"Ada kalanya kita harus berani bertindak demi orang yang penting bagi kita."
{Magician}
<ᗕᗒ>
"Hey, Octavianus. Ayo kita temui Ketua. Mengingat Dercy dan Yolanda kemarin, aku rasa kita juga harus berlatih," kata Skyle berapi-api.
Octavianus hanya mengangguk. Pemuda itu beranjak dari tempat tidur, mengambil jaket. Mata Skyle berbinar senang mengetahui idenya diterima oleh temannya.
Kedua pemuda itu pergi ke gedung asrama putri. Setelah melapor pada penjaga asrama, kedua pemuda itu naik, pergi menuju kamar Sarah dan Reinnais.
Tok ... tok ... tok ....
Ceklek."Kalian? Ada apa?" tanya Reinnais yang membuka pintu.
"Oh, hai, Rein. Maaf mengganggu hari liburmu. Apa Ketua repot? Kami ada perlu dengannya," kata Skyle.
"Ketua masih tidur. HP-nya terkuras banyak karena memperbaiki taman. Masuklah, Kak."
Gadis itu membuka pintunya lebih lebar. Benar saja, di tempat tidur dekat dinding, Sarah tertidur pulas dengan wajah banjir keringat. Skyle dan Octavianus langsung duduk di karpet tanpa banyak kata.
"Mau minum, Kak?" tawar Reinnais.
"Tidak perlu. Bagaimana persiapanmu? Apa kau sudah menguasai sihir level 3 sesuai yang Ivana minta?" tanya Skyle.
"Belum. Usiaku masih terlalu muda, Kak. Usiaku yang sekarang harusnya baru mulai mempelajari sihir level 2 menengah. Akan beresiko kalau aku mempelajari sihir level 3."
Skyle menepuk dahinya. Sungguh, dia lupa kalau gadis di hadapannya ini bahkan belum menginjak usia SMA. Octavianus tersenyum samar sebagai respon. Tangannya bergerak mengelus surai Reinnais.
"Tidak apa. Kau sudah berusaha keras. Jangan paksakan dirimu, aku tidak mau melihat kau kehilangan anggota tubuh lagi," katanya lembut.
"Ah. Maksud Kakak ini?" Reinnais mengangkat kedua tangannya yang masing-masing kehilangan satu jari.
"Tenang saja, Kak. Aku tidak apa. Kak Octavianus tidak perlu khawatir," katanya enteng.
Karena tidak ada lagi yang diobrolkan, mereka bertiga memilih diam, sibuk dengan kegiatan masing-masing. Nyaris sejam lamanya mereka terdiam, hingga akhirnya Sarah terbangun dari tidur nyenyaknya.
"Kalian? Mengapa di sini?" tanyanya sambil beralih duduk.
"Akhirnya kau bangun, Ketua. Kami menunggumu selama sejam penuh," keluh Skyle.
"Tidak ada yang memintamu datang, jadi aku tidak salah," balas Sarah.
"Eh? Kupikir Ketua ada janji dengan Kak Skyle dan Kak Octavianus?' kata Reinnais lugu.
"Tidak. Aku tidak mungkin membuat janji jika tidak yakin akan bisa menepatinya. Jadi, Colombus, Pheidippides, ada apa?"
"Ayo kita latihan!" kata Skyle menggebu-gebu.
Sarah agak terkejut mendengar tujuan dari kedatangan kedua pemuda itu. Gadis itu langsung turun dari tempat tidur, ikut bergabung bersama yang lain.
"Apa maksudmu, Colombus?" tanyanya memastikan.
"Kau sudah lihat kemampuan Dercy dan Yolanda, bukan? Mereka hebat. Kita jelas tidak boleh kalah, kan?"
"Pheidippides, ini idemu?"
"Bukan. Ini murni pemikiran Skyle. Aku hanya mengikutinya," bantah Octavianus.
"Aku juga ingin berlatih, tapi kondisiku tidak memungkinkan. Kalian tahu, bukan? Karena kutukan, aku jadi memiliki batas pemakaian sihir," jawab Sarah sedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
School: Magician [Tamat]
FantasySihir. Satu kata yang familiar di kalangan para penggemar rumor fantasia. Kata yang selalu dikaitkan dengan sosok penyembah setan yang menguasai ilmu hitam. Akan tetapi-, Benarkah demikian? Seburuk itukah kata ini? Kita tidak tahu. Kita tidak akan t...