❐ :O2 CHEATING ON EXAM

660 143 34
                                    

Bukan sulap bukan sihir, berbagai celotehan yang mengusik gendang telinga spontan terhenti kala terdengar bunyi gesekan sepatu diiringi derit pintu. Para siswa kembali duduk di tempatnya masing-masing secepat kilat.

Pak guru telah kembali. Diberikannyalah kertas yang Jihoon tunggu sejak tadi. Sementara, Jihoon hanya berucap 'terima kasih' diikuti anggukan sang guru.

"Jihoon, kamu harus mengejar waktu. Kamu sudah membuang waktu 10 menit karena tindakan cerobohmu itu," pesan Pak guru.

"Baik, Pak."

Pak guru memutarbalikkan langkahnya ke meja depan. Kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku, wajahnya kusut, bibirnya mengulum, sepertinya sang guru sedang banyak pikiran.

Kini semuanya tertunduk pada soal masing-masing. Sebagian murid sudah selesai, sisanya masih berusaha menulisㅡlebih tepatnya menyalinㅡjawaban soal essay.

Beberapa menit kemudian, Jihoon berbalik badan di mana terdapat Junkyu yang tengah serius mengerjakan. Menyadari hal itu Junkyu langsung menggerakkan bibirnya seolah berkata, 'Apa?'.

Jihoon pun memperlihatkan sederet tulisan di telapak tangannya.

Kertas jawaban Shuhua tadi terakhir lo yang nyimpen, 'kan? Cepet serahin ke gue!

Junkyu lantas mengangguk samar kemudian memindahkan kertas haram itu ke tangan Jihoon. Membuat Jihoon tersenyum puas setelahnya.

○○○

Tiada lagi ketegangan yang melanda. Riuh siswa-siswi mulai terdengar beriringan dengan gelombang suara bel istirahat menguar ke segala penjuru sekolah. Satu persatu guru meninggalkan kelas, membebaskan anak didiknya untuk rehat sejenak.

Namun, tidak dengan kelas berikut. Mereka semua diharapkan datang ke ruang konseling karena suatu kasus.

"Choi Jisu, Choi Jongho, Choi Soobin, Eric Sohn, Han Jisung, Huang Renjun, Hwang Hyunjin, Hwang Yeji, Jeon Heejin, Kanemoto Yoshinori, Kim Chaewon, Kim Hyunjin, Kim Junkyu, Kim Seungmin, Lee Chaeyeon, Lee Felix, Lee Haechan, Lee Jeno, Na Jaemin, Nancy Jewel McDonie, Park Gowon, Park Jihoon, Uchinaga Aeri, Yeh Shuhua, Yoo Jimin." Sang guru mengabsen. "Sudah hadir semua?"

"Hadir semua, Bu!" jawab Hyunjin mewakilkan.

"Kalian pasti tahu apa tujuan saya memanggil kalian kemari," ucap Bu guru konseling. "Haechan! Coba kamu tebak!"

"Beasiswa?" kata Haechan ragu.

"SALAH!!" Bu guru tersebut memukul meja dengan tongkat kayu. Membuat yang lainnya tersentak.

"Izin menjawab Bu, mungkin karena kami bersalah," tebak Kim Hyunjin.

"Apa kesalahan kalian?" tanya Bu guru lagi.

"Kami bersalah karena melakukan kerjasama ketika ujian berlangsung," jawab Jaemin sejujur-jujurnya.

"Nah, sudah tahu salah mengapa dilakukan?! Asal kalian tahu Korea Selatan tidak butuh penerus bangsa seperti kalian!" omelnya dengan intonasi suara meninggi.

"Saya sangat berterima kasih pada Pak Donghae karena telah melaporkan kasus ini pada saya. Sebelumnya saya tak menyangka bakal ada kumpulan murid seburuk kalian," ungkap Bu guru konseling.

"Joesonghamnida seonsaeng-nim!" Para murid serempak membungkuk. Bahkan Hyunjin menangis karena ia tidak bisa terkena bentakan.

"Sekarang kalian mau apa? Bersedia saya kasih soal lisan saat ini juga?" tanya guru itu meredam emosi.

⌕ Missing ːː 00LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang