Who is He?

371 60 13
                                    

"Roseanne Park! Dimana kau menyimpan pengasah pisauku!?"

"Yak kau gadis pemalas setidaknya cucilah pakaianmu sendiri!

"Astaga Rose, kenapa kamar tamuku jadi berantakan seperti ini? Bersihkan!"

Dan masih banyak lagi ocehan yang setiap hari Rose dengar. Belum genap dua Minggu dia tinggal disini, pria jangkung itu terus saja mengomel membuat kepala Rose seakan-akan ingin meledak saja. Rose heran, kenapa Chanyeol tidak bisa berhenti mengoceh? Dia itu laki-laki bermulut perempuan. Benar-benar cerewet!

Sudah lebih dari seminggu Rose berdiam diri. Tak melakukan apapun bahkan bekerja, pekerjaan yang seharusnya dia lakukan malah di kerjakan Jisoo atau Lisa. Tentu saja si Park raksasa itu tidak membiarkannya keluar dari rumah besar ini.

Mengapa dia mendadak menjadi posesif seperti ini? Rose benar-benar tidak nyaman tinggal bersama Chanyeol. Raut wajah datarnya membuat Rose merasa bahwa Chanyeol juga tidak nyaman dengan adanya dia disini, tapi pria itu bahkan tidak pernah membiarkannya pergi.

Jadi sebenarnya apa yang Chanyeol inginkan? Apa masalah yang tiba-tiba saja menyangkut pautkan dirinya itu belum selesai, apa serumit itu?

"Apa yang sedang kau lakukan disini?" Tanya Chanyeol membuat lamunan Rose seketika buyar.

Rose memicingkan matanya menatap Chanyeol dengan begitu sinis. "Apa kau bisa mendengar suara hati atau semacamnya?" Tanya Rose yang di jawab gelengan kepala dan raut wajah kebingungan dari Chanyeol.

"Kau selalu muncul saat aku mengumpat padamu." Gumam Rose sebari menolehkan kepalanya ke sembarang arah, yang terpenting tidak melihat pada Chanyeol.

"Telingaku terasa panas, rupanya kau yang mengumpat terus padaku." Jawabnya dengan begitu enteng.

"Kenapa kau sudah pulang?" Tanya Rose, pasalnya ini masih jam dua siang. Biasanya Chanyeol selalu pulang jam lima atau jam enam sore.

"Aku malas di kantor, wanita gila itu terus saja menghampiriku dan membuat isi kepalaku kacau, aku tidak bisa fokus bekerja karena pakaiannya benar-benar seperti jalang. Dia berniat menggodaku—" Chanyeol berdecih sebelum ia melanjutkan kalimatnya. "Bahkan tubuhnya tidak membuatku ereksi sedikitpun."

Entah mengapa tapi mendengar kalimat terakhir dari mulut Chanyeol Rose tak bisa menahan rasa ingin tertawanya. Gadis itu terkikik geli mendengar pria itu menggerutu seperti ini. Wajah datarnya sangat tidak cocok dengan gerutuannya itu.

"Kau tidak akan tertawa saat kau sudah merasakannya sendiri!"

"Baiklah aku minta maaf. Pergilah aku sudah memasak makanan kau hangatkan saja, aku masih ingin menikmati udara disini."

"Aku akan makan setelah itu tidur. Kepalaku sedikit pusing."

"Kau mau ku pijat?" Tawar Rose membuat Chanyeol menaikkan satu alisnya. Sejak kapan gadis gila itu prihatin padanya? Apa dia terkena cipratan minyak atau sesuatu yang membuat dia sadar?

"Tentu. Ketuk pintu dulu sebelum masuk ke kamarku." Jawab Chanyeol kemudian pria itu melenggang melewati Rose yang tengah duduk di kursi roof top rumahnya.

°°°

Sekitar pukul enam sore Rose baru ingat bahwa dia sudah menawarkan diri untuk memijat kepala Chanyeol. Rose terus merutuki dirinya yang begitu pelupa. Dia masih berusia dua puluh tahunan mengapa ingatannya begitu lemah.

Gadis itu kini tengah menyiapkan alasan yang logis agar Chanyeol tidak menggerutu padanya. Sesampainya dia di depan pintu ruangan Chanyeol, Rose mengetuk pintunya beberapa kali.

"Chanyeol-ssi kau sudah tidur?" Seru Rose sebari mengetuk-ngetuk pintu kamar itu.

"Masuk!" Sahut Chanyeol dari dalam sana.

I "DID" YOU ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang