Bab 23 : Kucing Hitam Bermata Aneh di Aula

1.4K 171 6
                                    


Sekitar jam 9, Ari sudah di rumah. Dia baru saja masuk kamar setelah mandi. Ponselnya bunyi. Ternyata panggilan dari Nara.

"Buset Ri! Sumpah gue kaget," kata Nara di telepon. "Itu hantu serem banget."

"Gue udah peringatin lo, tapi kayaknya hp lo lobet," kata Ari.

"Untung dia cuman lewat. Nggak ngapa-ngapain."

"Iya, kata bokapnya Toha, dia juga nggak bisa masuk sekolah kita."

Lalu mereka sepakat untuk tidak pulang terlalu malam di sekolah. Selesai terima telepon dari Nara, Ari penasaran untuk menelpon Toha.

"Halo Ha. Gimana? Udah cerita ama bokap lo?" Tanya Ari.

"Udah. Kata bokap kan emang itu hantu dari gedung seberang," Toha menjelaskan di telepon. "Kalau di gedung seberang, emang dia nggak ada kepalanya. Kepalanya ditenteng di tangan. Nah dulu-dulu dia sering dateng ke sekolah. Dia sering main di pohon beringin. Kalau lagi main, kepalanya dipakai. Mungkin dia kesel tuh, soalnya nggak bisa masuk sekolah kita. Trus kepalanya dicopot lagi."

Ari kini mengerti. Ternyata ada hantu dengan kelakuan seperti itu. Besok dia akan infokan ke Wira dan Nara. Tapi dia tidak akan ceritakan ke Tata. Dia tidak mau membuat Tata khawatir.

Keesokan hari, seperti biasa, Ari, Toha, Wira dan Nara berkumpul di depan taman sebelum masuk ke kelas. Mereka masih membahas hantu tanpa kepala. Tinggal Wira yang penasaran karena dia tidak mengalaminya sendiri. Wira juga bilang, kalau Nara pulang malam lagi, tinggal bilang ke dia, nanti dia temenin. Lalu Nara cerita, tadi malam dia sempat membongkar-bongkar berkas ibunya. Ada foto gambar denah lama sekolah mereka.

"Tadi malem aku juga telpon mama nanyain foto denah itu," kata Nara menjelaskan. "Kata mama, dulu dia yang foto denah itu, waktu denah itu ada di meja kakek. Tahu nggak? Di denah itu masih ada gambar lorong yang ada di basement!"

Spontan Ari, Toha dan Wira bengong.

"Tapi kan kemarin kata kepala sekolah, itu lorong tidak ada di gambar denah?" tanya Wira.

"Emang kalau denah yang ada sekarang nggak ada gambar lorongnya," jawab Nara. "Itu cuman salinan. Yang asli disimpan kakekku. Kata mama, yang salinan, gambar lorongnya emang sengaja dihapus."

"Kenapa?" tanya Ari spontan.

"Ya, biar orang tidak ada yang kutak-kutik basement." Jawab Nara. "Hanya kakek aku dan pejabat-pejabat sekolah waktu itu yang tahu. Dan kebanyakan mereka sudah pada meninggal."

"Tapi kan kalau memang ada lorong, basement itu sudah aman," kata Toha menyela. "Tempat itu udah dipagari sama orang-orang padepokan. Mereka kan orang-orang hebat."

Ari lama-lama sebel kalau Toha membanggakan orang-orang berbaju putih. Tapi Toha ada benarnya juga. Sekolah mereka sekarang memang aman. Lalu Ari ingat kucing hitam di aula. Dan bel masuk pun berbunyi.

Hari ini tidak ada pelajaran karena hari ini hari jadi sekolah. Yang ada, dimana-mana ada kegiatan seru. Ada marching band, panggung musik, panggung kesenian, pameran lukisan dan fotografi, juga pertandingan antar kelas. Pagi ini giliran kelas Ari akan bertanding basket, bertemu dengan kelas Jodi. Di kelas Ari, yang bisa basket cuma Wira dan Haki. Yang lain hanya tim pelengkap. Tetapi seluruh kelas antusias mendukung timnya di pinggir lapangan. Dan karena Jodi main kali ini, sekitar lapangan jadi penuh dengan cewek-cewek yang ingin melihat idolanya main basket. Termasuk teman-teman Tata. Dan ada Tata juga di sana. Ari tahu Tata ada di seberang lapangan. Dan Tata sepertinya menikmati bergaul dengan teman-teman yang satu level dengannya.

Saat pertandingan dimulai, suasana jadi riuh. Ari, Toha dan Nara ikut berteriak-teriak mendukung Wira di pinggir lapangan. Tapi karena di pihak lawan ada Jodi, tim kelas Ari skornya tertinggal jauh. Sempat Wira dan Jodi bersinggungan badan. Mereka berdua pun bersitegang. Pertandingan dihentikan sementara untuk melerai pertikaian Wira dan Jodi. Kedua suporter ikut panas. Kocik, sang ketua kelas, sibuk menenangkan anak buahnya agar tidak terpancing emosi. Pertandingan pun dilanjutkan lagi. Dan tim kelas Ari kalah telak. Jodi jadi pahlawan kelas mereka. Mereka bersorak sorai mengelukan Jodi. Cewek cewek yang mengidolakan Jodi ikut histeris setelah menyaksikan penampilan pahlawannya.

Komplotan Tidak Takut HantuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang