Bab 40 : Hantu Kepala Kijang

1.2K 156 12
                                    


Pagi-pagi, Ari, Toha, Wira dan Nara sudah di taman. Di tangan mereka masing-masing ada setumpuk foto. Foto yang diambil ibu Nara 20 tahun yang lalu. Mereka begitu serius memperhatikan gambar di foto-foto itu. Kecuali Ari. Ari hanya sekedar membolak-balik foto yang ada di tangannya.

"Kayaknya udah ngga ada lagi deh gambar kayak lorong gitu," kata Nara sembari masih membolak-balik foto di tangannya.

"Iya, adanya cuman di gambar basement doang," kata Wira. Sepertinya dia sudah mulai berhenti membolak-balik foto.

Sementara Toha masih sibuk mencari gambar lorong, Wira dan Nara justru heran melihat Ari yang sepertinya tidak serius mencari. Karena kemarin Ari lah yang mencetuskan kemungkinan ada lorong lain selain di basement.

"Gimana Ri? Ketemu?" tanya Wira. Dia memastikan Ari untuk membuktikan apa yang sudah dia cetuskan.

"Gue kira memang nggak ada lorong lain," jawab Ari datar sembari merapikan foto di tangannya.

"Terus?"tanya Nara. Dia sedikit kesal, karena atas permintaan Ari, dia sudah bawa semua foto punya ibunya.

"Gue kira anak kecil itu bukan dari lorong," kata Ari dengan muka serius.

"Lalu,"kata Nara tidak sabar.

"Ingat nggak Ra? Waktu perempuan pakai bunga itu ngikut lo ke sini malem-malem? Kenapa dia bisa masuk ke sekolah kita?"tanya Ari.

"Kenapa?"Nara tanya balik.

"Karena dia ngikut ke badan lo," jawab Ari. "Kemungkinan anak kecil itu ada yang bawa ke sekolah kita."

Spontan Nara, Wira dan Toha saling berpandangan.

"Terus siapa yang bawa dia ke sini?" tanya Wira serius.

"Nah itu yang kita nggak tahu,"jawab Ari,"Tapi yang jelas, orang yang bawa dia itu pulangnya naik bus."

Lalu bel masuk pun berdering.

Hari ini kelas 11 dan 12 sudah mengikuti kegiatan belajar seperti biasa. Kelas 10 masih ikut kegiatan pengenalan orientasi sekolah. Pengurus OSIS mendapatkan ijin tidak mengikuti pelajaran untuk menyelenggarakan kegiatan tersebut. Saat istirahat jam pertama, tersebar berita heboh. Katanya saat kegiatan pengenalan orientasi sekolah, seorang pengurus OSIS bertingkah aneh. Banyak yang bilang tiba-tiba dia berlari-lari tanpa arah, lalu menyeruduk teman-temannya yang lain. Hingga beberapa temannya ada yang cedera. Sampai dia sendiri akhirnya pingsan, seperti kehabisan tenaga. Mendengar berita itu, Ari, Toha dan Wira berlarian menuju UKS. Karena pengurus OSIS yang pingsan itu baru saja digotong ke sana. Di depan UKS sudah banyak murid berkerumun. Ari, Toha dan Wira berusaha menyeruak masuk ke kerumunan. Tapi selain petugas PMR dan guru dilarang masuk ke dalam. Ari masih bisa melihat dari jendela. Ada tiga anak yang cedera sedang dirawat. Kebanyakan mereka menderita luka memar di bagian dada, perut dan lengan. Lalu anak yang pingsan masih berbaring di salah satu ranjang. Seorang guru dan petugas PMR sedang merawatnya. Tapi samar-samar Ari lihat, di belakang guru dan petugas PMR itu ada satu orang lagi. Dari tadi orang itu berdiri mematung di sana. Ari pun kaget dan mundur sejengkal. Karena setelah dia amati, orang yang berdiri mematung itu tidak memakai baju. Dan kepalanya bukan kepala manusia. Kepalanya seperti binatang yang bertanduk. Seperti kijang yang tanduknya bercabang. Ari pun menoleh ke Toha dan Wira.

"Ada apa Ri," tanya Toha. Sepertinya Toha tahu, Ari sedang melihat sesuatu.

Dan Ari tahu, Toha dan Wira tidak melihat apa yang dia lihat di sana. Lalu Ari menoleh ke belakang. Dia lihat Nara sudah menyusul mereka. Tapi Nara sengaja tidak melangkah lebih dekat lagi. Dia mulai mengencangkan jaket dan memakai tudungnya. Ari segera mengajak teman-temannya balik ke kelas mereka. Di meja paling belakang punya Wira, mereka berkumpul. Ari langsung mengeluarkan buku dan pensilnya. Di depan Toha, Wira dan Nara, Ari mulai menggambar apa yang dilihatnya tadi. Seseorang dengan dada telanjang. Kepalanya kijang dengan tanduk yang bercabang.

Komplotan Tidak Takut HantuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang