21. Kekacauan Rimuru

345 33 0
                                    

Milim sekarang sedang marah. Dia tak peduli lagi dengan skenarionya yang pura-pura dikendalikan Clayman di bawah pengawasan.

"Milim, kau mau ke mana?"

Frey berusaha mencegah Milim. Dia merasa merinding melihat ekspresi kemarahan Milim yang belum pernah dilihatnya, tapi auranya sama sekali tidak bocor. Entah itu memang Milim mengendalikannya atau Milim tidak benar-benar menunjukkan kemarahannya, keduanya tetap membuat Frey takut.

Mungkinkah Milim sebenarnya sejak awal memang dikendalikan dan saat ini sudah sadar makanya dia marah? Tapi itu semua tidak benar.

"Aku akan menghabisi Clayman sialan itu! Dia benar-benar kelewatan membuat Rimuru seperti ini. Tak akan kuberi ampun. Ah, Frey! Kau tunggu saja di sini dengan Carrion. Tenang saja, aku tidak akan melibatkan kalian! Ini urusanku dengan Clayman."

"Buat apa aku harus melakukan ini kalau tidak bisa menyelamatkan sahabatku!"

Milim selama ini tidak hanya diam melihat Clayman berlaku sewenang-wenang. Dia juga mengamati tindakan Clayman yang terus memberi Rimuru masalah. Tapi ini kelewatan dan Milim tidak bisa membiarkannya kali ini.

Lupakan dengan skenarionya! Sahabatnya lebih penting dari itu. Yang ditakutkan Milim adalah Rimuru menjadi sepertinya dulu. Kali ini Clayman benar-benar kelewatan. Dia harus merasakan kemarahannya!

***

Rimuru saat ini tidak bisa mengendalikan kemarahannya. Tidak ada yang bisa menahannya sekarang yang bersiap meluapkan kemarahannya. Sama sekali tak ada yang diizinkan ke luar dari penghalang yang berjuang keras ia buat sebelum pergi.

Ketika dia kembali, Tempest telah menjadi lautan darah. Tempat yang ia bangun untuk surganya para monster dan para manusia diizinkan ikut merasakannya juga saat ini tak ubah layaknya neraka. Manusia dan monster, semua mayat mereka berjatuhan di sepanjang jalan.

Rimuru ingat. Saat di perjalanan pulang, ia bertemu dengan Rachel. Rachel yang mengatakan kotanya menganggu, memancing para malaikat menyerang lebih cepat yang sebetulnya tidak dia pahami. Tak tanggung-tanggung melancarkan serangan yang mendorongnya ke titik keputusasaan seolah ingin membuat Rimuru sadar seberapa jauh perbedaan kekuatan mereka.

Rimuru sekarang tahu seberapa kuat sosok pahlawan itu. Tidak, sebenarnya Rimuru sama sekali tidak peduli kuat atau tidaknya dia. Yang tidak bisa diterimanya adalah pengkhianatan. Atas pengkhianatan itu, tragedi ini terjadi.

"Tinggalkan aku sendiri!" Itu permintaan Rimuru datang baru saja datang. Dia tidak ingin diganggu oleh siapa pun.

Dan di antara ratusan mayat itu, salah satunya terbaring Shion dalam keadaan yang mengenaskan. Bagian luar tubuhnya tampak mulus menunjukkan tak ada serangan langsung mengenainya. Namun, darah terus keluar dari mulut, hidung, bahkan telinganya. Pendarahan sepertinya sudah terhenti, tapi Shion kehilangan banyak darah. Rimuru tidak tahu apa yang terjadi pada Shion dan yang lainnya juga. Hanya menduga ini salah satu bentuk serangan mereka.

Rimuru tidak tahu di dalam tubuh Shion maupun sebagian besar mayat manusia, organ dalam mereka hancur sehancur-hancurnya.

Rimuru bergeming di sana selama berhari-hari. Mencoba mencari harapan, tapi ia tahu kalau kematian tidak bisa dikembalikan. Dalam keputusasaan, amarah yang makin meluap-luap dalam dirinya bahkan topengnya retak tak mampu lagi menahan auranya yang tak terkendali, Rimuru bersumpah akan membalas kematian mereka semua.

Namun, sebelum itu mereka harus diistirahatkan. Rimuru tidak punya pilihan lain. Dia tidak bisa lagi mengharapkan Shion membuka matanya lagi, membuat kekonyolan yang biasa dia lakukan.

Rachel (Rimuru) of The Hero and Children'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang