19. Pengkhianat

345 32 0
                                    

"Rimuru-san, aku tidak akan membiarkanmu kembali. Tempest akan dihancurkan dan aku akan membunuhmu, Rimuru-san!"

Kukeluarkan pedang naga yang tersampir di pinggang dan mengarahkannya pada aku sendiri di masa ini, Rimuru.

Rimuru terlihat terkejut dan langsung mengambil posisi siaga. Aku tahu Great Sage saat ini sedang berkerja keras. Benar-benar ironi. Tapi, tenang saja aku! Hanya perlu mengulurkan waktu dan membiarkannya kabur terlambat lalu menyaksikan ratusan mayat untuk memicunya menjadi Raja Iblis.

Memikirkan ratusan warga yang akan mati cukup menyentil hati apalagi salah satunya ada Shion di sana. Aku bertanya-tanya apakah aku sanggup menyaksikannya lagi? Mungkin tidak. Lagipula dalam waktu dekat aku tidak akan berkunjung ke Tempest lebih dulu.

Mau bagaimana lagi. Saat ini aku bersikap seperti pengkhianat.

"Rachel-san, apa maksudmu? Tidak membiarkanku kembali dan kehancuran Tempest? Jangan bercanda! Apa kamu bermaksud berkhianat? Kalau begitu, apa alasanmu?"

"Kalau begitu, biar kuperkenalkan ulang. Namaku Rachel, salah satu Pahlawan Terpilih di dunia ini dan Ksatria Suci yang setia dari Kerajaan Ruberious. Kau tahu? Kotamu itu menganggu. Walaupun kalian bersikap baik, monster adalah monster. Aku yakin jika dibiarkan kalian akan menjadi bahaya untuk ke depannya nanti. Bagi kami Kerajaan Ruberious dan Gereja Suci Barat sama sekali tidak menganggap monster. Bahkan meskipun kalian benar-benar baik, kotamu itu hanya akan mengundang pasukan malaikat lebih cepat. Karena itu, aku tidak akan membiarkanmu kembali. Lupakan! Mungkin saat ini negaramu sudah hancur dan untukmu ... biarkan aku membunuhmu tanpa rasa sakit di sini."

Bagaimana? Bukankah aku terlihat tak ada bedanya dengan Hinata? Malah sepertinya aku lebih kejam dari Hinata. Saat bertemu Hinata, aku sama sekali tidak mengenalnya. Yang kutahu dia hanyalah murid Shizu yang meninggalkannya. Berbeda denganku saat ini, kami memiliki hubungan yang baik. Pengkhianatan itu lebih menyakitkan.

Sejak bereinkarnasi, aku memiliki bawahan yang setia dan dikeliling orang-orang yang menyayangiku. Palingan hanya orang asing yang tidak tahu apa-apa tentangku yang mencoba mengganggu kami. Aku tidak pernah merasakan pengkhianatan. Untuk Yuuki sejak awal aku tidak benar-benar mempercayainya. Buktinya aku sengaja tidak memberitahu bagaimana cara menyelamatkan anak-anak.

Sebelum aku melakukan serangan, aku sudah mengganti pedang dengan level yang sama dimiliki Rimuru, kelas unik. Karena jika berbentur dengan pedangku yang ada di level Genesis, hanya satu serangan kuyakin pedangnya akan hancur.

Seperti yang diharapkan. Rimuru bisa merespons tepat waktu. Aku memasangkan penghalang, tapi yang bereaksi hanya aku di masa ini. Aku yang sekarang tidak merasakan efek apapun. Meskipun susah bergerak dalam keadaan seperti ini, memiliki Great Sage sangat membantu.

Kami bertukar tebasan. Rimuru berjuang keras meluncurkan berbagai serangan di titik buta, tapi aku bisa menanggapi serangannya dengan mudah. Dia tidak akan menyadarinya, tapi aku akan mengikuti ritme permainan pedangnya.

Aku tidak bergerak seinci pun. Tidak menyerang, hanya menerima. Meskipun begitu, tetap aku yang berada dalam kondisi menguntungkan.

Itu sudah pasti. Aku yang saat ini adalah versi superiornya. Rimuru tidak bisa melakukan apapun padaku. Jika dia ingin kabur sekarang, aku harus dikalahkan untuk melepas penghalang suci ini. Sekalipun tidak ada kesempatan untuk menang.

"Kau kira benar-benar bisa menang di dalam penghalang ini?" Aku tertawa, mencoba meniru Hinata dan itu terlihat jahat.

Rimuru hanya tersenyum kecil, dia menyembunyikan ekspresi kekelahannya. Berada di dalam penghalang ini saja butuh usaha yang besar ditambah harus menghadapi lawan yang sangat kuat di mana kemungkinan besar akan terbunuh.

Rachel (Rimuru) of The Hero and Children'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang