Chapter 18: City Lights

566 143 4
                                    

Suatu hari, ada seorang anak baru di kelasku. Tidak ada satupun yang tahu siapa dia. Dia tidak memiliki teman dan tidak pernah mengobrol dengan siapapun. Dia selalu berada di mejanya, dan terlihat depresi. Aku pun bertanya-tanya apa yang terjadi pada anak itu.

"Ada apa?" tanyaku

"Apakah ada hal buruk yang terjadi padamu?" tanyaku kembali

Ketika ia mendengarkan pertanyanku, tangannya mulai bergetar. Ia mengambil nafas dalam, ia menenangkan dirinya pelan-pelan dan mulai berbicara.

Ia berkata bahwa sebulan yang lalu, sesuatu terjadi dan hal itu sangat menakuti dirinya. Saat itu ia sedang duduk di kamarnya dan bermain game di komputer miliknya. Ia pun melirik ke arah langit-langit kamarnya dan melihat ada pintu loteng yang menuju suatu tempat.

Ia pun menyelidikinya, ia meraih sebuah senter, lalu naik ke kursi dan memanjat ke loteng itu. Saat berada disana, ia terkejut melihat betapa besarnya loteng itu. Ia pun menyalakan senter mengarah ke sekelilingnya, tetapi ia tidak dapat melihat dinding atau atap loteng itu. ia merasa seperti terjebak di kegelapan selamanya.

Ia mulai berjalan mundur, mencari jalan keluar dari tempat itu. Namun, tiba-tiba senter yang ia bawa kehabisan baterai dan ia pun berada di loteng itu dalam kegelapan. Ia sangat takut. Kegelapan mengelilinginya, hanya kegelapan yang ada di semua sisinya.

Ia memulai mencari jalan keluar untuk mencari jalan kembali ke tempat tidurnya, tetapi tidak bisa karena kemanapun ia melangkah, ia tak dapat menemukan pintu keluar. Tanpa ada cahaya sedikitpun dan sangat gelap gulita.

Ia menghilang dalam kegelapan dan sendirian di loteng itu. ia masih mencoba untuk mencari jalan keluar dari sana, namun tetap saja ia tak menemukannya. Ia pun merasa kebingungan karena tak tahu dari mana ia masuk ke sana dan dari arah mana ia masuk.

Ia mulai panik dan terus berjalan mengelilingi loteng itu. Bahkan ia tak tahu sudah berapa lama ia berjalan, tetapi akhirnya ia melihat cahaya samar di kejauhan. Ia mulai berjalan cepat dan yakin bahwa cahaya itu berasal dari kamarnya.

Tetapi ketika ia mulai mendekat, ia akhirnya tahu bahwa cahaya itu bukan berasal dari kamarnya. Ia tahu darimana cahaya itu berasal, yaitu dari sebuah kota di kejauhan.

Ia tak percaya dengan apa yang di lihatnya. Hal itu tentu tidak masuk akal. Bagaimana bisa ada sebuah kota di lotengnya, dan cahaya itu terlihat agak jauh darinya. Terlihat sangat tidak masuk akal.

Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan dan tak tahu kemana akan pergi. Ia pun menuju kota itu dan berharap dapat menemukan jalan menuju rumahnya.

Saat masuk ke inti cerita , ia gemetar kembali. Ia menghela nafas sedih dan air mata jatuh ke pipinya. Aku bingung tentang apa yang ia ceritakan, jadi aku mencoba untuk menghiburnya sebagai usaha terbaik yang dapat aku lakukan.

"Apakah kamu merasa baik sekarang ?" tanyaku sambil menepuk bahunya

"Itu cerita yang mengerikan, tetapi kamu dapat pulang sekarang." ucapku

Lalu ia menatapku, air mata kembali jatuh membasahi wajahnya. Dengan pelan ia mengangkat kepalanya dan berkata ,,,

"Kamu tidak mengerti... Aku tetap tidak bisa menemukan jalan keluar dari kota ini..."

Creepy Horror : 2ndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang