❏ :2O THAT'S IMPOSSIBLE!

76 10 0
                                    

Pintu perpustakaan berderit pelan. Yooji, Chaewon, dan Jisu serempak menolehkan kepala ke sumber suara. Muncullah sosok pemuda yang sedari tadi mereka cari-cari. Dengan jaket tersampir di pundak, pemuda itu berjalan gontai seraya mengulas senyum lebar penutup dosa.

"Yoshi lo abis dari mana?!?!" protes Jisu.

"Hehe." Yoshi menggaruk tengkuknya yang tidak gatal kemudian duduk di samping Yooji. Ia memberi wink kepada gadis itu sebelum menjawab pertanyaan Jisu. "Kalian ngefans ya? Kok nungguin gue banget."

Chaewon rolling eyes. "Pala lo fans fans."

"Trus kenapa?"

"Gue mau tau lo tadi kemana?" sela Yooji. Tatapannya begitu intens.

Yoshi akhirnya menjawab jujur, "Pulang."

Yoshi dapat menyadari perubahan ekspresi mereka yang sudah seperti akan memukulinya. Namun, sebelum mereka benar-benar melakukannya, Yoshi membantah, "Jangan ngamuk dulu. Gue tujuan awal ke rumah Junkyu, trus sekalian pulang ke rumah buat makan siang."

Seperti yang diketahui, rumah Yoshi dan Junkyu memang berdekatan. Mereka tetangga satu komplek. Oleh karena itu pula, tak jarang Junkyu pulang sekolah menebeng dengan Yoshi.

Jisu bertanya, "Lo udah ngasih tau orang tua Junkyu?"

Yoshi menggeleng. Dia ingat ketika sampai rumah Junkyu tadi, yang ia lihat hanyalah tempat tinggal kosong. Bahkan alas kaki penghuni rumah Junkyu yang biasanya tertata di atas rak tidak terlihat satu pun. Pintu tertutup rapat, pagar juga digembok. Yoshi dapat menyimpulkan bahwa keluarga Junkyu sedang tidak ada di rumah.

"Gaada orang." Yoshi menerangkan, "Bener-bener kosong rumahnya."

Chaewon mengulum bibir. Mengira-ngira sesuatu di benaknya sebelum lidahnya bersuara, "Kok gak dicariin ya si Junkyu? Bukannya dia anak mami? Telat pulang lima belas menit aja anak kelas udah ditelpon-telponin."

Jisu menambahkan, "Tau ya anjir, gue baru nemu anak cowok semanja itu sama mamanya."

"Enggak gitu Jisu, kalo ini mah lebih ke mamanya Junkyu yang overprotective ke anaknya," cetus Yoshi. Mungkin karena ia tetangga Junkyu, pemuda itu tahu lebih banyak tentang keluarga Kim tersebut.

"Orang tuanya kerja apa deh?"

Menjawab pertanyaan Yooji, Yoshi hanya mengendikkan bahu. "Gue gak tau. Yang jelas dua-duanya kerja."

"Eh tapiii, papinya itu dokter bukan sih? Gue kayak pernah liat Junkyu dianter sekolah pake mobil trus gak sengaja liat bapak-bapak pake jas putih gitu di dalem," tutur Chaewon.

Yooji geleng-geleng kemudian terkekeh. Telapak tangannya menepuk pundak Chaewon. "Chae, gak semua berjas putih itu dokter. Dokter pun gak selalu pake jas putih."

"Yaaaa, lo nggak salah sih." Chaewon membenarkan. Namun, setelahnya ia mengeluarkan dugaan lagi. "Tapi gue rasa emang dokter deh, pernah lewat akun ig-nya."

Yooji langsung menyalakan ponsel, membuka aplikasi instagram yang ia miliki. Jari-jarinya bersiap menekan keyboard. "Apa username-nya?"

"Gue lupa," sahut Chaewon, "kalo gak salah de er titik kim jun won?"

Yooji mengernyit. Setelah mencari pengguna yang Chaewon sebut, muncul empat akun dengan foto profil berbeda-beda. Ia mencoba mengklik satu per satu akun tersebut. Namun, ia rasa tidak ada yang mirip Junkyu.

Yooji melirik Chaewon. Merasa ragu. "Chae, lo yakin itu nama akunnya?"

Chaewon menggeleng. "Udah gue bilang gue lupa, intinya ada jun jun gitu kalo gak salah."

⌕ Missing ːː 00LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang