empatㅡdi hadapan sana. Siapalagi kalau bukan mamanya Soobin.

"Oh, saya dijemput, Tante." jawab Heejin.

Mama Soobin mengangguk mengerti. Ia lalu menatap Jisu lekat-lekat. "Kalau kamu?"

"Rumah saya deket kok Tante, gak nyampe setengah kilometer. Jalan kaki sebenernya bisa, tapi di sini saya cuma nemenin Heejin nungguin Kakaknya jemput." Jisu menjelaskan.

"Memangnya rumah kamu di mana?" tanya wanita itu lagi. Kali ini pada Heejin.

"Distrik Dongjak."

"Hm, jauh juga ya. Kakakmu sudah ditelpon belum?"

Heejin menghela napas singkat, lalu mengangguk mengiyakan. "Udah, tapi gak diangkat. Soalnya dia sibuk, pulang kerja bisa sampe tengah malem. Kalo Eomma sama Appa masih ada urusan di Cina. Makanya mereka nggak bisa jemput." Ia menjelaskan.

Merasa tertarik dengan cerita Heejin, mama Soobin tak bosan-bosannya melontarkan pertanyaan. "Jadi kamu dan kakakmu tinggal berdua doang?"

"Betul, kami tinggal bersebelahan di apartemen Heukseok-dong."

Mama Soobin mengulum bibirnya. Ia sedikit prihatin mendengar ucapan Heejin, kasihan juga Jisu kalau harus pulang jalan kaki malam-malam. Mana sudah mendung pula. Tidak baik juga 'kan anak gadis seperti mereka pulang terlalu larut?

Tiba-tiba sebuah ide melintas di pikirannya. Mama Soobin tersenyum tipis lalu menyentuh pundak keduanya dengan lembut. "Kalian pulang dianter Soobin aja, ya? Nanti Tante yang bilang sama dia."

○○○

Soobin bersiap memanaskan mobilnya untuk mengantar Jisu dan Heejin secepatnya. Bukan berarti risih karena mereka ada di rumah orang, tapi Soobin punya perasaan. Soobin juga pada dasarnya memang anak penurut, jadi disuruh apapun ia tidak akan menolak, kecuali perbuatan jahatㅡmungkin ia akan berpikir panjang dulu sebelum melakukannya.

Soobin menggenggam erat setir, menurunkan kaca jendela, lalu memandang ke arah dua cewek yang masih setia menunggu di teras. "Masuk," suruhnya.

Tak menjawab apapun, Jisu dan Heejin langsung mengambil tempat di jok barisan kedua. Soobin tampak memerhatikan mereka lewat spion tengah. Secara tak sengaja, netra gelapnya dengan milik Jisu bertabrakan. Jisu pun mengerutkan dahinya.

⌕ Missing ːː 00LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang