22. Diablo?

395 29 2
                                    

Milim dan Rimuru berhadapan di langit. Milim yang pergi beberapa bulan lalu sekarang muncul di hadapannya. Seharusnya Rimuru senang melihat Milim kembali, tetapi perasaan senangnya kalah dengan instingnya yang berkata Milim akan menghalangi jalannya.

Dari langit, mereka saling bertatapan. Mencoba menganalisis satu sama lain. Hiruk pikuk di bawah kaki diabaikan. Cahaya-cahaya itu masih terus menelan korban sampai semuanya mati atau Rimuru menonaktifkan sihirnya.

Milim bukannya tak peduli. Dia tahu Rimuru sudah mengambil nyawa ribuan manusia yang ada di bawah. Dia juga biasanya tak begitu peduli. Orang yang kalah harus meratapi kelemahannya terutama manusia. Tapi untuk seorang Rimuru yang ramah terhadap siapapun dan mengharapkan kerja sama dengan manusia, itu jelas hal yang mengejutkan.

Memang wajar Rimuru akan marah besar karena melihat kematian yang sangat besar di negaranya bahkan orang tersayangnya. Milim pernah merasakan hal yang sama apa yang dirasakan Rimuru. Menuntun kekacauan dalam dirinya dengan keamarahan. Karena itu, Milim tak ingin Rimuru sepertinya. Salah-salah Rimuru yang akan dimusnahkan.

Memikirkan Clayman, amarahnya mendidih. Sangat kelewatan seakan kematian yang sudah diberikannya masih terasa belum cukup. Tapi terlalu lama mengurus Clayman, dia akan terlambat menemui Rimuru.

Keberadaan Ruminas sudah terdeteksi. Namun, baik Rimuru maupun Milim memilih mengabaikannya. Entah apa yang dilakukan Ruminas, dia hanya mengamati keadaan dari bawah. Yang lebih terpenting lagi adalah keadaan Rimuru. Milim merasakan hal aneh pada tatapan Rimuru.

Tatapan bola mata emasnya yang bersaratkan penuh kelembutan, keramahtamahan, seolah mudah ditembus tapi nyatanya tidak. Sekarang itu tampak seperti pandangan agak kosong. Entah karena kemarahan yang mengacaukan pikirannya atau sesuatu yang lain.

"Milim, aku senang kau kembali dan baik-baik saja."

Tidak!

Milim tidak merasakan perasaan senangnya Rimuru dari perkataannya.

"Rimuru, ada hal yang ingin kujelaskan. Kita bisa kembali, 'kan?" Milim mencoba bernegosiasi, bertingkah seolah-olah Rimuru tak tahu apapun. Padahal dia yakin Rimuru pasti sudah mendengar tentang dirinya yang menghancurkan kerajaan Eurazannia.

"Maaf, Milim. Aku tidak punya waktu. Aku akan meladenimu nanti, tapi bukan sekarang. Aku harus pergi!"

Rimuru ingin menjauh dari Milim, dia tidak ingin Milim terkena imbas kemarahannya. Tapi begitu dia ingin melanjutkan penerbangannya, Milim kembali menghadang.

"Aku tidak akan membiarkannya! Bukankah nyawa mereka semua sudah lebih dari cukup? Rimuru, kita harus kembali ke Tempest."

"Oh, kau tidak tahu, yah? Hmm ... ya, kamu terlalu sibuk menghancurkan kerajaan Eurazannia. Karena itulah, aku akan mengembalikannya seperti semula. Jadi, Milim. Tolong jangan halangi jalanku!"

Milik menggelengkan kepalanya kuat-kuat.

"Tidak akan kubiarkan! Memangnya apa yang ingin kulakukan? Aku melakukan itu karena ... anu ...."

"Aku akan menghancurkan semuanya! Bukannya dulu kau melakukan hal yang sama? Kenapa aku tidak bisa? Milim, kalau kau menghalangi, kita menjadi musuh."

Milim terkejut. Ia tak menyangka Rimuru akan mengatakan hal sekejam itu. Rimuru sudah dianggapnya sebagai sahabat satu-satunya setelah sekian lama dia tidak punya teman yang benar-benar dianggapnya.

Rimuru berbeda. Rimuru saat ini berbeda dari Rimuru yang dia kenal. Karena itu, Milim akan menyadari Rimuru dan mengembalikannya normal.

Di saat satu sama lain saling sibuk dengan pikirannya, Rimuru tiba-tiba menghilang.

Rachel (Rimuru) of The Hero and Children'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang