Ini semua dimulai sekitar 40 tahun yang lalu. Ketika aku masih kecil, ibuku bercerai dan membawaku kembali ke rumah keluarganya di pedesaan. Itu adalah sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh pegunungan.
Hanya sedikit yang tinggal di sana sehingga semua orang saling mengenal, dan tempat itu sangat kecil bahkan tidak ada supermarket, hanya toko kecil yang menjual barang sehari-hari.
Ada dua laki-laki dan satu perempuan seumuran denganku, dan aku dengan cepat berteman dengan gadis itu, Kii-chan. Kedua anak laki-laki itu pengganggu jadi aku mencoba menghindari mereka, tapi Kii-chan dan aku sering bermain di sungai dan sawah terdekat.
Suatu hari, Kii-chan datang dan menyarankan agar kami mencari dan makan beberapa stroberi liar di pegunungan. Namun aku takut babi hutan, beruang, dan ular, ditambah aku khawatir tentang apa yang mungkin kami hadapi jika kami jatuh ke rawa atau dari atas air terjun.
Ditambah lagi nenekku selalu bercerita malam demi malam tentang Tengu dan Yokai lainnya, juga melarangku untuk memasuki hutan, jadi aku ragu-ragu dengan ide Kii-chan.
Kii-chan yang lahir dan besar di desa, sudah terbiasa dengan cerita seperti itu. Dia bilang kami akan baik-baik saja dan segera pulang, jadi pada akhirnya telah diputuskan. Kami akan naik ke pegunungan.
Awalnya aku memang tidak mau, tapi kami berpapasan dengan seseorang dalam perjalanan menuju pintu masuk, dan Kii-chan memberitahuku semua tentang berbagai pohon, jamur, sayuran, dan bahkan kepiting air tawar lokal selama perjalanan, jadi aku dengan cepat melupakan keragu-raguan ku dan tersesat dalam petualangan.
Dalam perjalanan ke atas, kami melewati sebuah kuil kecil di samping sebuah batu besar. Kii-chan menyatukan tangannya dalam doa saat kami melewatinya, jadi aku melakukan hal yang sama. Aku semakin bersemangat pada rangkaian acara yang tidak biasa ini.
Kami kemudian tiba di area dengan stroberi liar. Perjalanan yang tidak terasa karena percakapan dengan Kii-chan sangat menyenangkan. Bagaimanapun, kami sangat senang sehingga kami dengan segera menggali, mencari buah merah kecil yang tampak seperti permata berharga di mataku.
Saat aku mendaki lereng untuk mengambil beberapa stroberi di sana, Kii-chan tiba-tiba terpeleset, membuat lutut dan sikunya terluka. Melihatnya berdarah (walaupun itu hanya goresan), dan merasa bersalah karena “mengkhianati” nenekku dengan melawan kata-katanya untuk memasuki gunung, aku tiba-tiba menjadi takut dan memberitahu Kii-chan bahwa aku ingin pulang.
“Aku baik-baik saja, dan ada lebih banyak stroberi sedikit lebih jauh di sana,” kata Kii-chan, tapi dia berubah pikiran begitu aku menangis dan kami akhirnya kembali menuruni gunung bersama.
Malam itu, saat aku mandi dengan nenek ku, aku bercerita tentang keseharianku seperti yang selalu kulakukan dan secara tidak sengaja menyebutkan tentang naik gunung.
Aku pikir dia akan marah, tetapi ternyata dia hanya mengangguk dan mendengarkanku sampai selesai. Kemudian, setelah berpikir sejenak, dia memberitahuku sebuah mantra yang dia tahu akan membantu menyembuhkan sakit, dan memberikan keberuntungan.
Itu adalah sesuatu yang belum pernah kudengar sebelumnya dan terasa aneh, mantra itu memiliki arti yang sama dengan “hal-hal buruk pergilah, kembali ke tempat asalmu.”
Kamu harus mengucapkannya dari lubuk hati, menempatkan semua energi dan kekuatanmu ke dalam titik pusar, jika tidak maka itu tidak akan berhasil. Dan itu adalah mantra khusus, jadi kamu hanya bisa menggunakannya sesekali, katanya.
Aku mengulanginya berulang-ulang sampai aku mengingatnya, dan mempelajari gerakan yang harus dilakukan juga. Kemudian nenek membuatku berjanji untuk tidak naik ke gunung lagi, karena semua orang akan sedih jika sesuatu terjadi padaku di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Creepy Horror : 2nd
HorrorSeri kedua dari Creepy Horror. Apakah kisah Creepypasta kali ini lebih 'abnormal', lebih santai, ataukah lebih mencengkam? Well, kau tidak akan tahu sebelum kau membacanya. Jangan baca ini sendirian. Karena satu hal yang pasti, you are not alone...