Bab 10 : Hantu Yang Tidak Mau Digambar

1.6K 170 5
                                    

Ari berjalan masuk gerbang sekolah. Pagi ini dia berharap bertemu dengan Rida. Gambar yang dia buat kemarin sudah siap di dalam tasnya. Tapi sampai di depan gedung sekolah Ari tidak melihat Rida, malah dia ketemu Toha yang barusan memarkir sepedanya. Mereka pun saling menyapa.

"Ri, katanya kemarin mading udah tayang ya?" Toha membuka pembicaraan. Dia juga pernah menyerahkan gambarnya untuk naskah majalah dinding.

"Iya, kata Rida sih begitu," jawab Ari.

Mereka pun sepakat untuk mampir dulu ke papan majalah dinding di sekitar kelas 10. Sampai di sana, banyak murid-murid yang sedang berkerumun di depan majalah dinding. Gambar Toha ada di bagian bawah. Lukisan gedung sekolah pakai cat air. Gambar Ari ada di bagian atas. Sketsa anak perempuan berkaki hancur di pinggir jendela. Ari hampir tak bisa melihat gambarnya sendiri karena kerumunan anak yang ternyata sedang melihat gambarnya. Tapi saat Toha melihat gambar Ari, dia tampak terpaku. Lama dia perhatikan gambar Ari itu.

"Itu gambar kamu Ri?" tanya Toha pelan dengan wajah penuh selidik.

"Iya," jawab Ari seadanya. Dia masih tak menduga gambarnya banyak yang melihat. Ada yang bilang serem. Ada yang bilang kayak di jendela kelas. Ada yang bilang ini hantu beneran apa bukan.

Sampai di kelas pun sepertinya beberapa anak sedang membicarakan gambar Ari. Sampai Kocik sang ketua kelas seolah ingin turun tangan mewakili warganya.

"Ari, itu gambar hantu yang di mading, gambar lo ya?" Dengan tubuh dempalnya, Kocik menghadang Ari sebelum sampai ke bangkunya.

"Iya, itu gambarku," jawab Ari polos.

"Anak-anak jadi banyak yang takut lho!" Boncel sang wakil ketua kelas menambahi dari belakang sambil menyruput minuman jusnya.

"Yang jelas itu bukan arwah gentayangan, kata Pak Riza kalau orang mati langsung masuk alam kubur," Profesor pun ikut nyeletuk dari bangkunya. Yang lain pun jadi tertawa dan mulai mengolok-oloknya.

Sesampai di bangkunya, Ari sudah disambut Haki.

"Selamat ya, banyak yang antusias sama gambar lo. Jadi gimana nih. Lanjut dong kita nge-vlog?" Tanya Haki tanpa basa-basi.

"Tahu Ki. Yakin lo nggak bikin tambah heboh?" Ari balas tanya.

"Justru itu Ri. Kita memang akan bikin heboh. Lo nggak mau tenar? Rida aja udah mulai deket sama lo. Apalagi nanti setelah kita nge-vlog. Dia bakalan nggak mau jauh-jauh dari lo deh."

"Ada-ada aja lo Ki."

"Beneran. Gue jamin deh. Kan gue selalu rekomendasiin lo ke Rida."

Bel masuk pun berbunyi. Murid-murid mulai menempati bangkunya masing-masing. Tapi waktu Ari mau menaruh tasnya di laci bawah meja, dia menemukan secarik kertas di situ. Di kertas itu ada tulisan : Kalau ke toilet jangan ambil yang pojok. Ari pun clingak-clinguk. Lalu dia memandangi Nara yang duduk di depan bangkunya. Dan guru yang mengisi pelajaran jam pertama pun datang.


Saat istirahat di kantin, Haki masih saja membujuk Ari mengenai rencana nge-vlog-nya. Tapi Ari masih belum yakin. Lalu tanpa sengaja Ari lihat kantin yang di seberang. Di sana ada Tata dan teman-temannya. Lalu ada gerombolan anak basket di sana. Mereka anak-anak senior. Lalu seseorang dari mereka sengaja mengajak bicara Tata. Ari tahu namanya Jodi. Karena dia bintang basket andalan sekolah yang sudah bikin timnya juara berkali-kali. Semua murid di sini tahu siapa dia. Tata terlihat agak risih dideketin Jodi. Tapi teman-teman Tata malah terlihat antusias dan ketawa-ketiwi. Mereka mulai mendorong-dorong Tata yang mulai salah tingkah. Memang di antara teman-temannya, Tata yang paling cantik. Dan Jodi adalah mahluk ganteng yang jadi idola semua murid. Berpikir tentang ketenaran, Ari ingat kata-kata Haki tadi. Lalu di kepalanya ada Rida, anak perempuan yang lincah, ramah dan tidak sombong. Ari pun berniat menanyakan rencana vlog Haki.

Komplotan Tidak Takut HantuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang