"Selicik-liciknya jalan, kejujuran tetaplah yang akan bertahan di tengah tekanan yang tidak terkirakan"
{Magician}
<ᗕᗒ>
"Baik, pelajaran hari ini adalah pelajaran sihir praktek. Sebelum mulai, saya ingin bertanya. Siapakah di sini yang belum atau tidak memiliki wand?"
Ah, ini memalukan. Dari total 50 siswa yang merupakan gabungan tiga angkatan, ada 15 siswa yang mengacungkan tangan. Di antara mereka ada Ivana, Dercy, dan juga Sarah.
Tunggu.
Sarah? Sarah Pankhurst si ketua jurusan?!
He, ternyata dia tidak punya wand? Mengejutkan.
"Baik. Bagi yang memiliki wand, silakan melakukan pemanasan. Sarah Pankhurst, kau juga. Sisanya, silakan duduk di tribun terlebih dahulu."
Tunggu dulu, ini tidak adil. Mengapa hanya Sarah yang diijinkan untuk mengikuti pelajaran?
Ah, sudahlah. Toh, itu bukan urusan kita. Kita hanya diminta penulis untuk mengamati, bukan?
"Sir, ini tidak adil. Mengapa kami dilarang mengikuti pelajaran, sementara Kak Sarah diperbolehkan?"
Alex tersenyum mendengar protes dari salah satu siswa tahun pertama. Meski begitu, pria ini tidak menjawab dengan kata-kata, hanya menunjukkan sorot yang dapat diterjemahkan sebagai, lihat saja nanti.
"Saya akan jelaskan aturannya. Kalian semua pasti tahu, jika seorang Magician memiliki nilai HP yang beragam. Meski begitu, titik kritis semua Magician sama, yaitu saat HP mereka menyentuh angka 20. Untuk memenangkan duel kali ini, kalian harus membuat lawan kalian mendarat di luar arena atau nyaris mencapai titik kritis, minimal 35 HP."
Semua siswa baru itu terbelalak kaget, membuat senior mereka terkekeh. Bahkan, Reinnais yang tergolong pendiam saja sampai berceletuk perihal kelas tahun lalu.
"Tumben Anda memiliki belas kasih dalam mengajar. Bukankah tahun lalu, saat saya masih siswa baru, syarat kemenangannya adalah membuat HP lawan tepat 20?"
Semua siswa tahun pertama menatap Alex horor. Raut wajah mereka menunjukkan keterkejutan dan ketakutan yang bercampur menjadi satu. Ekspresi itu membuat Alex tersenyum misterius, semakin menambah ketakutan mereka.
"Benar, Sir. Bukankah kurang menyenangkan jika hanya sampai 35? Mengapa tidak dibuat sampai 20 sa—,"
"Aku yang mengajukan syarat itu. Bagi yang tidak terima, silakan tantang aku di arena," kata Sarah tiba-tiba.
Pemuda kelas 2 yang tadi mengoceh langsung terdiam. Bukan hanya dia sebenarnya, seluruh siswa terdiam. Entah mengapa mereka seakan takut pada Sarah, yang jelas ini lebih baik karena tidak ada kebisingan berlebihan.
Pertandingan pertama dimulai. Kali ini, Skyle yang merupakan siswa kelas 3 melawan seorang siswi dari kelas 2. Setelah bersalaman dan mengambil posisi, keduanya segera memanggil spirit wand masing-masing.
Perkelahian tak terelakkan. Berbagai serangan dilancarkan. Siswi itu tampak sangat serius dan berambisi. Banyak serangan mematikan yang dia dan wand-nya lepaskan, membuat Skyle dan Nano kewalahan.
Sayang seribu sayang, pertandingan seru ini harus berakhir cepat. Meski terdesak, Nano berhasil menemukan pola serangan lawannya, membuat Skyle berhasil menguasai pertarungan dalam satu serangan. Skyle menang telak setelah Nano, spirit wand berwujud robot itu menghantam lawannya keluar arena.
KAMU SEDANG MEMBACA
School: Magician [Tamat]
FantasiSihir. Satu kata yang familiar di kalangan para penggemar rumor fantasia. Kata yang selalu dikaitkan dengan sosok penyembah setan yang menguasai ilmu hitam. Akan tetapi-, Benarkah demikian? Seburuk itukah kata ini? Kita tidak tahu. Kita tidak akan t...