Ari berjalan menuju halte. Di antara lalu-lalang orang di trotoar, Ari seperti orang linglung. Dia berjalan di trotoar, tapi pikirannya selalu ke Tata. Lalu, di kerumunan orang di halte, Ari melihat Lisa. Dan Lisa pun melihat Ari.
"Kak Ari!" teriak Lisa begitu melihat Ari.
Ari masih terpaku saat Lisa menghampirinya.
"Kak Ari pulang naik bus kan?"tanya Lisa.
"Iya..."Jawab Ari gagap.
"Tadi itu pacar Kak Ari ya?" Lisa menanyakan Tata yang dia lihat bersama Ari di kantin tadi.
"E... Bukan. E... Iya sih. Maksud aku..." Ari tidak tahu bagaimana harus menjelaskannya ke Lisa.
Lalu Lisa melihat tangan Ari. Lisa tidak melihat cincin yang diberikannya di jari Ari.
"Kak Ari nggak suka cincinnya ya?" tanya Lisa pelan.
Ari baru sadar kalau cincin pemberian Lisa sudah tidak ada di jarinya lagi.
"E... Cincin kamu... E... Maksud aku..." Ari tidak bisa menjawab pertanyaan Lisa. Bagaimana mungkin dia bilang ke Lisa kalau cincinnya dia buang supaya Tata mau memakai kalungnya lagi.
"Nggak apa-apa kok Kak Ari," kata Lisa datar,"Kalau Kak Ari nggak mau jadi kakak aku, aku juga nggak apa-apa kok."
"Bukan begitu maksud aku..." Ari mencoba menjelaskan tapi tidak ada kata-kata keluar dari mulutnya.
"Kalau gitu aku pulang naik taxi aja," kata Lisa dengan suara pilu,"Sampai jumpa Kak Ari."
Lalu Lisa begitu saja meninggalkan Ari.
"Lisa tunggu!" Ari setengah berteriak.
Tapi Lisa sudah berjalan cepat ke pinggir jalan dan memberhentikan taxi yang kebetulan lewat. Dan Ari pun menghentikan langkahnya. Sepertinya dia sudah pasrah dengan apa yang telah terjadi. Ari merasa tidak ada yang bisa dia perbuat. Dia hanya bisa melihat taxi yang ditumpangi Lisa menjauh dan berbaur dengan sibuknya jalanan. Lalu Ari ingat cincin pemberian Lisa. Setidaknya sekarang dia harus menemukan cincin itu. Ari pun balik ke tempat dimana tadi dia membuang cincin pemberian Lisa. Bolak-balik Ari menyusuri tempat-tempat sekitar kantin. Barangkali di sana tergeletak cincin yang tadi dia buang. Tapi sudah hampir satu jam, Ari tidak menemukannya. Hingga Ari melihat Pak Min berjalan di depannya. Ari pun menceritakan tentang cincinnya yang hilang ke Pak Min. Dia minta tolong Pak Min apabila nanti menemukan cincin itu. Dan Pak Min cuma mengiyakan sambil lalu. Hingga Ari pun sepertinya sudah pasrah apabila cincin itu tak pernah ditemukan. Dia juga harus pasrah jika tidak akan bertemu Lisa lagi.
***
Malam ini hujan gerimis. Ari sudah terbaring di ranjangnya. Sudah jam 1 lewat tapi Ari tidak bisa memejamkan matanya. Dia masih mengkhawatirkan Tata. Dia berharap Tata mau memakai kalungnya lagi. Dari tadi dia masih menggenggam ponselnya. Di ingin mengirim pesan ke Tata. Memastikan Tata baik-baik saja. Tapi dia pikir, Tata pasti masih membencinya saat ini. Lalu kadang terlintas Lisa di benaknya. Sebelum dia menemukan cincin Lisa, dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dia sudah pasrah dengan Lisa. Lalu ponselnya bunyi. Ternyata panggilan dari Tata. Ari sempat heran karena sudah larut begini Tata menghubunginya.
"Halo Ta..." kata Ari. Dia tak tahu musti berkata apa.
"Ari..." Suara Tata terdengar bergetar di ponsel Ari.
"Ta... Kamu baik-baik saja?"Tanya Ari
"Ari... Maafin aku ya..."kini suara Tata diselingi isak tangis.
"Iya Ta..."
"Kamu nggak benci aku kan?"
"Enggak Ta... Kamu nggak kenapa-kenapa kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Komplotan Tidak Takut Hantu
HorrorCerita tentang anak-anak SMU yang bisa melihat hantu. Ari, Tata, Toha, Wira dan Nara. Memiliki sesuatu yang orang lain tak punya dan dianggap tidak normal menjadikan mereka bersahabat. Kecuali Tata. Dia ingin menjadi normal. Dan ini menjadikan kedek...