Ari sendiri di bekas pom bensin. Hujan deras membuat dia harus beringsut di bawah tempat teduh. Seragamnya sudah basah karena sepulang sekolah dia langsung menembus hujan menuju tempat ini. Mobil sedan hitam datang mendekatinya dengan bunyi ban yang berdenyit. Yang ditunggunya sudah datang. Ari bergegas masuk ke mobil melalui pintu depan. Nara ada di belakang kemudi menatapnya serius.
"Lo yakin Toha sama Wira nggak tahu kita ketemu di sini?" tanya Nara serius.
Ari mengangguk pasti.
"Trus gimana cerita mama kamu?" tanya Ari tanpa basa basi.
Nara diam sebentar menatap Ari yang sudah tak sabar.
"Gini Ri... Awalnya gue tanya ke mama masalah black magic," Nara bicara pelan seolah ada orang lain yang bakal mendengarkan," Tapi kata mama, dia nggak pernah bicara masalah itu..."
"Terus...?" tanya Ari.
"Terus gue tanya masalah om ipar gue yang meninggal setelah jadi kepala sekolah," kata Nara," Eh, mama malah marah, nyuruh gue nggak nanya-nanya lagi masalah itu..."
"Kayaknya mama lo sengaja nutup-nutupin..." guman Ari.
"Gue juga pikir begitu," kata Nara," Terus gue nekat datang ke rumah tante gue Ri..."
"Terus... Terus?" tanya Ari lagi.
"Terus gue nekat tanya sama tante gue tentang kematian suaminya... Eh dia malah marah-marah. Suaminya juga marah-marah..."
"Tantemu itu udah nikah lagi?"
"Iya... Anaknya udah tiga dari suami barunya..."
"Terus?"
"Ya gitu Ri... Mungkin Tante gue cerita ke mama... Akhirnya bulan ini gue nggak dikasih uang jajan sama mama deh."
Ari diam. Mungkin dia tidak akan pernah mendapatkan info dari Ibunya Nara.
"Sori Ra..."
"Kenapa?"
"Ya, gara-gara gue, lo jadi nggak dapet uang jajan."
"Ah, ngga apa-apa Ri. Tabungan gue masih banyak. Justru gue jadi makin penasaran kalau om gue itu meninggalnya diapa-apain. Lama-lama gue ngerasa nggak terima, ada keluarga gue, walau itu cuma om ipar gue, tapi gue ngerasa nggak terima kalau keluarga gue ada yang diapa-apain. Dan gue tahu Ri... Apa yang lo rasain... Gimana rasanya lo kehilangan papa lo..."
Ari menatap Nara. Dari awal dia tahu, Nara adalah sahabat yang paling mengerti tentang dirinya.
"Tapi tahu nggak Ri," kata Nara," tadi malam gue dapet telpon dari Gita..."
"Gita itu siapa?"
"Dia itu anak tante gue dari suaminya yang meninggal itu. Gita ini masih SMP."
"Terus?"
"Gita bilang, waktu papanya meninggal, ada satu pembantu di rumah yang kayak histeris gitu. Pembantunya itu bilang sering melihat sosok yang keluar masuk kamar papanya Gita, sebelum papanya Gita meninggal. Pembantunya ini malah diberhentikan karena dianggap gila waktu itu."
Ari langsung terkesiap. Bagaimana sosok hantu yang dulu sering keluar masuk kamar orang tuanya sampai kini masih bercokol di kepalanya.
"Kayaknya kita harus ketemu pembantunya Gita ini Ra," kata Ari.
"Iya kita harus ketemu dia Ri."
"Lo tahu alamatnya?"
"Gita udah kasih tahu gue."
Ari menatap Nara serius. Mereka harus bertindak secepatnya.
"Ri, sebelum kita ke sana, gue musti tahu kejadiannya waktu papa lo meninggal."
KAMU SEDANG MEMBACA
Komplotan Tidak Takut Hantu
HororCerita tentang anak-anak SMU yang bisa melihat hantu. Ari, Tata, Toha, Wira dan Nara. Memiliki sesuatu yang orang lain tak punya dan dianggap tidak normal menjadikan mereka bersahabat. Kecuali Tata. Dia ingin menjadi normal. Dan ini menjadikan kedek...