Bab 4 : Sepasang Hantu di Warung Bakso

2.7K 246 8
                                    

Ari berjalan menyusuri lorong klinik psikiatri. Terapi pertamanya sudah selesai, dia hanya berharap apa yang dilakukannya kini bisa menenangkan hati orang tuanya. Saat memasuki lobby, Ari melambatkan langkahnya. Bukan karena dia bisa lihat apa yang ada di kolam kecil di bawah tangga. Perhatiannya justru tertuju pada bangku panjang yang seminggu lalu seorang anak perempuan duduk di sana. Ari masih ingat namanya Tata. Bangku itu kosong. Sampai Ari di depan pintu keluar, dia masih membayangkan anak perempuan itu ada di bangku itu lagi. Dan harapan Ari melihat anak perempuan itu tampaknya terwujud. Dia ada di luar sedang menuju lobby. Masih memakai kemeja dan rok. Kali ini warnanya maroon. Rambutnya yang waktu itu dikepang dua kini dibiarkan tergerai dengan poni di dahi. Anak itu berjalan bersama ibunya. Ari sengaja berhenti berjarak dari pintu keluar. Dia ingin membiarkan anak itu masuk duluan. Saat anak itu masuk, dia terlihat kaget melihat Ari. Ari dan dia sempat berpandangan sebentar. Tapi anak itu cepat membuang pandangannya dan bergegas menuju ke bangku panjang. Dan Ari baru sadar kalau ibu anak itu sedang memperhatikannya. Ari tersenyum kaku dan mengangguk, berusaha menyapa duluan. Ibu itu mengangguk, tetapi pandangannya tetap datar. Lalu dia menuju ke informasi. Ari bergegas keluar lobby. Dia merasa ibu itu tidak menyukainya. Sebelum melangkah jauh, Ari sempatkan menoleh ke belakang. Lobby itu masih terlihat. Dan anak perempuan itu sedang menatap Ari dari tempat duduknya. Ari berhenti. Sepertinya anak perempuan itu ingin menyampaikan sesuatu. Lalu anak itu menaruh secarik kertas di meja dan bergegas berdiri menyambut ibunya yang datang ke arahnya. Lalu mereka berdua berjalan ke arah lorong. Pelan Ari berbalik arah. Kertas itu masih di atas meja. Setelah di dalam Ari mengambilnya. Isinya sebuah nomor handphone.

Dari tadi Ari masih memegangi ponselnya. Dia ada di halte bus. Nomor dari anak itu sudah dia masukkan. Di aplikasi chat, foto profilnya gambar langit senja. Statusnya : hari-hari yang melelahkan. Sudah lima bus lewat di depan Ari. Tapi Ari tak beranjak. Dia masih memikirkan untuk mengirim pesan pada anak perempuan itu.

hai, tata ya, Ari memberanikan menulis pesan.

Beberapa saat Ari menunggu, belum ada jawaban. Satu bus lagi lewat di depan Ari. Saat Ari mau beranjak, hp Ari bunyi. Anak itu sudah menjawab.

Hi, ini siapa?

aku ari yang kasih gambar ke kamu, Ari cepat-cepat membalas.

Hi Ari, terimakasih ya waktu itu udah nemenin di lobby

iya, kamu bisa lihat ya?

Iya, yang di lobby serem banget

kirain cuma aku yang bisa lihat

Iya kadang ngeganggu banget, sebel jadinya

aku lama2 udah biasa

Maaf ya tadi aku begitu, soalnya mamaku ngga mau aku ketemu kamu

ngga apa2 kok

eh dokterku udah datang, ntar lanjut lagi ya

ok


Malam ini hujan rintik di luar. Ari sudah selesai dengan belajarnya. Suara TV masih terdengar di ruang tengah. Ibu bapaknya masih di sana. Ari terbujur di kasur. Ponselnya tergeletak di sebelahnya. Dari tadi dia bolak-balik pegang hp-nya. Profil chat bertuliskan Tata ada di layar. Saat mau mengirim pesan selalu ia urungkan. Sampai hp-nya bunyi. Tata mengirim pesan.

Hi Ari, udah tidur?

belum, Ari cepat membalas

Aku barusan lihat sesuatu

apaan

kunti, bajunya merah

kuntinya ngapain?

Komplotan Tidak Takut HantuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang