27 - Perkelahian Sengit

248 81 6
                                    

"Air tenang jangan disangka tidak ada buaya. Orang yang pendiam jangan disangka tidak berbahaya."

{Magician}

<ᗕ۝ᗒ>

"Bettle start in three," 

"Kau tenang sekali, ya."

"Tidak juga. Aku hanya tidak bisa mengeluarkan senjata."

"Two,"

"Benarkah?"

"Ya. Aku healer, bukan fighter."

"Kita lihat saja."

"One. Go!" 

Sarah langsung melesat maju. Dia bahkan tidak segan-segan memakai sihir agar gerakannya semakin cepat.

Semua yang menyaksikan ini memekik tertahan. Melihat Sarah yang berubah agresif merupakan sesuatu yang baru, tentu saja mereka heran.

Ini di luar kebiasaannya. Sarah yang biasanya tidak akan menyerang sebelum diserang terlebih dahulu. Jelas sekali bahwa gadis ini mencari sesuatu.

Di sisi lain, Ivana tidak terlihat takut maupun gugup. Dia tetap tenang dan tidak bergerak dari posisinya sama sekali, seakan yakin serangan itu tidak akan menyentuhnya.

"Waqfa."

Tubuh Sarah membeku dengan posisi mata tombak yang berjarak hanya beberapa milimeter dari kulit Ivana. Gadis itu tidak bisa bergerak untuk beberapa saat.

Ivana sendiri tidak berpindah tempat. Justru, tangannya terulur ke arah ulu hati Sarah. Dengan telapak tangan yang mengarah pada lawan, gadis itu berbicara tenang.

"Aku tidak menyangka kau akan sebrutal ini, Ketua. Tisplodi."

Duar!

Sarah terlempar mundur sangat jauh, nyaris membentur pembatas di sisi berlawanan. Memang, dia tidak terluka parah, tapi serangan barusan tentu saja mengurangi HP-nya.

Tidak menyerah, Sarah kembali maju. Kali ini, gadis itu menukar senjatanya dengan dua bilah pisau. Kecepatannya meningkat, nyaris tidak tertangkap mata.

Anehnya, meski begitu lagi-lagi Ivana tetap bersikap tenang, membuat yang lain mulai mempertanyakannya.

Sring.

Serangan menyilang dengan dua pisau itu hanya menyerang udara. Raga Ivana yang sepersekian detik lalu masih di sana tiba-tiba lenyap, berpindah lokasi ke sisi lain arena.

"Cih. Lagi-lagi kau menghindar," kesal Sarah.

"Memangnya kenapa? Selama aku bisa menghindar, aku berhak menghindar, kan?" balas Ivana cuek.

"Oh, ayolah. Apa kau hanya bisa menghindar, Luther?" pancing Sarah.

"Ah, sepertinya kau benar-benar ingin dihabisi, ya, Ketua?" balas Ivana menantang.

Riuh rendah suara para siswa semakin menggila. Mereka tidak pernah menyangka akan ada yang berani menjawab Sarah selain ketiga teman dekatnya.

"Dasar gila!"
"Cari sensasi!"
"Jangan bermulut besar, sial*n!"

Sebenarnya masih banyak kalimat tidak mengenakkan yang mereka lontarkan, tapi ada baiknya kalau kita abaikan. Lebih baik kita kembali ke pertarungan yang mulai mencapai klimaks ini.

Tangan Ivana perlahan terangkat. Udara di sekitarnya mulai bergerak, membentuk pusaran angin yang memadat bak bola.

Semua tercengang. Ini di luar dugaan. Ivana, si Magician social, dapat mengendalikan elemen seperti halnya Magician action.

School: Magician [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang