43 - Bunuh Diri

318 72 8
                                    

"Percayalah, kehilangan jauh lebih menyakitkan dari pada ditusuk ribuan pedang."

{Magician}

<ᗕ۝ᗒ>

"Yolanda, aku tahu kau punya wand. Mau coba combo memakai wand?"

"Jangan ngerepotin gue."

"Tentu. Ayo mulai."

Yolanda dan Dercy melesat maju. Mereka berkelahi seperti biasa—serampangan dan membabi buta. Di sela-sela sisa kesadarannya, Alvand tersenyum samar melihat perkembangan adik bungsunya. Di sisi lain, Ardi menatap tidak percaya pada kembarannya.

Dercy—adik kecilnya yang kalem dan lemah lembut—kini telah hilang. Yang ada di hadapannya sekarang ini, bukanlah karakter Dercy.

Tatapan mata yang tajam, aura intimidasi yang pekat, serta serangan mrmbabi buta yang tampak tidak ragu sama sekali—Aldi tidak bisa membayangkannya. Meski begitu, mau tidak mau, pemuda itu harus mempercayai bahwa kini adiknya telah cukup kuat untuk berdiri sendiri.

Kini, lawan mereka sudah sekarat—dalam arti sesungguhnya. Tidak ada satupun dari mereka yang sanggup bangkit. Darah menggenang di mana-mana, menunjukkan betapa sengitnya perkelahian barusan.

Dot mengalami banyak patah tulang dan luka sobek. Ted, tubuhnya lubang di sana-sini akibat tembakan yang tak terhentikan.

Ivana yang paling mengerikan. Gadis itu kehilangan kedua lengannya dan sebelah kaki. Punggungnya juga robek setelah tertebas pedang beraliran listrik.

Semua memandang ngeri ketiga lawan mereka. Kesadisan Dercy dan Yolanda benar-benar mengerikan. Bayangkan saja, sebagai timbal balik dari luka-luka yang mereka tinggalkan, mereka hanya mendapat luka lebam dan luka bakar di beberapa titik saja.

"Bao, complex healing."

Menuruti perintah nonanya, lumba-lumba mengeluarkan gelombang air raksasa yang seketika berubah menjadi partikel cahaya yang mengobati semua sekutu mereka.

Yolanda segera berdiri. Kedua tangannya sudah memercikkan listrik, siap menghabisi lawannya dalam satu serangan. Sayang, Dercy mencegahnya.

"Yolanda, biar aku yang selesaikan. Sev, land trap. Flame, fire. Inner burn."

Kedua wand-nya bekerja dengan sangat baik. Ketiga sosok tak berdaya itu kini sudah berada di dalam kungkungan tanah berbatu yang sangat kuat. Di saat yang sama, dari dalam tanah, api berkobar, membuat mereka seakan berada di kawah gunung api.

"Linka, tornado driller."

Linka segera berubah. Tubuhnya kini menjadi sebuah pusaran angin yang sangat cepat, menempel di tangan kanan Dercy. Gadis itu maju perlahan. Sorot matanya tidak berubah, tetap tajam dan tanpa ampun.

Dot, Ted, dan Ivana tampak kesal dan marah, tapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka sudah terluka parah, memakai password justru akan memberatkan tubuh mereka. Bukannya sehat dan menang, mereka justru akan tewas seketika.

"Sebelum kehilangan nyawa, aku beri kalian satu kesempatan untuk memohon ampun. Waktu kalian sepuluh detik," kata gadis itu datar.

"Tidak akan," kata Dot lemah, tapi tetap keras kepala.

Alis Dercy terangkat. Terang-terangan gadis itu menatap calon pemimpin klan besar yang kini tak berkutik di hadapannya. Wajahnya menyiratkan penghinaan yang sangat besar, membuat harga diri Dot merasa terusik.

"Sepuluh."

Masih tidak bergeming. Ketiganya masih diam dengan tatapan tajam mereka. Dercy juga tidak berubah pikiran. Hitungan mundurnya terus berjalan.

School: Magician [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang