Hari ini aku bangun dengan perasaan segar. Syukurlah hari Halloween yang aneh telah kulewati. Hanya dengan menjalani hari normal seperti ini saja aku bisa tenang. Namun aku kembali merasa waspada ketika kulihat langit masih menghitam. Dari kejauhan masih terdengar bunyi petasan, pekik dan tawa anak-anak. Rasanya aku akan menjadi gila. Hari Halloween aneh itu datang lagi!
Aku yakin ini bukan mimpi. Aku telah berkali-kali menampar pipiku dan menjambak rambutku sendiri untuk memastikan kejadian ini adalah kenyataan. Tayangan televisiku juga menampilkan pemandangan yang sama dengan kemarin. Gambar yang menjadi kacau, berubah menjadi statis hijau, lalu berubah lagi menjadi acara reality tentang adu nyali di tempat seram.
Dengan tak sabar aku menunggu bocah labu mengetuk pintu, maka ketika aku mendengar ketukan pertama aku langsung membuka pintu untuknya. Aku langsung menyerahkan bungkusan dua potong pai apel sebelum dia meneriakkan semboyan Halloween yang menyebalkan itu. Kemudian aku mengunci pintu dan melangkah pergi meninggalkan bocah labu dan teman-temannya yang kebingungan. Mungkin dengan melakukan kegiatan yang berbeda aku bisa keluar dari rangkaian kejadian aneh ini.
Keadaan di sepanjang jalan kota kecil ini tampak biasa saja. Setidaknya ini pemandangan perayaan yang biasa kulihat di saat hari libur. Seingatku sejak dulu di kota ini hari libur yang dirayakan paling meriah adalah hari Halloween, aku juga tak tahu kenapa. Rasanya dulu ibuku pernah menceritakan legenda Halloween padaku, tapi aku sudah lupa karena aku memang tak pernah percaya pada dongeng yang tak masuk akal seperti itu. Hey, apa kejadian aneh yang kualami ini ada hubungannya dengan legenda Halloween?
Ah, sial!! Aku tak bisa ingat apapun tentang dongeng Halloween itu. Orang tuaku sudah meninggal bertahun-tahun yang lalu. Kebanyakan teman sebayaku sejak kecil juga telah pindah dari kota ini. Walikota dan sebagian besar penduduk kota ini juga adalah pendatang sehingga mereka pasti tak tahu apa-apa tentang dongeng itu. Oh ya, pak tua Greyson, dia adalah satu-satunya orang tertua di kota ini. Dia pasti tahu. Maka aku bergegas ke rumah pak tua Greyson untuk mendengar kembali cerita aneh itu.
Rumah pak tua Greyson cukup kecil tapi tampak hangat karena dibangun dari tumpukan bata merah yang kokoh. Aku mengetuk pintunya dan menunggu sampai lebih dari tiga menit sampai seorang wanita berwajah pucat muncul. Aku belum pernah melihat wanita bertampang lesu ini.
"Apa aku bisa bertemu dengan pak tua Greyson, maksudku tuan Rowan Greyson?" tanyaku canggung di depan wanita asing itu.
"Tuan Greyson tidak tinggal di sini lagi. Tiga hari yang lalu dia dijemput keluarganya untuk tinggal di luar kota. Mereka menyewakan rumah ini pada kami" jawabnya seolah berbisik.
"Oh, begitu" keluhku kecewa. "Apa kau berasal dari sini? Apa kau tahu cerita rakyat atau dongeng dari kota ini?" wanita itu menggeleng lemah. Sebenarnya umurnya mungkin beberapa tahun lebih muda dariku, tapi karena penampilannya yang lusuh dia kelihatan seperti sudah hidup selama berabad-abad.
"Ibu! Ibu! Aku mendapatkan pai apel dari nenek sihir yang baik. Cuma aku yang berani ke rumahnya. Anak-anak yang lain..." bocah labu langsung berhenti berceloteh setelah melihatku. Ternyata wanita lesu ini adalah ibunya.
Wanita itu menyuruhnya masuk dengan pandangan matanya. Bocah labu itu cemberut tapi dia menuruti ibunya dan masuk ke dalam rumah dengan patuh. "Terima kasih nenek sihir yang baik!" serunya sebelum menghilang di balik pintu.
"Maaf kami tak bisa membantumu" bisikan wanita itu hampir tak bisa kudengar. "Oh, tak apa-apa. Terima kasih" wanita itu mengangguk dan menutup pintu di hadapanku.
Bagus, sekarang apa yang harus kulakukan? Sekarang tidak ada seorang pun lagi di kota ini yang bisa membantuku menjelaskan keanehan ini dan membantuku keluar darinya. Kurasa yang bisa kulakukan sekarang adalah segera pulang, tidur, dan berharap besok tak pernah ada hari Halloween lagi. Tapi aku ingin bertemu bocah labu itu lagi. Aku menyukainya, dia sangat manis dan sopan. Seandainya dia tak punya ibu aku pasti bersedia mengangkatnya jadi anakku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Creepy Horror : 2nd
HorrorSeri kedua dari Creepy Horror. Apakah kisah Creepypasta kali ini lebih 'abnormal', lebih santai, ataukah lebih mencengkam? Well, kau tidak akan tahu sebelum kau membacanya. Jangan baca ini sendirian. Karena satu hal yang pasti, you are not alone...