❏ :11 SCIENCE PROJECT

434 80 21
                                    

Sesuai janji. Yoshi, Hyunjin, Jaemin, dan Chaewon memutuskan untuk menjumpai Jisung di rumahnya siang ini tanpa presensi Yooji. Gadis jangkung itu bahkan telah pulang duluan dijemput supirnya dari rumah.

Tebak siapa orang tambahan yang Yoshi bilang tadi? Dia adalah Choi Jisu.

Jisu pernah bertanya pada Yoshi mengapa belakangan ini dirinya selalu bergaul dengan itu-itu saja. Tidak ingin menyembunyikan faktaㅡlagipula tak terlalu pentingㅡtersebut, Yoshi membeberkan dengan jujur mengenai urusannya dengan Jaemin, Hyunjin, Yooji, juga Chaewon. Tentu saja wakil ketua kelas itu tertarik untuk ikut, toh Jisu juga tau alamat rumah Jisung, kok. Mungkin dia bisa membantu banyak.

"Makasih udah ngebolehin gue gabung ke tim kalian," ucap Jisu seraya tersenyum.

"Santai aja, ini cuma buat seru-seruan. Anggota tim-nya aja pada sinting," kekeh Hyunjin.

Chaewon menyahut, "iya, kalo diurutin dia yang ada di urutan paling atas dan gue di paling akhir."

"Enak aja, gue yang paling akhir," kata Yoshi ikut-ikutan.

Jisu memutar bola matanya malas. "Sebenernya gue gak peduli, jadi ayo berangkat sekarang!"

○○○

Sesosok misterius itu tersenyum ke arah Jihoonㅡmeski tahu yang bisa mereka lihat hanyalah kegelapan. Jihoon yang sudah kehabisan tenaga hanya terduduk pasrah. Ia bingung harus melakukan apa bahkan ia sendiri tidak tahu apa motif orang ini menculiknya.

"Lo mau denger sesuatu?" tanyanya. Jihoon tidak menggeleng ataupun mengangguk.

Sosok itu lantas membuka ponselnya. Akibat cahaya ponsel, Jihoon jadi tahu bagaimana wujud si penculikㅡsetidaknyaㅡwalaupun wajah itu tertutup topengㅡkali ini topeng kelinci. Ia menyetel rekaman suara. Yang dapat Jihoon dengar adalah suara jeritan seseorang yang membuat bulu kuduknya seketika merinding. Suara itu seakan memecah gendang telinga Jihoon. Sungguh menyiksanya.

Tak lama kemudian, sosok itu menghentikan rekamannya. Jihoon pula bersyukur dalam hati. Disimpannya kembali ponsel tersebut lalu diusapnya pucuk kepala Jihoon secara brutal.

"Lo mau tau nggak itu suara siapa?" tanyanya. Si sosok bertopeng kelinci.

Jihoon diam tak menjawab. Oh, lebih tepatnya tidak dapat menjawab dikarenakan lakban hitam membungkus mulutnya.

"Kita main tebak-tebakan, oke? Huruf tengahnya 'I', trus ada huruf 'N', dan ada huruf 'U' juga. Dia udah masuk neraka duluan karena ...." Sosok itu terlihat berpikir. "Hmm, karena apa ya?" Kemudian di balik topeng ia tersenyum puas. "YA KARENA GUE GAK SUKA SAMA DIA LAH!"

'Udah gila.' Jihoon mengumpat dalam hati.

"Ketua kelas yang baik, ternyata bener-bener malang nasib lo karena harus berakhir kayak dia." Ia pun tertawa terbahak-bahak. "Tapi lebih malang lagi nasib gue sih, karena harus jadi orang jahat kayak gini. Padahal dulu gue baik dan tidak sombong."

Tunggu ... Jihoon sepertinya tahu siapa orang ini dari suaranya.

Jihoon yakin tebakannya tidak salah. Jihoon tahu orang ini lebih dari sekedar kenal.

Kala itu juga Jihoon buru-buru menendang kemaluan orang tersebut dan membuatnya terduduk kaku.

"L-LO ... BERENGSEK!" umpatnya murka. Ia buru-buru menyalakan flashlight ponselnya lalu berjalan tertatih-tatih menuju pojok ruangan. Tampak di sana berjejer rapi belasan jeriken minyak. Sosok itu membawa salah satu jeriken lalu menyiramkannya pada Jihoon.

⌕ Missing ːː 00LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang