Bab 89 : Sesuatu yang Menghantui Sekolah

469 48 5
                                    

Ari duduk di depan meja belajarnya. Malam ini dia hanya menata buku-buku paket barunya di rak. Selebihnya, dia tak pernah berhenti memikirkan pertemuannya dengan Tata besok di kantin sekolah. Lalu ponselnya bunyi. Ada panggilan dari Nara.

"Halo Ri... Gimana, ada kabar dari Toha?" Tanya Nara di ponsel Ari.

"Mmm, belum sih..." jawab Ari.

"Ah biasa tuh anak... Kalau disuruh nanya sama bapaknya suka males-malesan," kata Nara kesal.

"Yah mungkin belom sempet Ra... Kenapa Ra?"tanya Ari polos.

"Gimana sih lo Ri... Tahu sendiri apa yang kita lihat tadi siang... Kalian serius nggak sih?"

"Kalau nggak, lo telpon aja si Toha sekarang."

"Males ah. Gue paling males musti ngejar-ngejar orang yang nggak punya inisiatif."

"Ya udah, ntar gue yang telpon ke Toha."

"Iya mending lo yang telpon Ri."

"Iya deh..."

"Ok, ntar kabarin gue ya."

"Ok."

Ari pun menutup ponselnya. Dia maklum, Nara memang begitu kalau sedang kesal dengan seseorang. Lalu Ari mulai menghubungi nomor Toha.

"Halo Ha, gimana? Ada info dari bapak lo?" tanya Ari tanpa basa-basi.

"Mmm, ya gitu... Kalau yang di bawah tanah, itu mereka ngga bisa masuk Ri... Mereka dari pelabuhan... Suruhan rajanya..." jawab Toha di ponsel malas-malasan.

"Emang yang di pelabuhan ada kerajaan jin ya?" tanya Ari lagi berusaha mengorek lebih lanjut.

"Kata bokap sih, di sana banyak koloni-koloni gitu... Di sana kan memang tempat pembuangan jin.."

"Kayak hantu bayangan waktu itu ya?"

"Ya gitu... Di sana banyak yang pengen berkuasa... Kalau raja jin ini, kata bokap dia pelarian dari kerajaan jin yang lebih besar lagi di lautan sono..."

Ari tertegun sejenak. Betapa sekolah mereka terhubung dengan sesatu yang begitu menakutkan. Dan hanya dia dan komplotannya yang tahu.

"Berarti raja jin ini yang paling kuat di sana ya?"

"Ya gitu deh... Tapi gue nggak takut... Justru gue mau buktiin kemampuan gue... Cuman males aja sama bokap..."

"Kenapa?"

"Jusrtu bokap bilang, gue nggak boleh main-main... Kita kan nggak sedang main-main kan Ri?... Kita kan sedang menjalankan misi..."

"Iya sih..." Tapi sebenarnya Ari setuju dengan bapaknya Toha. Semakin banyak tahu, kini Ari semakin khawatir. Sesuatu yang lebih besar mungkin sedang menghantui sekolahnya. Dan bagaimanapun Tata berubah, Ari tetap selalu khawatir dengan keselamatan Tata.

Lalu ada panggilan lain masuk ke ponsel Ari. Ternyata dari Tata.

"Eh Ha... Ntar dulu ya... Ada telpon dari Tata... Ntar gue telpon lo lagi," Ari langsung memutus sambungannya dengan Toha.

"Halo Ta," Ari langsung menjawab panggilan Tata.

"Hai Ri, belum tidur?" suara Tata lembut di ponsel Ari.

"Belum lah Ta... Mama kamu lagi keluar ya Ta?"

"Iya, keluarga besar aku lagi ngumpul di tempat bude... Mau bahas lagi masalah orang yang ngaku-ngaku keluarga aku Ri..."

"Masih belum kelar masalahnya Ta?"

"Belum Ri... Kayaknya sih tambah serius... Justru aku mau cerita ke kamu... Tadi siang pas pulang sekolah, pas di parkiran, ada orang manggil-manggil aku Ri dari luar pagar... Ibu-ibu gitu..."

Komplotan Tidak Takut HantuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang